Kompepar Kota Cimahi Kunjungi Desa Wisata Penting Sari, Sleman, Jogjakarta (Bagian 1 dari 2 tulisan)
Seminggu yang lalu saya dan beberapa teman yang tergabung dalam Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kota Cimahi mengadakan kunjungan ke Desa Wisata Penting Sari, Sleman, Jogjakarta, selama dua hari (12-13 Juli 2018) dalam rangka studi banding. Kegiatan yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Pariwisata (Disbudparpora) Kota Cimahi ini diikuti sekitar 50 peserta yang terdiri dari beberapa komunitas, seperti Cimahi Heritage, Kompepar Desa Wisata (Dewi) Cimahi Terobosan, Kompepar Dewi Cireundeu dan Kompepar Dewi Cihanjuang.
Pembekalan Para Peserta
Sebelum berangkat ke Desa Wisata Penting Sari, Selaman, Jogjakarta, pada Rabu, 11 Juli 2018, para peserta studi banding diberikan pembekalan berupa pelatihan bertajuk "Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Kemitraan Pariwisata". Disbudparpora Kota Cimahi sengaja mendatangkan dua narasumber konsultan ahli pariwista dari Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata ITB yaitu Abadi Raksapati dan Muhammad Ari Perdana.
Pada kesempatan tersebut Asisten Pemerintahan dan Kesejahtraan Rakyat Kota Cimahi, Maria Fitriani atau Pipit mewakili Wali Kota Cimahi terlebih dahulu membuka acara pembekalan kepada para peserta. Pipit mengatakan, meskipun Cimahi tidak memiliki sumber daya alam. Namun pengembangan pariwisata bisa dilakukan dengan meningkatkan kreativitas dan inovasi seluruh elemen masyarakat dalam membangun komitmen peningkatan pariwisata di KotaCimahi.
"Dalam kepariwisataan kita mengakui bahwa Cimahi tidak punya apa-apa, tidak mempunyai sumber daya alam, tidak mempunya sumber daya untuk kepariwisataannya sendiri. Tetapi bagaimana kita membangun komitmen kita pada seluruh pemerhati pariwisata, agar Cimahi yang tidak punya apa-apa menjadi punya apa-apa, khususnya dalam bidang pariwisata," ujarnya ketika diwawancarai oleh Limawaktu.Id.
Pipit menambahkan bahwa dalam membangun pariwisata yang diperlukan adalah kreativitas dan inovasi. Melalui dua elemen penting ini, meskipun kecil diharapkan akan menjadi potensi pariwisata.
Sementara itu Kepala Bidang Pariwisata Disbudparpora Kota Cimahi, Ero Kusnadi, dalam sambutannya mengatakan bahwa pengembangan Kota Cimahi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan pelatihan kepada penggerak pariwisata di lingkungan masyarakat. Tujuannya adalah agar pegiat pariwisata yang tergabung dalam Kompepar dapat mengembangkan potensi wisata yang sudah ada dan menciptakan ide-ide baru yang dapat membuka peluang wisata di Kota Cimahi.
Pada sesi pembekalan, kedua materi menyampaikan paparannya tentang bagaimana mengelola sebuah konsep desa wisata. Berdasarkan pengalaman kedua pemateri ini, kebanyakan desa yang sukses menjalankan program desa wisata adalah desa yang motori langsung oleh masyarakat, bukan yang dimotori oleh pemerintah. Beberapa desa yang berhasil menjalankannya di antaranya ada di Provinsi Daerah istimewa Jogjakarta.
Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, merupakan desa wisata yang tergolong sukses. Daya tarik wisata yang utama di daerah ini adalah Air Terjun Sri Gethuk, Gua Rancang Kencana, Situs Purbakala Mataram, dan Pemancingan. Objek wisata ini mulai dikembangkan pada 2007, pasca terjadinya gempa hebat pada 2006. Dalam waktu singkat para pengelolanya berhasil menarik pengunjung sampai 200 orang per hari pada hari kerja) dan 1.000 – 2.000 orang per hari pada hari libur. Pendapatan kotor desa wisata ini mencapai Rp 1,2 milyar per tahun.
Sumber foto: http://swaragunungkidul.com/keberhasilan-pengelolaan-desa-wisata-dan-pab-melalui-bumdes-hadirkan-penghargaan/
Daerah wisata lainnya adalah Desa Wisata Penting Sari, Kabupaten Sleman. Daya tarik utama di desa ini adalah Pancuran Suci Sendangsari, Sejarah pangeran Diponegoro (Luweng), Rumah Joglo, Wisata Alam yang Asri, dan lain-lain. Desa wisata ini mulai dikembangkan sejak 2008 dan berkembang dengan pesat, walaupun awalnya sempat gagal. Jumlah pengunjung yang hadir mencapai 300 orang pada hari kerja dan 1.000 orang pada waktu hari libur. Pendapatan kotor per tahun mencapai Rp. 2 milyar per tahun.
Kunjungan Hari Pertama
Saya dan rekan-rekan yang tergabung dalam rombongan Kompepar Kota Cimahi berangkat menggunakan bus wisata. kami berangkat dari kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi sekitar pukul 16.30 WIB. Perjalanan ke Jogja memakan waktu sekitar 11 jam. Cukup melelahkan, tetapi terasa asyik. Semua ini karena dilakukan dengan perasaan senang dan adanya kekompakan di antara semua penumpang bus.
Bus berhenti di rumah makan Ambarketawang yang berlokasi di Jalan Wates Km. 6, Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Jogjakarta. Kesempatan ini kami manfaatkan untuk istirahat sambil menanti waktunya sholat Subuh. Suasana di tempat ini sangat ramai dan luas. Selain bersih, restoran ini terbilang nyaman, dan sangat bersahabat.
Saat saya menelusuri area rumah makan ini, sekalian mengamati kondisi sekelilingnya. Pada bagian belakangnya terdapat mushala dan toilet yang sangat bersih dan nyaman. Juga ada taman kecil yang tergolong asri. Beberapa orang yang baru turun dari mobil yang membawanya ada yang istirahat duduk di pinggir mushala. Sebagian lagi membersihkan diri di toilet sambil buang air kecil. Ada juga yang berjalan-jalan di seputar taman sambil melemaskan kakinya yang kaku.
Setelah buang air kecil dan membersihkan muka, saya sempatkan memotret beberapa objek yang saya anggap menarik. Selain taman, juga aksesoris rumah makan yang ditempelkan di dinding belakang bangunannya.
Pemandangan yang menarik justru aksesoris yang menjadi ornamen dinding rumah makan ini. Anehnya, ornamen tersebut tidak diletakkan di bagian depan rumah makan, tetapi disimpan di bagian belakang. Tempat ini semacam selasar yang menghubungkan bangunan utama rumah makan dengan mushala dan ruang makan berbentuk pendopo.
Bersambung ke bagian 2
Rumah makannya itu kerasa banget asyiknya, Kang. Dan kayaknya, jika sore hari, duduk manis di taman kecil pemisah ruangan itu, sambil menikmati secangkir teh dan kue2 tradisional, pasti sip tuh! Apalagi sambil nulis, wah, ide bisa mengalir deras deh!
Iya, memang asyik kok. Lokasinya di belakang rumah makan. Terasa adem, sejuk, dan bikin nyaman di hati. Cucok buat kita sebagai penulis ya Teh @alaikaabdullah
Congratulations @jharyadi! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of posts published
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Do not miss the last post from @steemitboard:
SteemitBoard World Cup Contest - The results, the winners and the prizes
Thank you
Rumah joglo nya mirip rumah mbah saya eyang.. 😄 😄
Pa kabarnya eyang???...
Alhamdulillah kabar baik Mbak @maryamalda. Maaf nih Eyang jarang posting, karena banyak kegiatan offline.
Emangnya Mbak Maryam keturunan Jawa ya?
Alhamdulillah ath eyang.. Iya gpp eyang sy jg jarang posting.. 😄
Iya eyang mamah saya orang jawa, jawanya Pemalang.. 😊
Wah berasa bnget di jogjanya eyang. Hehe
Iya Teh @getachan. Jalan-jalan ke Jogja tuh bikin betah tahu. Pokoknya belum puas deh travelling ke negeri kerajaan tersebut. masih kurang lama waktunya. may be next time, I'll be ther ..agian and again.
Iya eyang semoga aku bisa kesana juga hehe
Halo @jharyadi , terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!
Terima kasih buat @the-garuda yang sudah memberikan apresiasi terhadap tulisan saya. tentu saja penghargaan ini menjadi support bagi saya untuk terus berkarya dengan konten yang berkualitas.
Salam pena kreatif