Keputusan untuk Minggat
Tumpukan sampah terbakar di pekarangan belakang.
Saya membakarnya karena mengandung informasi — informasi pribadi — yang tidak lagi aman untuk disimpan di rumah. Seseorang telah membongkarnya.
Saya menyimpan informasi ini — itu catatan antara cinta pertama saya dan saya — dalam kotak logam kecil berkunci, dan seseorang merusaknya. Seseorang yang menerobos masuk ke kamar saya.
Seberapa banyak yang telah mereka lihat saya tidak tahu. Setiap kertas catatan dilipat kembali seperti semula, tetapi siapapun juga pasti akan melipat kembali setelah membacanya.
Maka saya mencampakkan semuanya ke tempat sampah dan menyalakan korek api, mengubahnya menjadi kobaran api.
Mengapa saya membakar semuanya?
Karena catatan antara saya dan cinta pertama saya bersifat personal. Saya berbagi informasi yang sangat pribadi dengannya. Kami punya sandi rahasia, tetapi kamu tidak mungkin tidak bisa menguraikannya.
Saya pikir kamar saya adalah ranah pribadi saya, terutama laci saya dan kotak logam yang terkunci, tetapi ternyata tidak. Itu sebabnya saya pergi ketika usia saya 17 tahun. Ya, kamu bisa pergi ketika berusia 17 tahun dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam urutan tersangka yang membuat saya pergi dari rumah adalah: Ibu, Ayah, Ivan dan Iman. Keduanya adik-adik saya.
Ibu merupakan seorang ratu yang otoriter, posesif dan menguasai rumah dan seisinya. Setiap saya ingin pergi ke luar, ada saja perintah ibu yang menghalangi saya untuk itu, termasuk ngapel malam minggu ke rumah cinta pertama saya.
Meskipun Ayah tidak pernah masuk ke kamar saya, tapi saya pikir Ayah akan melakukannya jika disuruh Ibu. Ayah akan melalkukan apapun untuk menyenangkan hati ibu, termasuk membongkar kotal logam kecil yang terkunci milik saya.
Ivan, si bungsu sialan kesayangan Ibu. Untuk menyelamatkan pantatnya dari sabetan sabuk, Ivan akan berbohong apa saja, termasuk menfitnah saya dan Iman. Mungkin Ibu merasa berdosa karena Ivan anak yang tak merasakan disusui olehnya sehingga tak pernah mempunyai prestasi di sekolah, sehingga apapun keinginan Ivan dituruti. Pokoknya dia pasti tersangka setelah Ibu dan Ayah, terutama jika dikaitkan dengan teman-temannya yang centil yang suka menggoda saya.
Iman, menjadi tersangka karena dia merupakan sesama penghuni rumah.
Pokoknya, Saya tidak akan kembali ke rumah apapun yang terjadi. Saya tak akan menginjakkan kaki ke sekolah menengah tempat saya dan cinta pertama saya bersekolah.
Sekolah menengah adalah — saya tidak akan berbohong, bkan sifat saya — tempat di mana kamu bisa jajan ke kantin dan bertemu orang baru seperti cinta pertama saya.
Cinta pertama saya memiliki ibu yang sama gilanya dengan ibu saya. Ampun Tuhan.
Kembali ke daftar tersangka.
Mungkin saja tersangka 1 (Ibu) dan tersangka 3 (Ivan) bersekongkol dalam konspirasi jahat. Saya patut curiga karena Ivan dibelikan sepatu baru yang mahal.
Jika saya mengetahui bahwa dia melakukannya, saya punya tiga pilihan untuk balas dendam:
- Memberitahu Ibu bahwa dia DUA KALI minum bir di rumah Abeng.
- Menjual sepatu barunya.
- Mengatakan pada Dina (cewek yang ditaksir Ivan) bahwa adikku itu playboy cak kapak.
Dalam semua skenario, Ibu pasti terlibat. Ibu sangat curiga dengan semua kegiatan saya. Saya tidak bermaksud bahwa saya curiga ibu yang melakukansendiri pembongkaran laci dan kotak logam berkunci saya. Yang saya maksudkan bahwa ibu curiga terhadap saya. Dia ingin membaca pikiran saya. Pokoknya saya cukup yakin bahwa dia pikir saya mampu "berbuat nakal". Namun apakah ibu akan begitu berani untuk masuk ke wilayah pribadi saya, saya tidak tahu.
Ibu pernah meminta saya untuk membantu memata-matai Iman dan Ivan. Iman adalah manusia paling apatis yang pernah lahir di muka bumi. Saya pikir itu hanya karena dia semacam pecundang yang bodoh. Tapi Ibu menyarankan agar saya ‘bicaralah dengan adik-adikmu’, dan saying menjawab dengan erangan. Saya kira saya tidak berbakat menjadi mata-mata.
Kembali ke daftar tersangka.
Tersangka 1: seperti yang saya katakan, saya yakin Ibu terlibat, jadi ini hanya menentukan seberapa rendah vs seberapa tinggi dan seberapa yakin saya akan pergi
Tersangka 3: konfrontasi mungkin bisa menyebabkan perang saudara bahkan darah tertumpah. Urutan hukuman dari efek yang ditimbulkan:
- Sepatu baru Ivan saya jual
- Mengatakan pada Dina Ivan adalah playboy cap kapak.
- Memberitahu ibu bahwa Ivan pernah minum bir. Dan merokok.
Atau, saya bisa menyuruhnya memilih hukuman yang ingin diterimanya.
Ada satu ancaman nyata yang terlewat: Bagaimana jika api tidak terkendali?
Saya bisa membayangkan dari jendela bahwa angin menerbangkan serpihan-serpihan kertas yang menyala, berputar-putar tingi bahkan sampai ke pekarangan tetangga. Bisa saja jatuh ke jemuran yang sudah kering atau ke dahan dan ranting pohon jatuh.
Bagaimana jika ketika api merobohkan rumah sebelah atau seluruh bangunan di jalan kami, lalu Ayah memanggil dan kami semua berlari berdiri di ruang tamu dan melihat keluar jendela dan saya melihat Ivan dan dia melihat ke arah saya sambil mengacungkan buku rapor dan berteriak, ‘Aku ranking dua’?
Apakah itu akan membuat semuanya lebih baik?
Atau, haruskah saya membawa ember berisi air?
Bandung, 11 Juni 2020