Mati Ide, Mati Gaya, Kutulis Juga
Pernah merasa mati gaya karena mati ide?
Saya merasakannya sekarang. Actually, tidak sepenuhnya mati ide sih. Ada beberapa ide calon tulisan yang ingin saya posting di laman steemit ini, tapi tulisan itu akan kepanjangan. So, butuh waktu lebih lapang dan santai. Tidak bisa terburu-buru. Dan itu mustahil untuk saat ini.
Kenapa mustahil? Karena saya saat ini berstatus ibu rumah tangga yang bekerja mengurusi laporan-laporan perkara sambil melanjutkan kuliah dan sedang menjalankan program KKN-PPM dari kampus saya. Tambahan pula di kelompok KKN kami, saya diamanahkan sebagai sekretaris yang urusannya lagi-lagi tidak jauh-jauh dari laporan akhir program KKN-PPM yang sedang kami jalani. Ada yang bingung? Saya tidak. Berusaha ikhlash menerima kondisi tumpang tindih ini, hehehe.
Pelan-pelan, laporan KKN-PPM itu sedang saya cicil. Tapi laporan kantor yang bertumpang tindih juga di akhir Januari - awal Februari dan masih terhitung awal tahun juga, tidak mungkin dicicil, meskipun saya baru 'diterjun bebaskan' di bagian itu. Meskipun setiap hari kerja berasa ditampar-tampar oleh permintaan laporan. Satu point itu harus saya utamakan.
Eits, point penting satu lagi adalah tugas utama dan pokok saya sebagai ibu rumah tangga, yang bertanggung jawab pada Allah SWT terhadap 1 suami, 3 anak dan beramah tamah pada tetangga, minimal kiri kanan. Setidaknya, untuk rumah kami yang semua kami kerjakan sendiri, saya harus memastikan pakaian bersih dan rapi serta makanan keluarga tetap tersaji, termasuk bekal sekolah dan camilan anak. Juga, harus menjaga semua anggota keluarga tetap sehat. Demi menghindari tambahan masalah agar semua program dan urusan tuntas sebagaimana yang diharapkan.
Oh, jangan tanya bagaimana perasaan seakan diperas-peras setiap kali anak bertanya, "Bunda mau berangkat lagi?" Juga, di malam hari, ketika sisa-sisa tenaga saya fokuskan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Sering, saya tidak sempat membersamai makan malam anak-anak, bahkan tidak sadar kapan dan bagaimana anak tertidur. Hanya menanyakan kegiatan, jadwal ibadah dan pelukan-pelukan ringan yang tetap saya usahakan diperoleh anak. Kebutuhan saya sebagai ibu sih sebenarnya.
Syukurlah, dukungan dan bantuan suami tak terhingga. Sehingga, sehebat apapun tekanan dan bosan melanda, sejauh ini saya sukses bertahan.
Syukur pula, program KKN-PPM kami bisa diatur intensitas kepadatannya di hari libur kerja, yakni Jum'at ba'da zhuhur sampai Minggu malam. Pemakluman dari ketua kelompok dan anggota lain bagi 4 anggota kelompok yang bekerja, termasuk saya, benar-benar sangat menolong saya. Meskipun efeknya, beberapa kali dalam sepekan, saya dan 4 kawan itu harus bolak-balik pergi pulang ke dan dari lokasi KKN. Jarak tempuh dari Pegasing -lokasi kerja dan tempat tinggal kami- ke Segene Balik -lokasi KKN kami- cukup lumayan. Menghabiskan waktu satu jam perjalanan berkendaraan. Dengan latar udara dingin dan -sering kali di siang hari- melawan angin kencang. Khas kondisi udara di wilayah pegunungan yang kami diami, Aceh Tengah. Sementara 5 anggota kelompok yang lain, termasuk ketua, bersiaga di posko KKN kami di sana.
Yup, menyelai kesibukan, di saat mati gaya akibat mati ide, inilah yang bisa saya tuliskan. Saya tetap percaya, setiap kita akan memetik apa yang kita tanam, sepaceklik apapun kondisi.