Kumpulan-kumpulan Puisi, Bermula dari "Kepada Kau"
Dalam kurun 2017 dan 2018 ini, sudah enam buku puisi yang saya terbitkan. Lima buku merupakan kumpulan puisi, dan satu buku merupakan kumpulan esai dan puisi. Keenam buku itu diterbitkan antara April 2017 sampai Juni 2018.
Namun jauh sebelum itu, pernah pula diterbitkan buku kumpulan puisi saya. Tepatnya pada 1981, ketika masih kuliah di Fakultas Satra Universitas Indonesia (FSUI), terbit kumpulan puisi berjudul Kepada Kau. Kumpulan ini berisi 21 puisi, dan terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama bertajuk “Kepada Kau” berisi 8 puisi, bagian kedua “Sajak-sajak Keranjang Sampah” yang juga berisi 8 puisi, dan bagian ketiga “Pa dan Ma” berisi 5 puisi.
(Sampul muka dan belakang kumpulan puisi "Kepada Kau". Foto: koleksi pribadi)
Kumpulan puisi yang terbilang “sangat” tipis ini, dicetak dan diterbitkan secara swadaya. Kalau tidak salah jumlahnya hanya 100 buku, namun segera habis. Selain dibagi-bagikan kepada saudara dan sahabat serta sejumlah perpustakaan, buku ini juga dijual dengan hanya mengganti ongkos cetaknya saja. Sama sekali tidak mencari keuntungan, karena yang dipikirkan hanya ingin menyebarluaskan kumpulan puisi tersebut.
Isi kumpulan puisi ini kebanyakan bertema cinta dan kehidupan mahasiswa di kampus. Termasuk beberapa catatan kritik dalam bentuk puisi, baik kritik untuk orang lain dan kehidupan umumnya, maupun otokritik, kritik terhadap diri sendiri. Khusus bagian ketiga puisi yang bertajuk “Pa dan Ma” adalah catatan-catatan tentang kehidupan di dalam keluarga.
(Daftar isi kumpulan puisi "Kepada Kau". Foto: koleksi pribadi)
Begitulah, kumpulan puisi tersebut menjadi kumpulan puisi pertama saya. Sebelumnya saya memang telah sering menulis puisi, tercatat puisi pertama dimuat di surat kabar Sinar Harapan pada awal 1970-an. Bahkan setelah buku kumpulan puisi itu terbit, juga masih menulis puisi di sejumlah media cetak, surat kabar dan majalah.
Namun keinginan untuk menyusun dan menerbitkan buku kumpulan puisi baru muncul lagi setelah 2016. Sejak 2012, beberapa kali ikut mengirimkan puisi untuk diterbitkan dalam antologi puisi bersama para penulis puisi lainnya. Dari situlah timbul ide untuk menebitkan buku kumpulan puisi secara tunggal.
Lahirlah kumpulan puisi Kubayangkan Chairil Anwar (ISBN: 978-602-6598-13-4) yang diluncurkan pada peringatan Hari Buku Sedunia (World Book Day) di Rumah Dunia, Serang, Banten, Minggu, 23 April 2017. Kumpulan puisi ini adalah untuk menyambut 95 tahun hari lahir penyair kenamaan Indonesia, Chairil Anwar.
Kemudian, buku kumpulan puisi Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila (ISBN 978-602-6598-18-9) yang terbit di Jakarta bersamaan dengan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2017. Kasus Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil Ahok menjadi salah satu kasus yang menyita perhatian hampir seluruh masyarakat Indonesia, juga sampai ke mancanegara. Terlihat sekali, betapa sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) begitu mengemuka. Seolah kita terlupa pada dasar negara Pancasila dan slogan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tapi satu tujuan.
Buku kumpulan puisi ketiga adalah Puisi Itu Adalah (ISBN 978-602-6598-26-4), yang terbit memperingati Hari Literasi Internasional 8 September 2017. Puisi-puisi yang ditampilkan adalah tentang puisi itu sendiri. Mulai dari menyinggung bentuk-bentuk puisi lama yang pernah ada, seperti pantun yang penuh rima dan ritma, sampai gurindam, dan angkatan-angkatan para penyair, termasuk tentu saja nama para penyair terkemuka Indonesia, semua ada dalam kumpulan puisi tersebut.
(Enam buku puisi karya Berthold Sinaulan terbitan 2017 dan 2018. Foto: koleksi pribadi)
Setelah terbit tiga buku kumpulan puisi pada 2017, maka pada 2018 terbit lagi buku kumpulan puisi berikutnya, yaitu Tahun Politik dan Uang (ISBN 978-602-51310-4-2). Kumpulan puisi yang diterbitkan pada awal Maret 2018 untuk memperingati Hari Puisi Internasional 21 Maret, judulnya diambil dari judul puisi yang paling banyak dalam buku itu. Setelah melihat puisi-puisi yang ada, ternyata memang paling banyak yang berjudul “Tahun Politik” dan “Uang”. Tercatat ada “Tahun Politik” I sampai III, dan “Uang” I sampai V. Lainnya bermacam-macam judul, namun tetap dalam satu benang merah untaian kata terkait situasi politik di Tanah Air.
Berikutnya, buku kumpulan puisi Aargh Reformasi (ISBN 978-602-6598-43-1) yang terbit bertepatan dengan peringatan 20 tahun Reformasi 1998 pada 21 Mei 2018. Kumpulan puisi yang diberi kata pengantar oleh Prof. Dr. Toeti Heraty N. Roosseno, seorang gurubesar filsafat, budayawan, dan perempuan penyair terkemuka di Indonesia, berisi 55 puisi yang ditulis dalam kurun 1998 sampai 2018.
(Sampul muka buku "Jangan Takut Menulis Puisi". Foto: Syifah Publisher)
Terbaru adalah buku berjudul Jangan Takut Menulis Puisi (ISBN 978-602-5459-69-6). Seperti ditulis dalam buku itu “Cetakan pertama, Mei 2018”, namun sebenarnya buku tersebut baru terbit akhir Juni 2018, sehubungan tak beroperasinya percetakan pada saat liburan menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Berbeda dengan buku-buku lainnya, dalam buku ini merupakan gabungan antara prosa dan puisi. Tercatat empat tulisan berupa panduan untuk menulis puisi, lalu 19 esai tentang puisi, dan 15 puisi yang ditulis dalam kurun Januari sampai April 2018.
Buku apa lagi yang akan terbit setelah ini? Kita tunggu saja bersama.
Congratulations @bertsinaulan! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Do not miss the last post from @steemitboard:
SteemitBoard World Cup Contest - The results, the winners and the prizes