Puisi Karya Tulisan Tangan Manuskrip Bersejarah
Di era Teknologi Informatika Komputer (TIK) modern yang serba canggih ini. Setiap orang lebih mudah dalam mencari berbagai informasi. Begitu juga bagi para penulis, akan terasa lebih mudah menuangkan gagasan dalam sebuah tulisan. Penulis dapat mempublikasikan setiap karyanya dalam pustaka pribadi seperti blogspot dan website. Bahkan ada media online lebih mudah lagi dengan aplikasi media terbaru seperti steemit.
Puisi tulisan tangan karya Hamdani Mulya.
Di zaman milenium ini yang dikenal dengan julukan era digital penulis dapat menyalurkan bakat menulis melalui media-media online seperti tersebut di atas. Para penulis dengan secepat mungkin dapat memainkan jari-jari di atas keyboard komputer atau mengetik di layar hp android, setelah beberapa menit kemudian menghasilkan sebuah tulisan yang langsung dapat dipublikasikan di media online. Hanya dalam beberapa detik karya sang penulis dapat dibaca oleh masyarakat di seluruh dunia. Penulis tidak mesti pusing-pusing lagi berpikir untuk dapat menerbit buku.
Berbeda dengan penulis tempoe dulu, mereka bersusah payah untuk menghasilkan sebuah karya yang bagus. Mereka menulis di atas kertas dengan menggunakan pulpen atau pena. Bahkan ada sebagian penulis tempoe dulu yang menggunakan getah-getah pohon sebagai tinta untuk menulis. Dawat dari pohon itu akhirnya menjadi sebuah tulisan yang sarat dengan ilmu pengetahuan. Yang kini menjadi sebuah manuskrip, perlu dipahami bahwa manuskrip merupakan karya tulisan tangan asli yang dianggap sebagai karya peninggalan bersejarah. Paling kurang jika sudah berusia 100 tahun, karya tersebut dapat disebut sebagai manuskrip. Waktu mesin foto kopi belum lahir ke dunia, karya-karya manuskrip terus disalin ulang menurut jumlah kebutuhan. Sebagai salah satu cara untuk menyebarkan karya-karya penulis, ketika mesin foto kopi belum ada. Para ilmuan muslim seperti ulama penulis kitab telah melakukan tradisi tulis menulis manuskrip ratusan tahun yang lalu.
Dengan kehadiran komputer dan android tradisi menulis dengan tangan hampir ditinggalkan generasi muda. Hanya anak TK, SD, SMP, dan SMA yang masih mengikuti tradisi menulis dengan tangan. Itupun hanya saat menulis di buku catatan, jika ada tugas menulis karangan seperti cerpen atau makalah para siswa pun sudah menulis dengan komputer.
Dengan demikian, mari kita semarakkan lagi kegemaran menulis dengan tangan. Menulis dengan pena harus dilestarikan. Cara yang dapat dilakukan misalnya dengan menyelenggarakan lomba menulis puisi karya tulisan tangan, menulis surat untuk ibu, dan menulis cerpen semua dilombakan menulis dengan tangan.
Sebagai contoh berikut saya paparkan dua buah puisi karya tulisan tangan saya, yang saya tulis beberapa tahun lalu. Puisi ini bertema tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 silam.
Puisi berjudul Mengeja Alamat (1) karya tulisan tangan Hamdani Mulya.
Puisi berjudul Sepanjang Luka-luka karya tulisan tangan Hamdani Mulya.
Demikian tulisan ringkas ini semoga bermanfaat bagi pembaca.
Foto: Hamdani Mulya.
Setiap menulis puisi saya menuliskan dengan tangan dahulu, barulah kemudian saya ketik. Hehee....
Ya, sy dulu juga begitu, tapi sayang kebanyakan puisi yg sy tulis tangan tidak sy simpan dengan baik.