Memahami Kekuatan Uang

Anda tentu tahu bahwa uang memiliki daya kekuatan tersendiri. Orang yang memiliki banyak uang biasanya lekat dengan kekuasaan. Seperti bisa Anda lihat di media, orang yang memiliki banyak uang biasanya punya lebih banyak pilihan hidup. Dalam taraf tertentu bahkan mereka bisa membeli hukum. Sebaliknya, orang yang kekurangan uang biasanya hanya memiliki pilihan hidup yang serba terbatas dan berada dalam posisi yang sering kali tidak menguntungkan.

Uang bisa memberikan efek menggembirakan maupun mengintimidasi. Jika tiba-tiba Anda memenangkan undian senilai Rp 1 Milyar, spontan Anda akan merasa begitu gembira. Anda punya banyak pilihan terhadap uang tersebut. Anda bisa memilih untuk pensiun dari pekerjaan Anda dan memulai bisnis sendiri. Atau, bisa juga Anda menghabiskan waktu untuk menyalurkan hobi dan bakat Anda tanpa perlu khawatir tidak punya uang untuk membiayai hidup.

Sebaliknya, uang juga bisa memberi efek negatif bagi seseorang. Jika orang tua berkuasa terhadap berapa banyak uang saku Anda bulan ini, Anda akan merasa tersiksa harus menuruti tuntutan mereka demi mendapatkan uang saku. Karena atasan Anda memegang hak atas gaji Anda, maka sering kali Anda merasa bekerja sebagai suatu siksaan hidup karena diperbudak demi mendapatkan uang. Kalau pasangan Anda ternyata punya kebiasaan hidup yang lebih glamor, Anda merasa terbebani untuk mengimbangi gaya hidup.

Tentu saja uang bukan satu-satunya hal penting dalam kehidupan Anda. Namun, mempunyai lebih banyak uang berarti mempunyai lebih banyak kendali dalam kehidupan. Kendati urusan uang sekali lagi tidak lebih dari matematika sederhana - tambah, kurang, kali, bagi - praktiknya sering kali menjadi jauh lebih rumit. Alasannya, keputusan keuangan biasanya kental dengan emosi dalam diri kita : keserakahan (greed) dan ketakutan (fear).

Agama mengajarkan kita untuk tidak dan berlebihan. Sifat serakah menjadi berbahaya karena mendorong kita untuk mendapatkan sesuatu lebih dari yang seharusnya cukup bagi kita. Kita sering sulit mengendalikan diri antara apa yang sebenarnya kita butuhkan (need) dengan apa yang kita inginkan (want). Inilah yang mendorong kita untuk hidup boros dan menghabiskan lebih banyak daripada yang sewajarnya kita belanjakan. Serakah bisa mendistorsi kita dalam pengambilan keputusan investasi maupun dalam melihat risiko dan peluang jangka panjang.

Disisi lain, sifat takut dan ragu-ragu juga bisa sama berbahayanya dengan sifat serakah. Ketakutan kita sering kali menghambat kita dalam mengambil risiko. Padahal, tanpa adanya keberanian mengambil risiko, hidup kita tak lebih hanya berjalan di tempat. Peluang-peluang bermunculan di kanan kiri kita. Berani mengambil risiko yang terukur sesuai kemampuan kita bisa membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik.

Meredam sifat serakah dalam diri kita dan melatih keberanian dalam mengambil risiko kurang lebih sama sulitnya. Tidak semua orang diberikan kemampuan untuk bisa menyeimbangkan kedua hal tersebut. Banyak hal yang memengaruhi kita terkait dengan keserakahan dan ketakutan, seperti pengalaman di masa kecil, budaya dan kultur yang kita anut, maupun trauma akibat kejadian yang baru kita alami.

Oleh karena itu, disiplin menjadi sangat penting dalam perancanaan keuangan. Disiplin berarti mengambil keputusan yang rasional berdasarkan penilaian yang logis untuk mengharapkan hasil yang terukur kemudian menguncinya dari pengaruh-pengaruh emosional yang mungkin timbul. Prinsip tersebut harus diterapkan dalam setiap keputusan keuangan yang hendak Anda ambil-mulai dari menganggarkan belanja bulanan hingga keputusan untuk berinvestasi saham dan properti. (Sumber : Jangan Mau Diperbudak Uang)

sourceimage