SEMAKIN SAYA MENGAJI SEMAKIN MENGHORMATI ULAMA
Semakin saya mengaji, membaca dan mengenal ulama-ulama di Mesir atau ulama yang datang ke Mesir untuk memberi pengajian; baik dari Mekkah, Suriah, Yordania, Aljazair, Yaman, Nigeria, Maladewa, atau negara lain. Bahwa semakin kuatlah takzim saya kepada Ulama dan Teungku di Aceh.
Dan semakin saya mempelajari Ilmu pendidikan yang menjurus kepada Turuq Tadris (Metode Pengajaran - yang memang bidang S2 saya), semakin menguatkan keyakinan bahwa pengajaran Ilmu Agama secara Tradisional (Talaqqi); mengaji dari A-Z dengan guru yang sebagai pembimbing adalah metode yang sangat kompeten untuk mengkaderkan seorang Ulama.
Adakah kiblat Ilmu selain Al-Azhar yang lebih berhak memberi contoh kepada umat? Jika Al-Azhar saja sebagai instansi terbesar di dunia, masih mempertahankan tradisi keilmuan tradisional di Mesjid, Sahah dan Madyafah. Mengapa kita malah ingin melupakannya.
Namun, apa lebihnya Azhar dibanding yang lain?
Al-Azhar itu menjaga tradisi Sanad. Dan itu hanya diberikan jika telah selesai hafalan atau ujian.
- Al-Quran diberi sanad sampai kepada Rasulullah.
- Khatam kitab nahwu semacam Al-Ajurumiyyah, Mulhat al-I'rab, Qatr al-Nada, Alfiyyah Ibnu Malik diberi sanad sampai pengarangnya.
- Baca Burdah diberi sanad sampai Imam Al-Bushairi
- Baca Hadist seperti al-Syamail dan kutub al-sittah diberi sanad sampai pengarangnya.
- Fiqh Syafi'i pun demikian.
Note :
Semua pengajian itu diajarakan secara berjenjang. Mubtadi, mutawassith dan muntahi. Jadi bantrok u Mesir beut Matan Taqrib dilee. Ban tamat, cok ijazah grop u Syarah atau Hasyiah. Jadi meunye bantrok u Mesir langsong beut Ihya Ulumuddin atau Minhaj al-Thalibin, itu berarti anda kurang sehat.
Tabek hormat untuk semua Mahasiswa Al-Azhar yang dikampusnya lancar dan Talaqqinya pun selalu dibaris terdepan.
nice post
good job