Hubungan ‘beracun’ atau toxic relationship
hay semua
Sama seperti makanan, jika sudah mengandung racun wajib ditinggalkan. Begitu juga jika ada pasangan yang seperti racun.
Hubungan ‘beracun’ atau toxic relationship memang seperti lubang hitam yang bisa membawa kita jatuh dalam sekali sampai tidak sadar kapan harus menarik diri. Supaya kamu tetap punya kesadaran kalau hubungan yang sedang dijalani bisa menjatuhkan, nih tanda-tanda yang harus diperhatikan!
toxic relationship biasanya diawali dengan cinta yang terlalu bikin mabuk
Pasangan dengan kecenderungan manipulatif juga punya kemampuan yang sama hebatnya untuk membuatmu jatuh cinta. Dia dengan cepat membaca kelemahanmu, kekuatanmu, hal apa yang membuatmu mudah jatuh hati lalu menggunakan itu untuk kepentingannya. Cinta jenis ini menimbulkan perasaan. Kamu berpikir, “Kok bisa ya dia suka sama aku? Beruntung banget aku bisa dapet dia.”
Dia membuatmu merasa dibutuhkan. Lalu mengikatmu kuat-kuat
“Aku tuh nggak bisa hidup kalau nggak ada kamu.” jadi kalimat paling standar pria-pria dengan kecendurungan abusive. Dia lupa kalau 20 tahun sebelumnya walau kalian belum pernah kenal toh hidupnya berjalan baik-baik saja. Pelan tapi pasti dia menempatkanmu sebagai pion paling penting dalam hidupnya.
Membangun rasa dibutuhkan secara tidak sadar membuatmu merasa terikat dengannya. Dampaknya kamu takut dan merasa bertanggung jawab jika dia akan sangat terluka kalau kamu meninggalkannya.
Dia mulai mengontrol semua perilakumu dengan kedok, ‘Ini kan karena aku sayang kamu……’
Dia menyortir siapa saja yang boleh pergi keluar denganmu. Ponselmu bukan lagi milikmu sendiri, sekarang dia juga punya hak untuk melihatnya dan mengecek isinya kapanpun dia mau. Sosial mediamu tidak ketinggalan dari pantauannya. Waktu jumlah followermu bertambah satu digit saja tanpa pengetahuannya dia bisa naik pitam karena merasa ketinggalan perkembangan hidupmu.
Awalnya kamu merasa tidak nyaman dengan perlakuannya yang terlalu mencampuri urusanmu. Ketika dikonfrontasi jawabannya membuatmu leleh dan percaya. “Ini kan karena aku sayang kamu… bukan karena aku cemburu….”
Pertengkaran kalian dibumbui sikap pasif-agresif
Hubungan yang sehat harusnya ditandai dengan pertengkaran yang konstruktif. Pertengkaran itu pasti, karena kalian lahir dan besar di dua lingkungan berbeda. Butuh friksi untuk mencocokkan banyak hal. Dalam pertengkaran yang sehat kamu bisa mengungkapkan pendapat, mengeluarkan argumen, mendengar argumennya lalu menemukan kesepakatan.
Dalam hubungan dengan orang yang punya kecenderungan abusive pertengkaran selalu melelahkan. Alih-alih membangun, pertengkaran kalian tidak pernah selesai dengan tuntas. Dia lebih sering memutus pola komunikasi dengan mengatakan, “Yaudah iya aku aja yang salah. Emang aku yang selalu salah” untuk memenangkan hatimu. Sikap pasif-agresif macam ini bisa jadi blunder yang menguras energi jika tidak segera dipangkas.
Kalau ditanya cinta atau nggak jawabannya iya. Tapi kamu tidak bahagia
Kamu merasa membutuhkannya, dia membuatmu merasa disayangi dan dicintai. Anehnya hubungan ini tidak membuatmu tenang. apalagi bahagia. Selalu ada kecemasan saat kamu melakukan kesalahan. Khawatir dia meledak, khawatir dia kecewa, khawatir dia menyakiti dirinya sendiri karena kebodohanmu.
Tanpa sadar kamu jadi sering menyalahkan diri sendiri
Setiap masalah yang muncul dalam hubungan kalian membuatmu merasa kalau kamulah biang keroknya. Gonjang-ganjing yang membuatnya sakit hati bersumber dari tingkah lakumu. Padahal dalam hubungan manapun tidak ada pihak yang ‘paling’ bersalah dalam segala sesuatu. Apa yang terjadi adalah karma dari pihak lain yang ada di dalamnya. Rasa menyalahkan diri sendiri ini bisa muncul karena kamu menganggap pasangan dengan kecenderungan abusive itu sempurna, mencintaimu, tidak punya keinginan untuk menyakiti —padahal diam-diam dia sedang berusaha mengendalikanmu.
Racun dalam hubungan kalian membuatmu kehilangan mimpi, kehilangan circle-mu sendiri
Lama-lama kamu jadi orang tanpa identitas dalam hubungan ini. Teman-temanmu berkurang dengan sendirinya karena kontrol yang berlebihan dari pasangan. Boro-boro mau mengejar mimpi dan mencanangkan banyak ambisi, pulang kuliah atau kerja kamu sudah cukup lelah menghadapi segala dramanya. Terlalu banyak konflik dalam hubungan ini (yang anehnya terasa tidak alami) karena memang dia ciptakan sendiri untuk mengontrolmu!
Ada rasa takut melepaskan diri dari dia. Padahal semua orang terdekatmu percaya kamu bisa
Hal paling menyakitkan dari menjalani toxic relationship adalah kehilangan rasa percaya pada diri sendiri. Hubungan ini seperti dementor yang menyedot energi baikmu. Membuatmu seperti orang kurang tidur dengan lingkaran biru di bawah mata, energi positif yang habis dan mimpi-mimpi keropos. Secara logis jelas jalan terbaik adalah keluar dari hubungan yang tidak sehat ini.
Herannya selalu ada ketakutan saat kamu ingin keluar dari hubungan kalian. Ada rasa lelah waktu harus membayangkan kamu mesti memulai lagi. Matamu seperti tertutup jika di luar sana banyak yang bisa jadi lebih baik, lebih membangun dan jauh dari kata menyakiti.
Toxic relationship tidak membuatmu lantas jadi wanita yang gagal atau rusak. Proses menjalani toxic relationship malah bisa menguatkanmu untuk menghadapi banyak hal di masa depan. Jika kamu sedang ada dalam fase ini bitokers harap kamu punya selalu percaya kalau pasti ada jalan keluar untukmu. Kalau kamu tahu ada teman yang sedang ada di posisi ini, rangkul mereka dan pastikan mereka tidak sendirian.
- pernah gak ngalamanin hubungan beracun?
kalo aku pribadi pernah ngalami ini
*sulit gak sih keluar dari fase ini?
sulit pake banget karena logika kalah dengan perasaan apalagi hub juga udah lama
*trauma gk sih dalam menjalin hubungan ?
ada rasa trauma yang membuatku berhati2 dalam memilih pasangan yang tepat , terlepas dari trauma aku lega bisa lepas dari diaaa
nah klo kalian gimna?