Ruang Merdeka Bagi Jiwa-Jiwa Merdeka
Jika saya boleh memberi kredo atas napak tilas perjalanan hidup saya selama di Yogya, maka banyak hal yang akan saya goresan di atas berlembar-lembar kertas. Baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Dalam kesempatan ini saya ingin membagi sesuatu yang menyenangkan saja.
Di antara aneka ragam kesenangan yang saya alami, saya akan memilih sesuatu yang bersifat kolektif. Atau kesenangan dalam kebersamaan. Dari itu pun saya persemaian lagi, yaitu, sesuatu yang membuat saya bersentuhan dengan saudara-saudara baru.
Saudara-saudara baru itu saya temukan dalam GSB (gerakan surau buku). Di ruang itu saya temukan ruang kemerdekaan dalam merdekanya pikiran. Mengapa? Karena tidak setiap ruang kemerdekaan itu memberi ruang bagi kemerdekaan berpikir. Kita semua pasti ingat jaman Orde Baru, bukan?!
GSB
Gerakan secara harfiah bisa dimaknai sebagai sesuatu yang aktif, dinamis dan kritis. Sementara "Surau" mengandaikan pada sebuah tempat yang memayungi nilai-nilai spiritualis religius. Dan Buku adalah jendela dunia. Dengan demikian, GSB bagi saya adalah sebuah arus air yang bersumber dari mata air di pegunungan lepas menuju ke samudera luas, ups, terlalu metaforis ya, tapi tak mengapa karena itu adalah produk pikir, dzikir dan parkir jiwa saya di GSB.
Kembali ke GSB yang menyenangkan bagi saya. Apakah sebenarnya yang menyenangkan selain berjumpa dengan saudara-saudara baru? Tentu saja Ilmu pengetahuan yang berpusara di sana, jawabnya.
Hidup tanpa ilmu tak kan maju, Hidup tanpa Agama tak kan bahagia dan Hidup tanpa Seni tak kan indah
Pertanyaan berikutnya adalah, ilmu pengetahuan seperti apa yang ada di sana?
Penasaran? Kalau Anda tak penasaran berarti ada yang kurang beres dalam diri Anda yang harus Anda periksakan ke psikiater, ups jangan, lebih baik ke konselor saja, umm jangan juga, ke dukun bayi, nah di situ tempat yang cocok karena ada yang salah dalam diri Anda sejak bayi dulu hehehe..
Pengetahuan yang ada di sana jika boleh saya rumuskan dalam dua kata adalah ilmu pengetahuan yang Mak Nyus, Mak Josss, Mak Greng, loh kok banyak katanya dua kata, ya memang, bukankah semua itu dua kata-dua kata.
Kata "Nyuss", "Joss" dan "Greng" merupakan ungkapan abstrak terhadap sesuatu yang susah digambarkan. Jika dalam logika visual kita bisa lihat lukisan-lukisan abstrak para master seperti Pollok, Afandi, Fajar Sidik dll. Kalau dalam sastra bisalah kita jadikan puisi2 Afrizal Malna sebagai cerminannya.
Saya rasa saya cukupkan untuk sementara, mungkin Anda mencari-cari dimana letak Ruang Merdeka Bagi Jiwa Jiwa Merdeka heheh jika Anda tidak menemukan, maka saran saya datang saja ke GSB.
Tulisan ini bentuk Kerinduanku
Di selingkar meja beraroma cerutu
Dengan tawa canda penuh makna
Dari para jawara
Salam kopi Hitam.
Keterangan foto: dapat dari Group WA GSB.
GSB juga mengajarkan saya banyak hal, terutama merdeka dalam berpikir...
Saya juga mengharapkan Abang Abang semua dapat membagi ilmunya kepada saya ..
@arief722 sama sama belajar sama sama mengajar dan sama sama dihajar atau terhajar teks adalah keindahan heheh
Mak nyos..! Terimakasih @cakudin, saya pikir-pikir ada gunanya juga Steemit ini. Setidaknya walaupun kita tidak bisa ngopi bersama, namun bisa menyeruput banyak perkataan dari sini. Jika budaya seperti ini terus berjalan, silaturrahmi body tidak mengapa diminimalisir, hanya sesekali di GSB, itupun saat silatrurrahmi untuk melatih berfikir. Salam lempap kopi hitam..!
Pak pres @kitablempap setuju, dan perjumpaan rasa serta pikiran adalah sesuatu yang lebih penting ketimbang tubuh semata. Sipsop
kopi hitam yang penting merdeka
Kutunggu seduhanmu @tukangseduh
Geredam Geredum,
Pham Phum,
Muantep...