Fakta-fakta Agak Rahasia Tentang Buku Judul di Belakang
doc. @oviyandi. Buku Judul di Belakang sesampai di Negeri Persia
Buku Judul di Belakang (JdB) adalah buku ketujuh yang pernah diterbitkan penerbit Tansopako Press, lini penerbitan indie Komunitas Kanot Bu. Dari ketujuh judul buku yang pernah diterbitkan penerbit ini, JdB adalah satu-satunya buku yang ditulis para penulisnya dengan menggunakan teknologi berbasis blockchain. Maksudnya, inilah buku pertama yang ditulis di platform steemit yang berbasis blockchain, yang memungkinkan para penulisnya tidak terlalu mengindahkan perihal royalti atau harta gono-gini di kemudian hari.
JdB adalah buku pertama yang dicetak di percetakan profesional, karena pada tahun-tahun awal berdirinya Tansopako Press, buku-buku yang pernah dicetak sebelumnya hanya menggunakan jasa per-fotocopyan belaka. Dalam lingkup Komunitas Steemit Indonesia atau steemit secara global, JdB (entah?) bisa diklaim sebagai buku pertama yang pernah diterbitkan dimana isinya adalah tulisan-tulisan yang pernah tayang di steemit. Pengklaiman ini masih berdiri antara sahih tak sahih, sebab belum ada penelitian lebih lanjut berkenaan dengannya.
Buku JdB ditulis oleh 4 orang perjaka dan 4 orang kepala rumah tangga. Empat orang perjaka meliputi orang-orang yang bergelut di dunia berbeda seperti; musisi, juru desain grafis, pecinta alam, dan politikus muda. Sementara yang empat orang kepala rumah tangga adalah mereka yang sehari-harinya bergelut dalam bidang pekerjaan; guru, seniman rupa, pelaut, dan penjual kaos.
Apa jadinya kalau buku JdB tidak diterbitkan? Komunitas Kanot Bu tak akan pernah kedatangan orang-orang hebat di steemit Indonesia. Itulah satu jawaban paling tepat, disamping jawaban-jawaban lain seperti; Tansopako Press tetap mati suri, empat orang perjaka dan empat orang kepala keluarga tak jadi bertindihan nama di halaman 'Para Penulis', adalah salah dua jawaban yang juga tepat adanya sekira pertanyaan tadi dilontarkan.
Dalam kaitannya dengan ranah sosial kerakyatan, baik Aceh secara khusus atau Indonesia dalam skala lebih luasnya, kehadiran buku JdB di tengah publik tidak pernah bisa mengubah tingkat kriminalitas, tidak akan menurunkan angka kemiskinan, tidak dapat menaikkan mutu pendidikan, dan tindak korupsi di instasi pemerintah akan terus terjadi. Kenapa? Maaf, jawabannya tidak bisa saya uraikan di sini. Saya tak ingin melanggar kaidah-kaidah periklanan seperti yang banyak dicetus oleh para ahli marketing dalam banyak buku panduan pemasaran.
Promo ya promo tapi ojo ngono (jangan begitu) promonya, kalau kata orang di jawa... Saya suka semangat kanotbu! Sukses!
Kehadiran mbak sebagai juru bedah ditambah perbincangan hingga jelang subuh itu benar-benar jadi semacam suplemen atawa obat kuat untuk keberlanjutan semangat itu. Sukses untuk kita semua, mbak. Salam buat si kolor batik. 😀
Yuhuu JdB go to internasional
Yuhuuuu @silvira. JdB sudah di tangan duta persia, ya begitulah jadinya. Hehe
Idealist. Jarang anak muda memilikinya..
Saat saya hadir di kanotbu, saya rasakan idealistme yg begitu kuat.. Kuatlah selalu, meski reward begitu menggiurkan
Banyak jalan menuju reward bg @kakilasak. Terima kasih banyak telah singgah kemarin sore. Jangan sungkan-sungkan datang lagi. 😀
Kalian keren dan menginspirasi!
Kalian juga @cutthara.
Foto sang lipsink nyan, ahaha
Tingat kee lagee nyan cit sang. Kadang cit bak studio foto di keudee lamlo ji kodak potret nyan. Background deuh meu lagee layeue spanduk meunan.
Ka ku pateh ku, @kanotbu cit geuthee.. Semoga ada terbitan ke dua, ke tiga ke lima, dan ke sepuluh. Sukses terus buat kanotbu
Pokok jih meunyo ka troh u nanggroe harus meuteuka u bivak. Hahaha...
Luar biasa tulisan nya