Shalat Dhuhur Di Mesjid Kuala Leupung
Hari Minggu pekan lalu saya membawa keluarga bertamasya ke pantai. Pantai Kuala di Kecamatan Lhoknga Leupung Kabupaten Aceh Besar jatuh menjadi pilihan.
Dengan tiga mobil kami sekeluarga besar menuju ke sana. Tak menarik saya ceritakan karena standar saja kisahnya. Sampai ke pantai ya mandi lautlah menunya.
Tibalah waktu dhuhur. Tamu tetangga yang sepertinya suatu komunitas menghadirkan musik keyboard tanpa ampun. Tak jauh dari lapak kami terlihat balai seperti mushalla tapi saya khawatir kaki saya malah bergoyang mengikuti musik ketika shalat, kan repot.
Bersama dua orang kerabat saya mengajak mereka ke arah bangunan yang mirip seperti Mesjid kira-kira 250 meter dari tempat kami. Sebenarnya saya pribadi sudah merencanakan shalat disitu dari awal kedatangan. Beberapa kali ketika melakukan melintasi jalan barat selatan bangunan ini mencuri perhatian saya. Cuma saya penasaran ini Mesjid atau sekedar Mushalla.
Yang saya khawatirkan pada bangunan yang letaknya asing begini adalah ketersediaan air. Namun kekhawatiran saya tak terbukti setelah melihat tempat wudhu dan toilet dengan penampung air di atasnya.
Selesai wudhu saya masuk kedalam. Ternyata jamaah dhuhur sudah mulai, masbuklah saya dhuhur ini.
Interior dalamnya biasa saja, namun lampu dalamnya yang tampak seperti berbahan tali sabuk kelapa yang yang kokoh terasa sangat artistik.
Ternyata yang mengarah ke jalan itu adalah bagian belakang mengikuti kaidah arah kiblat. Bagian depannya ternyata cukup elegan untuk ukuran Mesjid kecil.
Warna bangunan yang dominan putih serta kubah putih dengan leher warna hitam dan dan guratan relief warna emas membuat aura bangunan ini terasa keren sekali dimata saya.
Kami sempat berbincang dengan seorang warga yang menjadi imum ketika shalat tadi yang belakangan kami ketahui juga merangkap pengelola.
Dari beliau saya ketahui bahwa daerah itu adalah Gampong Dayah Mamplam dan Mesjid itu dinamakan mesjid Kuala. Menurut cerita beliau Mesjid itu dibangun oleh seorang dermawan yang juga pemilik tanah tersebut yang kini berdomisili di Medan.
Kendati pun Mesjid namun disini tidak diselenggarakan shalat Jum'at. Karena memang jumlah penduduk sedikit disekitar Mesjid. Dulu menurutnya disini adalah pemukiman padat penduduk sebelum tsunami datang. Setelah tsunami penduduk yang trauma direlokasi kewilayah dekat pabrik semen.
Satu hal yang menjadi perhatian saya abadikan saja penghijauan agak serius dilakukan mungkin hawa panas bisa agak diredam. Pasti tambah nyaman singgah disini.
Beberapa mobil parkir di halaman ketika mobil kami meninggalkan hamalan Mesjid. Moga bila singgah lain kali Mesjid ini sudah tambah rimbun.
Bangunannya Masjid indah, dan ellegant ya, Bang. Sayangnya suasana sekitar begitu panas, dan gersang.
Semoga segera dilakukan penghijauan kembali.
Pinggir laut gini anginnya enak tapi kalo gakda pohon kurang asyik juga
Terlalu panas lihatnya dimats juga perih, Bang..
Senang sekali kakak berkunjung kembali, ya kak dipantai anginnya asyik tapi kalo penghijauannya kurang anginnya jadi berasa agak nyengat pengaruh uap asin kali ya ?
Saya dipikir bang Rully di Iran 😀
Mesjidnya itu loh. Keren 😁
Hehehe makasih
Kemarin saya juga ada singgah di mesjid itu @bangrully, namun lupa saya abadikan😂
Untuk kenang-kenangan
Saya juga nyaris lupa
Meski mungil tapi selalu diramaikan dgn jamaah wisatawan
Ya bang warnanya yang putih dan penuh relif menarik perhatian
Halo @bangrully, terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!
mantap juga tu mesjid..tp syg jmaahnya blum
mncukupi untk di adakn shalt jumat.
slm ukhuwah smga brkah
Kata sang Bilal dulu kawasan itu padan penduduk bang