Selamat Jalan Nuke, Sahabat Wartawan dan Penulis di Nulisbuku

in #indonesia6 years ago

Terhenyak, diam. Begitulah ketika mendengar kepergian Sesilia Nuke Ernawati, sahabat wartawan dan sesama penulis di komunitas Nulisbuku. Kecelakaan di Semarang – tempat tinggalnya – menyebabkan Nuke meninggal dunia. Begitu kabar terdengar di WA Group “Suara Pembaruan Cawang”, rasa duka mendalam langsung menyelimuti semua anggota grup tersebut.

jogja-tribunnews.jpg
(Sesilia Nuke Ernawati. Foto: Jogja-tribunnews.com)

Nuke memang pernah menjadi wartawan Suara Pembaruan yang kantornya berlokasi di kawasan Cawang, Jakarta Timur, sebelum kemudian kantor tersebut pindah ke tempat lain. Seperti banyak teman lain, saya pun mengenal Nuke sewaktu sama-sama menjadi wartawan di Suara Pembaruan. Saya telah lebih dulu masuk, ketika Nuke dan beberapa teman lain menjadi awak redaksi pada pertengahan 1990-an.

Namun, sekali lagi sama seperti banyak teman lain, saya pun cepat akrab dengan Nuke. Orangnya ramah, senang bercanda, dan tidak mudah tersinggung. Gaya semarangan– nya sering muncul dalam banyolannya, yang membuat kami di redaksi Suara Pembaruan larut dalam kegembiraan.

Meski senang bercanda, dalam bekerja dan mengolah berita, Nuke cukup serius. Hal ini saya rasakan sendiri ketika saya back-to-back dengan Nuke mengurus edisi Minggu Suara Pembaruan, sebagai redaktur dan asisten redaktur. Kami langsung “klik” dalam pekerjaan, dan mudah sekali membagi tugas dengannya, hampir tak ada masalah sedikit pun.

Di luar itu, saya tahu bahwa Nuke memang senang menulis fiksi, khususnya puisi dan cerita pendek (cerpen). Dia kemudian bergabung dengan komunitas Nulisbuku, suatu komunitas yang digagas sejumlah anak muda untuk memudahkan orang menerbitkan buku karya mereka. Dapat dicetak sesuai anggaran si penulis, tidak perlu banyak-banyak dan bahkan oleh Nulisbuku, dibantu penataan letak sampai pengurusan nomor ISBN-nya. Seingat saya, dari Nuke jugalah saya mengenal Nulisbuku.

Nuke kemudian menerbitkan dua kumpulan cerpennya melalui Nulisbuku. Pertama, Tokek-tokek Togar. Kedua, Awas Ada Anjing. Lumayan cerita-cerita pendek yang dikemas Nuke, kisahnya mengalir dengan ringan.

Suatu ketika pada awal 2013, Nulisbuku menyelenggarakan lomba menulis cerpen yang disebut “Proyek Menulis”. Lomba ini terbuka untuk dua kategori, yaitu perorangan dan kolaborasi. Kalau perorangan, penulis cerpennya seorang saja, maka dalam kategori kolaborasi boleh dua penulis berkolaborasi menuangkan idenya sehingga menghasilkan satu cerpen utuh.

Maka dalam Proyek Menulis bertajuk “Kejutan Sebelum Ramadhan”, saya mengajak Nuke untuk berkolaborasi. Nuke setuju, dan kami pun menulis berdua. Saya memulai, Nuke menulis bagian tengahnya, dan saya menutup cerpen itu. Judul cerpen kolaborasi kami adalah “Suatu Ketika Jelang Dugderan di Kota Semarang”. Hasil penilaian dewan juri, cerpen kami menjadi Juara Pertama dalam kategori kolaborasi.

Setahun kemudian, Nulisbuku kembali mengadakan Proyek Menulis. Kali ini temanya adalah “Love Never Fails”. Saya mengajak Nuke lagi, dan dia pun setuju. Sama seperti cerpen sebelumnya, saya mulai menulis, Nuke mengisi bagian tengahnya, dan saya menutup cerpen yang kami beri judul “Lilin-lilin Sriyati”. Dewan juri kemudian menilai bahwa cerpen kami ditetapkan sebagai Juara Kedua dalam kategori kolaborasi.

Sejak saat itu, saya cukup sering berhubungan dengan Nulisbuku. Bahkan akhirnya, saya pun menerbitkan buku melalui Nulisbuku mulai tahun lalu. Setidaknya sampai saat ini, ada empat kumpulan puisi saya yang diterbitkan Nulisbuku.

Dan kini, orang yang memperkenalkan saya dengan Nulisbuku telah tiada. Selamat jalan Nuke, kenangan bersamamu tetap ada, pada saya dan pada semua teman-temanmu.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.21
JST 0.039
BTC 97116.48
ETH 3691.84
USDT 1.00
SBD 3.96