Berkemah di Batam, Lalu Menyeberang ke Malaysia dan Singapura
Kepulauan Riau memang memiliki keuntungan tersendiri. Wilayahnya yang berbatasan dengan negara-negara tetangga, menjadi daya tarik tersendiri untuk penyelenggaraan suatu acara berskala nasional. Mengikuti acara di sana, sekaligus bisa mengunjungi negara tetangga.
(Ketua Panitia Pitaran Pelatih Serumpun 2018, Kak Harmidi, ketika memberikan laporan pada pembukaan acara itu. Foto: Kak Zul/Humas Kwarda Kepri)
Itulah tampaknya yang menjadi daya tarik bagi peserta acara Pitaran Pelatih Serumpun (PPS) 2018, yang diselenggarakan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Kepulauan Riau, akhir Juni lalu. Peserta yang datang bukan hanya dari Kepulauan Riau atau provinsi yang berdekatan, tetapi juga dari berbagai daerah lain di Indonesia. Tercatat sekitar 70 Pelatih Pembina Pramuka dari berbagai daerah yang hadir dan mengikuti acara yang diselenggarakan di bumi perkemahan di kawasan wisata ekskulsif Palmspring Golf and Beach Resort, di Nongsa, Batam itu.
Padahal untuk mengikuti acara, para Pelatih harus membayar biaya perkemahan. Belum lagi biaya perjalanan dari daerah asal ke Batam. Namun mereka tetap bersemangat untuk hadir, meski pun dengan biaya mandiri. Ada yang langsung membayar penuh seluruh biaya, ada juga yang mencicilnya.
(Tenda-tenda para peserta Pitaran Pelatih Serumpun 2018. Foto: Kak Zul/Humas Kwarda Kepri)
Begitulah, para Pelatih Pembina Pramuka yang datang satu-persatu disambut hangat Panitia PPS 2018 yang diketuai Kak Harmidi, Pelatih Pembina Pramuka Kepulauan Riau yang berasal dari Natuna. Mereka kemudian menggelar acara bersama di bumi perkemahan di kawasan Nongsa tersebut.
Sejumlah pemberi materi juga dihadirkan panitia. Selain dari pihak tuan rumah, panitia juga menghadirkan Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional (Pusdiklatnas) Gerakan Pramuka, Prof. Dr. Suyatno, lalu Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Nasional (Puslitbangnas) Gerakan Pramuka, Prof. Dr. Wan Abas, serta Kepala Pusdiklat Daerah Sulawesi Selatan, Prof. Dr. Jasmal.
Acara semacam pitaran pelatih memang tampaknya menjadi penting untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para Pelatih Pembina Pramuka. Apalagi dengan banyaknya produk petunjuk penyelenggaraan (Jukran) baru, baik yang berkaitan dengan orang dewasa dalam Gerakan Pramuka – termasuk para Pelatih Pembina Pramuka – maupun Jukran-jukran lainnya yang tak kalah penting.
(Para anggota Persekutuan Pengakap Malaysia siap menyambut rombongan Pelatih Pembina Pramuka dari Indonesia. Foto: BDHS)
Kegiatan PPS 2018 itu dibuka pada 28 Juni dan ditutup pada 29 Juni 2018 malam hari. Tetapi acara tidak berhenti sampai di situ. Pada 30 Juni pagi hari, para peserta mengikuti kunjungan muhibah. Ada dua pilihan, satu ke negeri Johor di Malaysia, dan satu lagi ke Pulau Bintan, di Kepulauan Riau. Seperti sudah diduga, mereka yang memilih berangkat ke Johor lebih banyak jumlahnya.
Dari Batam menggunakan kapal ferry sekitar dua jam, sampailah rombongan di Johor Bahru. Di sana, langsung disambut sahabat-sahabat dari Persekutuan Pengakap Malaysia (PPM), organisasi kepramukaan di negara itu. Rombongan diajak ke salah satu komplek sekolah, tempat sejumlah pengakap mengadakan kegiatan. Tak kurang Ketua PPM Negeri Johor, Tuan Haji Yacoob, ikut menyambut rombongan Pelatih Pembina Pramuka yang datang.
(Seorang Pelatih Pembina Pramuka menukarkan setangan lehernya dengan mengalungkan pada seorang Pengakap belia dari Malaysia. Foto: Panitia PPS 2018)
Ada hal menarik ketika berada di komplek sekolah itu. Para anggota PPM berusia belia, yang mungkin antara 8 sampai 12 tahun – bahkan ada yang lebih muda dari 8 tahun – berebut ingin menukarkan setangan leher (kacu) mereka dengan para Pelatih Pembina Pramuka dari Indonesia. Di kalangan kepanduan, saling bertukar setangan leher pada acara-acara internasional memang sudah menjadi tradisi sebagai tanda persahabatan dan persaudaraan. Mungkin mirip dengan para pemain sepakbola yang saling bertukar kaus seusai pertandingan.
Maka para Pelatih Pembina Pramuka pun dengan sukarela menukarkan setangan leher mereka. Bahkan memakaikannya kepada para anggota PPM yang masih belia itu. Tentunya teriring doa, semoga persaudaraan Indonesia dan Malaysia sebagai sesama negara serumpun tetap kekal.
(Penulis memberikan buku puisi karya penulis dan dua komik dari KPBMI kepada Tuan Haji Yacoob. Foto: Panitia PPS 2018)
Seusai itu, pertemuan dilanjutkan dengan kunjungan ke kantor PPM Negeri Johor. Di sini pun, Tuan Haji Yacoob dan sejumlah pengurus PPM menyambut rombongan. Di tempat itu, para peserta PPM 2018 diberikan penjelasan mengenai struktur kepengurusan PPM dan penggolongan peserta didik yang ada.
Hal ini memberikan tambahan wawasan bagi para Pelatih Pembina Pramuka tentang kegiatan kepanduan internasional. Apalagi sesama negara serumpun, banyak kesamaan yang dapat dikembangkan dalam berbagai kegiatan bersama. Seperti yang sudah beberapa kali diadakan, Perkemahan Serumpun di Kalimantan Barat dan di Sumatra Barat beberapa waktu lalu.
Setelah bermalam sehari, esok paginya pada 1 Juli 2018, sebagian besar rombongan kembali ke Batam dengan menumpang kapal ferry. Namun ada juga yang meneruskan perjalanan ke Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia. Sebagian kecil, bahkan melanjutkan perjalanan menuju Singapura. Hanya dengan berjalan kaki dari tempat penginapan, menyeberang jalan, sudah masuk check point imigrasi Malaysia. Dari sana, naik bus tak sampai lima menit, sudah sampai di check point imigrasi Singapura. Begitu selesai urusan di imigrasi, masuklah rombongan kecil itu ke Singapura.
(Lambang Pitaran Pelatih Serumpun 2018. Foto: Panitia PPS 2018)
Inilah yang antara lain membuat pertemuan di Batam itu menarik perhatian para Pelatih Pembina Pramuka. Sekali datang ke Batam, bisa ke Malaysia dan Singapura sekaligus. Bermanfaat pula untuk memperluas wawasan dan pergaulan internasional. Tak heran di akhir acara, semua peserta menyatakan puas dan ingin kembali lagi datang ke Batam.