Seseorang yang Bersemedi Dalam Jamban Agar Bisa Menyelesaikan Sebuah Tulisan
YANG KELUAR DARI UJUNG JEMARINYA dalam kotak postingannya malam ini adalah rupa-rupa kalimat yang tak masuk akal. Ia kelebihan ide tapi kehabisan akal untuk merangkai ide-ide itu jadi sebuah cerita yang pantas dibaca siapa saja. Binatang-binatang liar yang dibiarkan hidup liar di belantara pikirannya sama sekali tak membantu. Alih-alih datang sekadar menampakkan batang hidungnya hingga ia bisa mengadopsi perilaku para binatang itu dengan tokoh ceritanya, malam ini mereka seperti lenyap ditelan oleh sesuatu yang ghaib.
Dalam bingung seperti itu, cara terbaik agar ia bisa mengembalikan akalnya adalah dengan mengurung diri di jamban. Di atas kloset, ia jongkok sebagaimana adanya, lalu merenung dengan khusyu'. Sekhusyu' pendeta di kuil-kuil besar Tibet yang pernah ditontonnya dalam film Seven Year in Tibet. Ia tidak sedang hendak berak tentu saja. Toh kancutnya masih melekat di pantatnya meski seluar pendek telah dibukanya sedari ia mengunci pintu jamban.
Yang dilakukannya pertama sekali ketika ia telah mantap dalam posisi jongkok di atas kloset itu adalah menghidupkan kran air pada level tertinggi. Lalu ketika suara gemuruh air dari moncong kran keluar dan berkecipak panjang menghunjam sisa air dalam bak, ia menyulut sebatang rokok. Sebatang rokok kretek, tapi bukan merk Dji Sam Soe. Melainkan Gudang Garam Merah yang bagaimana pun elegannya iklan rokok ini tayang di televisi atau di baliho-baliho, tetap tak bisa menghapus stigma bahwa inilah rokok terpantas yang dihisap seorang dukun, atau tabib, atau sekurang-kurangnya tukang sumbo igoe.
Keretapan tembakau Gudang Garam Merah yang tersulut api, bunyi kecipak air yang berkepanjangan, aroma asap rokok yang kadung dianggap punya hawa mistis, dalam sebuah jamban sederhana yang tak pernah bisa memerdekakan diri dari bau pesing-pesing busuk abadi, sungguh, membuat kebekuan pikirannya mengurai pelan-pelan.
Mengurai perlahan pada sebelas detik pertama untuk kemudian berubah dengan pesat hingga apa yang dipikirkannya kini seperti sedang menumpuk di ulu hatinya. Mual! Ini bukan apa yang sedang dipikirkannya kini tapi inilah yang dirasakannya dengan segenap jiwa, dengan keseluruhan unsur fisik yang dipunyainya.
Asap Gudang Garam Merah mengepul, nyamuk dan cecak biliek, tikus got dalam pikirannya keluar bercericit, air dari moncong kran masih bergemuruh, dan di dahinya bulir-bulir keringat keluar seperti uap air dingin yang terkurung dalam botol.
"Kau tahu? Cari ide menulis di jamban bagi seorang penderita polip cum sinusitis akut bukanlah pilihan bijak. Jadi jangan sesekali percaya pada anjuran seseorang untuk menulis konten dari dalam jamban. Kau lihatlah dia yang tengah muntah-muntah dengan jongkok di atas kloset. Kalau ia sampai pingsan, dan orang-orang menemukannya terkulai di sana, pasti is dikira telah berak melalui mulutnya. Kasihan."
Yang penting nulis, ide bisa dari mana saja dan di mana saja.
Kalau boleh saran, carilah ide di tempat lain yang kalau boleh jujur, lebih berkelas, bang 😷
Di hotel mahal. Di masjid atau meunasah hana mangat ngon ureueng yg ka awai dikira tanyoe preman. Hahhaa
Hahaha, di pinggir sungai kan bisa bang? Apalagi di depan warkop cek yukee itu kan ada sungainya, atau di bawah pohon, bah meuhie seniman 😎
Takot teuh keu intel kodam. Hahaha
Bereh that @bookrak..
pajan neupeurno long teu muleh lage nyan...??
hehe
Omakkk... Kiban cara teupeureuno ureueng laen, sementara lon keudroe pih teungoh lon meureuno. 😀😀
hahaha,, bereh that cara elak.. hehe..
Hehe bisa di coba nih, cari ide di wc :)
Biar lebih kerasa tantangannya, wc nya mesti wc terpilih bang. Kayak2 wc2 terminal bolehlah. Yang jangan wc hotel ato wc rumah. Itu ga menantang. Haha
hahhahahaha akupun sesekali suka begitu.. merenung di bilik yang seharusnya
Baiknya jangan sering2 juga, @ihansunrise. 😀😀😀
GuMer dan sembur igo memang kerap seiring sejalan. Ide sebetulnya bukan soal, cara pikir awak yang sungguh jadi masalah...
Gimana cara pikir awak itu, kang @sangdiyus?
Awak=Aku. Bukan awak versi Malaysie...
Berarti biar ga bermasalah jangan pake pikir-pikir bang. Takat saja! Haha
Nggak bisa, Brotha... aku khawatir dianggap kufur nikmat.
Hehehehehehehe...
Melulu mengkhawatirkan diri akan kufur nikmat berpikir tanpa dibarengi kekhawatiran kufur bertindak itu sama saja menggandakan kekufuran yang tengah kau khawatirkan itu, Bradda. 😁😁😁
Kucatat panduan ini dengan takzim ke dalam qalbu, Brotha...
Ternyata telah lama aku berlumur dosa.