Pesona Teuraceu Kuala Pante
Siang itu panas matahari begitu meyengat, padahal paginya baru saja hujan membasahi tanah Pidie. Tim Beulangong Tanoh pada hari itu berencana untuk ke Tangse dengan tujuan mengunjungi salah satu objek wisata yang ada di sana. Padahal rencana tersebut telah tersusun setahun lalu, akan tetapi karena kesibukan masing-masing dan kegiatan selalu terbentur dengan kegiatan lain akhirnya rencana tersebut baru terealisasikan kali ini.
Setelah melakukan berbagai persiapan, kami langsung bergerak ke Tangse via Bereunuen. Kira-kira lebih kurang kami menempuh waktu perjalanan selama satu jam untuk mencapai tujuan. Suasana siang itu memang sangat terik dari jalan arah Sigli hingga Keumala, tetapi dengan tujuan dan rencana yang telah di persiapkan kamipun berangkat tanpa keraguan.
Dalam perjalanan yang menempuh jarak lebih kurang 30 km ini, kondisi jalan terlihatramai. Terdapat sangat banyak kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Spertinya tujuannya sama dengan kami yaitu arah ke objek wisata yang terdapat di Tangse maupun sekitarnya. Apalagi waktu itu sedang suasana lebaran.
Seperti biasanya, saat melawati jalan pegunungan suasana yang tadi terik dan menyengat menjadi teduh seketika. Di pinggir jalan, terlihat banyak masyarakat yang menjual hasil kebun berjajaran di teepi jalan. Kami sempat berhenti di Keude Beungga untuk membeli minuman dan makanan sebagai bahan persedian kami ketujuan mengingat ini menjadi mudah apabila kami membei di sana dari pada langsung membeli di Sigli. Telebih lagi, secara tidak sengaja hal itu dapat mendongkrak ekonomi masyarakat sekitar Beungga. Setelah beristirahat sekitar 15 menit kami melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba awan hitam mulai menyelimuti perjalanan kami, memang tidak mengherankan ketika wilayah dataran tinggi yang memiliki cerah hujan yang tinggi bisa saja tiba-tiba turun hujan. Akan Tetapi terbesit dipikiran kami bagaimana kalau kami tidak sampai ke tujuan dan harus kembali membatalkan rencana itu. Apalagi sudah setengh jalan. Selain itu sudah jam 3 siang, kami pun tidak tahu berapa lama kami akan melakukan perjalanan lagi nantinya.
Kendati dari awal kami merasa was-was, tetapi dalam sesaat kami kembali merasa gembira dikarenakan cuaca kembali cerah. Sampailah kami di tempat tujuan, yaitu di Gampong Blang Malo, Kec. Tangse. Kira-kira tidak jauh lagi dengan ibu kota Tangse, lebih kurang 30 menit lagi jaraknya.
Setelah memakirkan motor di sebuah rumah yang berada dalam kebun warga, kami langsung bergerak ketujuan. Bermodalkan sedikit informasi yang telah di berikan oleh teman sebelumnya kami langsung bergerak ketujuan dengan menelusuri sebuah sungai bebatuan yang begitu besar-besar dan licin. Kami setidaknya harus naik turun bebatuan sepanjang perjalanan.
Suara gemuruh air dan angin sepoi-sepoi menjadikan perjalanan begitu santai. Segala beban beban fikiran yang begitu menumpuk tiba-tiba hilang begiu saja. Suara burung yang saling bersahutan serta angin yang meliuk meliuk dari berbagai arah menjadikan perjalanan kami sangat nyaman. Tidak lupa sepanjang jalan kami mengabadikan moment yang mungkin tidak bisa kami lakukan seperti ini lagi nantinya.
Setelah menempuh perjalanan kira-kira lebih kurang 30 menit lamanya dengan melawati beberapa likukan sungai dan batu-batu besar, akhirnya kami pun sampai pada tujuan, yaitu sebuah air terjun di pedalaman hutan Blang Malo. Rasa lelah dan panas pun terbayar dengan keindahan ciptaan Tuhan di depan mata.
Air terjun dalam Bahasa aceh yang disebut Teuraceu ini mempunyai ketinggian sekitar 7 m dan terbagi atas dua aliran. Tepat di bawah air terjun ini terdpat sebuah kolam yang berdiameter kira-kira 10 m dengan kedalaman kolam sejauh mata memandang. Kolam ini di apit oleh dua tebing menjulang tinggi dan pepohonan yang rindang menjadikan airnya sangat jernih.
Tidak perlu waktu lama setelah mengabadikan beberapa momen kami pun langsung berganti pakaian dan menyebur ke kolam tersebut. Setelah puas mandi dan bersantai cuaca kembali mendung, jam juga telah menunjukkan pukul 5 sore membuat kami bergegas untuk balik karena bisa saja hal yang kami khawatirkan seperti hujan deras akan terjadi.
Dalam perjalanan pulang gerimis mulai turun, kamipun langsung mempercepat langkah kaki untuk sampai di tempat kami memakirkan motor. Tiba-tiba salah seorang teman kami terjatuh, kepalanya hampir terkena batu dan kamera yang di pegangpun ikut terjatuh kedalam air. Kamipun saling menjaga dan lebih berhati-hati lagi saat berjalan. Setelah kembali menempuh perjalanan naik turun batu dan kelokan sungai akhirnya kamipun sampai di tempat parkiran motor. Dan untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan pulang, kami santai sejenak di tepian sungai. Sayapun sambil melamun terbesit di hati “semoga saja suatu saat saya bisa kembali lagi kesini menikmati ciptaan Tuhan ini, dan saya juga berharap kedepannya agar hutan dan segala isi di dalamnya juga bisa di lihat, dinikmati dan di jaga oleh anak cucu”.
Demikian cerita singkat tentang perjalanan kami menelusuri pesona keindahan alam Blang Malo. Semoga saja kedepannya kami bisa kembali lagi kesini dan kami juga mengharapkan untuk para pengunjung yang ingin menikmati keindahan air terjun Kuala Pante untuk selalu menjaga keindahan air terjun ini dengan tidak meninggalkan sampah. “Kalau bukan kita yang menjaga siapa lagi?”.(zk)
Kayaknya masih susah diakses oleh kendaraan ya?
kendaraan untuk ke lokasi memang tidak bisa di bawa