Kala Temanku yang Peternak Kambing Galau
AKU PUNYA TEMAN. Sebut saja namanya Donat Tram. Ia seorang sarjana segar atawa fresh graduate lulusan kampus ternama di Aceh jurusan Syariah Jinayah as-Siyasah (SJS). Setamat pendidikan tingkat tingginya itu ia memilih bekerja indipenden dengan beternak kambing. Meski tidak linear dengan ijazah yang baru diraihnya, menurutnya itu tidak jadi soal. Ketika kutanya perihal ini, Donat Tram menjawab dengan santai.
"Sistem negara kita sudah kadung tak linear. Semua serba tak sejalan berdasarkan latar pendidikan. Kepala dinas PU di kabupaten anu dipegang oleh mantan kepala SD. Di kabupaten sana lain lagi. Kepala dinas kesehatan dipegang oleh sarjana pertanian. Bukan itu saja. Di tingkat provinsi juga begitu. Di pusat, di Jakarta sana juga tak lebih sama. Jadi tak ada urusan kalau pekerjaan saya dianggap orang tak sepadan dengan ijazah yang saya pegang. Bukankah sudah bagus saya bekerja beternak kambing? Toh untuk bekerja begini saya tak harus sogok suap sana sini."
Apa yang dikata Donat Tram itu adalah fakta. Aku tak bisa menyangkalnya atau beradu argumen dengannya. Bahkan untuk seorang sarjana segar seperti dia yang memilih beternak kambing selepas kuliah bukan perkara enteng. Butuh mental revolusioner untuk bisa sampai pada keputusan itu. Mengingat betapa banyak para anak muda yang malu pulang kampung untuk bekerja banting tulang hanya karena telah menyandang gelar sarjana.
Mengingat berapa banyak anak muda yang lebih memilih jadi tenaga bakti di kantor pemerintah bergaji Rp674 ribu per tiga bulan kerja setelah potong pajak, ketimbang jadi tukang culek pineung bergaji Rp2 juta sampai Rp3 jutaan perbulan, hanya gara-gara merasa diri sudah pernah ngekost lima-enam tahun di Darussalam, Banda Aceh.
Jadi Donat Tram ini adalah satu di antara sedikit pemuda sarjana yang sudah khatam dengan apa yang disebut gengsi-gengsian. Itu sebabnya sebulanan lepas urusan perkuliahannya benar-benar selesai, gegas saja ia membeli seekor kambing betina.
Katanya, itu kambing betina berbulu hitam, berpanggul lebar, sudah gadis, dan menurut si penjual punya tingkat kesuburan di atas rata-rata. Saat pertama membeli, si penjualnya juga bilang kalau kambing betina itu masih perawan tulen, belum pernah disenggamai oleh kambing jantan manapun. Untuk dijadikan sebagai induk utama bagi usaha beternaknya, kambing betina pilihan Donat Tram bisa dikata sangat-sangat tokcer. Istilahnya Donat Tram memang tak salah pilih untuk memulai usaha mulianya itu.
Hari-hari setelah membawa pulang kambing betina tokcer itu, Donat Tram benar-benar fokus. Dunianya hanya sebatas rumah, kandang kambing, padang rumput di bantaran sungai, dan kedai kopi. Kalau pun ia keluar lebih dari radius empat tempat tadi, itu tandanya ia sedang ngopi denganku di seputaran Kuta Alam. Tempat kusebut terakhir jadi pilihan sebab itulah titik tengah dari daerah tinggal kami masing-masing. Seperti sore tadi misalnya, kami janji ngopi bersama setelah Januari lalu terakhir kali duduk semeja dengannya.
"Kambingku sudah masuk masa birahi kayaknya," kata Donat Tram mengalihkan obrolan tentang pekerjaannya. Menit-menit pertama bertemu, kami asyik omongin masalah bola, khususnya Liga Champion yang sudah mulai masuk babak 16 besar.
"Jadi apa kabar kambingmu?" Tanyaku padanya sekadar memancing antusiasme dia untuk menceritakan pekerjaan yang baru dua tiga bulan ini digelutinya. Dan benar saja, pancinganku cukup untuk membuatnya bercerita panjang lebar tentang kambing betinanya. Mulai dari bagaimana si kambingnya berak sampai intonasi suara mengembiknya yang sudah dihafal betul oleh Donat Tram seorang. Sampai ke titik ini aku hanyalah pendengar yang baik saja. Kadang menyela di sana-sini sekadar penanda bahwa aku cukup nyambung dan suka dengan cerita pengalamannya bersama kambing betina.
"Hanya saja masalahnya sekarang cuma satu. Itu kambing kayaknya sudah tak mau jauh-jauh dariku. Di kandang, ia tidak mau makan kalau bukan aku yang suguhkan rumput di tempat pakan. Pernah beberapa kali adikku bantu taruh rumput, kambing malah gak makan sama sekali. Brengsek betulkan."
"Itu tandanya kalian sudah saling cinta, Don."
"Anjing. Kau kata aku zoophilia apa?"
"Kenapa emangnya. Kalau benar begitu, tidak ada yang kecewa juga kan? Lagi pun, dari ceritamu tadi kalian kedengarannya cukup klop. Kambing betinamu masih perawan, kau perjaka tulen plus jomblo lagi."
Kukata ia masih perjaka plus jomblo, membuat wajah Donat Tram merona merah. Ia tersenyum, sembari mengambil gawainya yang sedari tadi tergeletak di meja. Jarinya bermain di layar gawai, lalu senyumnya tersungging lagi. Aku dibuat penasaran dengan gelagat anehnya itu, dan kecurigaanku langsung kuutarakan detik itu juga.
"Jadi benaran kau sudah jadian dengan kambing betinamu? Masya Allah, Don."
"Pap asee. Bukan itu peyang!"
"Jadi ngapain senyam-senyum coba?"
"Kau ingat dengan adik angkatan yang bokongnya sering kita bandingin dengan bokongnya Pamela Anderson, nggak?"
"Heh? Si Pamela yang kerasukan pas ospek itu dulu?"
"Iya!" "Terus kenapa dengannya? Apa hubungannya dengan kambing betinamu?"
"Ya tidak ada hubungan apa-apa. Cuma, malam kemarin dia wasap aku. Dia tanyain aku kerja di mana, tinggal di mana, dan sudah punya calon istri belum. Aku jawab aja apa adanya. Terus di bagian calon istri, spontan aku bilang kalau sebenarnya calon istri idamanku adalah dia sendiri. Setelah kubilang seperti itu, dia tidak balas lagi. Tapi tahu-tahu pas bangun pagi tadi wasap dari dia masuk. Katanya di situ, kalau aku serius dengan apa yang kubilang semalam, dia ngundang aku ke rumahnya besok sore untuk membicarakan itu secara langsung."
Aku terpana dengan pengakuan temanku ini. Donat Tram memang jomblo, tapi ketetapan hatinya menjomblo dengan alasan-alasan yang sering diumbarnya selama seperti menunjukkan tanda-tanda akan berbuah manis. Bukan apa. Pamela Anderson itu, termasuk salah satu bunga kampus. Banyak cowok kesengsem dengannya, dan sekarang, setelah ia selesai diwisuda pilihannya malah tertuju ke Donat Tram.
"Jadi kau tunggu apa lagi? Besok ya kau pergilah ke rumah Pamela."
"Itulah yang bikin aku kepikiran seharian ini," kata Donat Tram menanggapi anjuranku.
"Dia nyuruh aku datang ke rumahnya besok sore. Padahal seperti kuceritakan sama kau tadi. Sore hari kan jadwal aku bawa kambing cari rumput," terang Donat dengan polosnya.
Mendengar pernyataan Donat Tram seperti itu, aku tersedak. Lalu kukata padanya dengan tegas, "Ek kameng cit kah! Meunyo nyan kapikee. Kakeuh ka meukawen ngon kameng aju ikah."
Hahahahha, sabe mangat teukhem kubaca postingan droneuh. mangat dan licuuuuu!
Kiban bandung na brat lupiee?
Bahasanya bagus, dan enak dibaca...top
Terima kasih, bg @alimurtaza
Hahahahah dasar...
Kalo datang ke Banda Aceh lagi, nanti kukenalkan dengan Donat Tram mbak. tenang aja. :D
Congratulations you have been upvoted because you left a post in the NewbieResteem Discord Chat channel post Promotion Box.
Must be a cultural thing, or it did not translate well, but I did find parts to be funny.
We invite you to use our tag to connect with more of our members. To learn more visit: Come Join Us!!! (Newbie Resteem Initiative)
Lots of votes made possible due to the kindness of abh12345 and his Steemit Curation Leagues
That teuboh drokeuh reza rap abeh ie mata bak ku khem akibat cinta terlarang antara sikambing perawan dan donat tram pengembala jomblo. Kamu terbuang reza
Hehehehe... Tameulakee kameng nyan bek keunong sawan bah na ceurita laen lom enteuk.
Bek keunong sawan dan bek meupuree abah, gadoh daya tarik dan selera si donat tram
Buahahahaha..antahlah ini fiktif atau beneran Bang. Tapi tadi itu salah di awal. Maunya kalau untuk jadi indukan tanya dokter hewan dulu laah.. Saya akan jawab jangan pilih perawan!
Membeli indukan tokcer harus sudah pernah melahirkan dan pintar menyusui anaknya. Kalau perawan gitu iyalah...selain daya tariknya beda, mungkin pun Si Donat Tram tadi her first love. Ya udahlah klop. Semoga bisa jadi pelajaran bagi jombloers sekalian. Haha
Bang @bookrak aja yang datang pagi ni ke rumah Kak Pamela. Bilang segalanya sudah didelegasikan. 😂
Apa boleh buat Kak. Donat Tram selain tidak punya pengalaman apa-apa tentang kambing, ia juga kuliah di jurusan yang tak ada hubungannya dengan binatang. Jadi apa yang dibilang sama penjual, dia patuhi saja dengan seksama. Jadilah ianya yakin kalau kambing perawan benar-benar bagus untuk jadi indukan.
Btw, pendelegasian diri ke rumah Pamela aku tak sanggup. Benar-benar tak sanggup. Haha
keren dan kocak ceritanya. salam kenal kak
salam kenal juga @mayamaulida. terima kasih telah singgah dan membaca. :D
ditunggu postingan kocak dan keren lainnya kak :D
Thank you for taking part in this months #culturevulture challenge. Good Luck.