Cerita dari pejuang ibukota Indonesia #part1

Assalamualaikum dan selamat pagi steemian semua. Ini bulan kedua saya menetap di ibukota Jakarta, Indonesia. Sejak akhir 2017 yang lalu, sebuah NGO International menerima saya untuk sebuah project yang sedang mereka laksanakan. Konsekuensi dari itu, saya diharuskan tinggal di Jakarta, untuk waktu yang lumayan lama, 6 bulan.

Ini waktu terlama saya harus tinggal di sini, bertahun sebelumnya frekuensi tinggal di Jakarta hanya satu minggu dan paling lama 15 hari. Tapi kali ini, setengah tahun. Lumayan juga untuk mengetes keimanan.

Jakarta kota metropolitan, segala kemudahan bisa didapatkan di sini. Mau ke mall dekat, mau ke tanah abang dekat, mau ke kali Ciliwung dekat, mau ke tempat sekelas Alexis juga dekat.

Kemudahan mendapatkan segalanya terkadang membuat kita, anak daerah, mencoba untuk menemukan sesuatu yang selama ini tidak mudah didapatkan di kampung kita sebut saja tempat protitusi, narkoba dan segala maksiat lainnya.

Alhamdulillah, puji syukur kehadiratnya. Selama mengenal Jakarta sejak tahun 2010. Allah tidak sekalipun mengizi kan saya untuk menemukan tempat-tempat yang dapat mengurangi keimanan saya. Saban hari malah tempat yang saya temukan adalah tempat-tempat yang selalu mengingatkan diri saya akan-Nya. Contoh kasus, hari ini. Allah izinkan saya hadir di Masjid Istiqlal dalam Kajian Islam Bulanan bersama K. H. Ust. Yusuf Mansur.

Kajian Islam Bulanan bersama Ust Yusuf Mansur

Sebelum ini, ada banyak tempat yang Ia berikan untuk saya sebagai kado bahwa kota besar tidak melulu tentang gedung besar dan kemaksiatan. Apa saja itu, insya Allah di postingan selanjutnya akan saya sampaikan tempat-tempat yang Dia tunjukkan untuk saya.

Stay tune di @aulaandika