Hari Raya, Janganlah Merayakannya Berlebihan!
BAGI para sahabat Nabi dan ulama --sebagaimana disebut dalam kitab-kitab, tibanya akhir Ramadan merupakan sesuatu atau momen yang sangat menyedihkan dan penuh air mata. Bagaimana tidak, satu bulan yang istimewa; penuh kemuliaan, penuh dengan keberkahan, penuh ampunan, tanpa terasa telah selesai dan pergi. Tahun depan baru bisa ketemu lagi. Itu pun jika umur masih panjang.
Namun, bagi orang awam, berakhirnya Ramadhan disambut dengan sukacita. Seolah dalam benak mereka berkata begini; "akhirnya bulan kelaparan sudah usai juga, dan kini saatnya bersenang-senang kembali."
Baca juga: Penghujung Ramadhan: Lailatul Kadar dan Fenomena Kebudayaan Kita
Memang, bersenang-senang setelah berpuasa selama satu bulan tidaklah dilarang. Toh, merayakan hari raya idul Fitri --yang lumrah dipahami masyarakat Indonesia sebagai hari Kemenangan, merupakan sebuah kewajiban. Tentu merayakannya ya dengan bersenang-senang, bersuka cita dan bergembira yang sesuai kadar syariahnya.
Hari raya Idul Fitri (disebut juga hari raya Puasa) memang diakui lebih meriah dibandingkan dengan hari raya idul Adha.
Di berbagai negara, Idul Fitri dirayakan dengan meriah dan beraneka ragam modelnya. Di India, misalnya, dalam menyambut hari raya, beberapa makanan khusus( hidangan manis yang disebut sheer khurma dan sejenis bihun yang disebut servai) sengaja disiapkan untuk di santap bersama. Dan, para wanitanya tak lupa menghias tangan mereka menggunakan pacar dan pakaian tradisional.
Sementara di Turki, saat hari Raya, banyak orang pergi ke pemakaman guna menghiasi kuburan sanak familinya yang telah meninggal dengan bunga dan mendoakan mereka. Selain itu, para anak-anak pergi mengunjungi tetangga-tetangga mereka hingga pas pulangnya mereka menerima permen atau uang sebagai hadiah.
Sedangkan, ditempat kita, Indonesia juga tak kalah meriahnya. Pas malam hari sebelum Idul Fitri, diselenggarakan parade dengan membawa obor yang banyak diikuti oleh anak-anak seraya melafalkan takbir secara besar-besar. Atau di Aceh, beberapa daerah menyambutnya dengan tradisi bakar meriam bambu.
Dan, siang harinya setiap individu masyarakatnya sibuk mengunjungi sanak famili, baik yang masih hidup (kerumahnya) atau yang sudah meninggal (ke kuburan membaca doa)
Walau demikian, sebagaimana sebuah perayaan, tentu kita harus menghindari sikap yang berlebih-lebihan. Jangan sampai terlalu terbuai dalam perayaan malah menghilangkan esensi dari hari raya itu sendiri. Ada baiknya dirayakan secara sederhana, karena sesuatu yang bagus adalah yang sederhana bentuknya. Kadarnya pas. Begitu sabda Nabi.
Akhirnya, sebagai Steemian yang "get akai", saya mengucapkan selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1439 H, semoga kita terus dalam jiwa yang fitrah sampai dengan Ramadhan tahun depan. Dan, segala salah atau khilaf mohon juga dimaafkan. #nyanban
Kamis, 14 juni 2018 || @emsyawall
Selamat Hari Raya . Mohon Maaf Dan Batin
Sumber Gambar Klik disini
Sy juga demikian @ayufitri. Mf lahir dan batin
Selamat hari raya. Mohon maaf lahir dan batin.🙏
Get racan, lahe dan bathen cit, neupeumeuahh
Haha
Mohon maaf lahir bathin rekan ya..
Sya juga bang maldi, maaf lahir dan batin
Semoga selalu dalam get akai, di Negara lain kita lihat di televisi justeru Ramadannya yang seru.
Mgkn itu berkaitan dg pemaknaan thdp dua momen itu kak hehe