Jangan Lupa Pulang!

Pergilah nak, kalau memang itu maumu. Aku hanya bisa mendoakan. Tapi jangan lupa, tetap ingat kalau rumah adalah tempat istirahat terbaik. Kemanapun kau pergi, kau harus tetap pulang. – E. Harahap

4 tahun berlalu, Ibu senang karena akhirnya saya menyelesaikan kuliah walaupun lewat dari 8 semester. Meskipun sering pulang setiap semester tetap saja Ibu selalu menanti-nanti kepulangan saya dirumah kami;tempat yang teduh untuk menumpahkan segala keluh dan kesah sambil makan pisang goreng dan kawan-kawannya.
Rasanya, baru kemarin ibu menahan untuk tidak merantau ke kota Serambi Mekah. Tapi saya tidak mendengarkan karena tergiur dengan jurusan yang ‘pas’ yaitu Ilmu Komunikasi. Ia pun mengataiku keras kepala. Sebenarnya, ini bukan kali pertama saya jauh dari orangtua, waktu SMP sudah pernah Ldr sekitar 3 tahun lamanya.

Semester pertama, hari kulalui begitu berat. Ini kali pertama saya mengurus diri sendiri, semuanya benar-benar sendiri. Berbeda dengan waktu SMP ada yang ngurusin. Setiap Ibu nelpon saya sering berkeluh kesah tentang aktivitasku seharian, terus ia jawab “kalo mau berhenti kuliah berhenti aja dari sekarang, jangan udah jauh baru berhenti” , saya pun semakin lesu. Hari demi hari saya mulai berpikir untuk mengubah keluhan menjadi cerita-cerita lucu saja, tidak ada keluhan. Hingga akhirnya saya mulai terbiasa dengan keseharian diperantauan. Perlahan saya juga jadi tersadar bahwa keluhan ini tidak berarti apa-apa dengan tenaga yang dikeluarkan orangtua saya demi menyekolahkan anak-anaknya.

Dan inilah akhirnya, saya sudah menyelesaikan sebuah gelar sarjana. Banyak pelajaran yang di dapat dari gelar ini, tapi bukan hasilnya melainkan prosesnya. Sungguh tidak mudah membagi waktu, mengatur keuangan, dan menempatkan diri dilingkungan baru. Sekarang saya akan segera melangkah lagi, melangkah ke jalan yang lebih luas, bertemu berbagai macam ‘rintangan baru’. Tapi tetap saja, lagi lagi Ibu mengingatkan :

“kalau lelah, jangan lupa pulang!”.