Menulis Dan Upaya Menjadi Siapa

in #indonesia6 years ago

Salam hangat stemians, beberapa malam yang lalu saya pernah memposting tentang bagaimana pentingnya menulis dan terus menulis, lebih-lebih bagi anda yang masih mengadu untung di steemit ini, karena menurut saya ini adalah salah satu jalan mudah untuk bisa sukses di steemit. Dalam hal kaitannya dengan menulis tentu ada hal-hal prinsipil yang harus diperhatikan, terlepas bahwa anda seorang penulis ternama atau bukan


![image]() [Sumber](https://steemit.com/writing/@grocko/writing-tips-1-outlining-vs-discovery-writing)

Di kesempatan kali ini saya mencoba melihat hal selain kemajuan teknologi informasi-komunikasi. Cepat atau lambat, setiap orang telah ‘digariskan’ (ditakdirkan?) untuk “menjadi siapa”. Ada yang cepat melesat bagai sebuah meteor namun kemudian lenyap entah di mana. Sirna dihempas waktu yang kadang jarang meninggalkan bekas

Seperti kata penyair terkenal "Chairil Anwar “Sekali berarti, sudah itu mati!”

Sekali berarti, sudah itu mati . Sekali terkenal, sudah itu terlupa. Manusia meteor. Nama-nama, misalnya Sinta-Jojo dan Norman, seakan “manusia meteor” itu. Sinta-Jojo jelas berbeda dengan Norman, yang waktu itu berpangkat Briptu. Memang, teknologi berperan penuh pada percepatan “melesat”-nya mereka, disusul peran media massa yang “mengorbitkan”-nya. Tapi kini, entah apa kabar mereka. Semoga mereka selalu sehat, senang, dan sejahtera.

Sekali berarti, sudah itu mati . Sekali terkenal, sudah itu meninggal dunia. Ini apa lagi? Tapi, mengingatkan saya pada tokoh seniman bernama Mbah Surip, yang melejit dengan lagu “Tak Gendong”, dan “Bangun Tidur” pada awal tahun 2009 (lagunya sudah ada tahun 2003 tapi terkenalnya malah tahun 2009). Bertahun-tahun mendiang merintis menuju “menjadi siapa”

Kembali kepada “waktu” atau “kesempatan”. Sebagian orang yang berinternet sejak sebelum tahun 2000, hingga kini tidak juga “menjadi siapa”, termasuk saya. Bukan persoalan “proses” atau “belum waktunya” alias “takdir”, melainkan memang berinternet tidak bertujuan “menjadi siapa”. Mereka-mereka yang berfokus pada “menjadi siapa”, dibarengi dengan “berproses serius” secara sabar-tekun, sangat mungkin “menjadi siapa” ketika “waktunya” tiba. Tidak sia-sia usaha mereka.


![image]() [Sumber](http://maulidarizka97.blogspot.com/2013/11/ayo-berinternet-sehat_4823.html?m=1)

Oleh karenanya, teknologi dan publisitas harus dibarengi oleh satu lagi faktor, yakni “waktu”. Kalau memang “sudah waktunya”, maka “menjadi siapa” adalah niscaya. Gampang ataukah tidak, kembali lagi kepada “waktu”. Mungkin begitu ya? Saya sama sekali tidak mengetahui apa-apa.

Pertanyaan tersebut teramat sering dilontarkan kawan-kawan pada saya, ketika itu kita cuma punya facebook, bahkan hingga akhir-akhir ini, ketika saya menampilkannya, baik puisi pusing, esai sesuka hati, cerpen encer maupun pantun manyun. Pada tulisan ini, saya hendak menandaskan, seperti yang pernah saya sampaikan kepada beberapa di antara mereka, bahwa ambisi masa muda saya untuk berkarya di media massa sudah selesai.

Kalaupun sekarang ada, itu sudah tidak lagi menjadi ambisi ataupun sisa ambisi masa lalu. Hanya untuk memberi suasana lain, atau, barangkali saja, ada yang ingin membaca karya saya di media massa.
Di samping itu, saya sendiri sedang menikmati pekerjaan utama saya, yang mana pekerjaan tersebut sesuai dengan latar belakang ijazah saya.

Sekarang saya sadar bahwa saya telah ditempatkan dan ditetapkan di luar garis yang selama sekian puluh tahun saya tekuni. Saya akui, ambisi yang tidak bergaransi dan berlisensi itu sungguh sangat membebani dan menguras energi saya. Orang bilang, “Nafsu kuat, tenaga kurang.” Yang paling kelihatan adalah pada botak di jidat saya


![image]() [Sumber](https://flp.or.id/memahami-proses-kreativitas-epigonisme-dan-plagiasi/)

Saya bukan siapa-siapa dalam berkarya. Sebagian besar karya saya selalu datar-datar saja. Tidak ada yang fenomenal, apalagi bersifat baru. Penciptaan saya epigonisme semata! Saya sadari betul itu. Jika masih saja begitu dan sampai meninggal kelak pun begitu, ya percuma saja berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu dan seterusnya dalam berkarya.

Apa bedanya dengan pedagang es lilin kebanyakan tapi esnya tidak bisa untuk main ski dan lilinnya tidak bisa jadi lampu penerang ( kalah dibanding jidat saya, apalagi kalau disusupi fosfor )?
Saya pun bukan siapa-siapa dalam berdiskusi dan berargumentasi karya. Ngotot untuk menang, malah cenderung menjadi ‘usaha membuang waktu’. Diskusi jadi debat kusir tanpa kuda. Argumentasi saya masih kalah sedap dibanding terasi bangka. Waktu sangat berharga bagi saya, meski bukan berarti ‘waktu adalah uang’. Waktu luang bisa saya pergunakan untuk ngobrol via internet atau malah tidur panjang.

Oleh karenanya, melalui tulisan ini, dan di jejaring sosial steemit ini, saya sempatkan lagi serta terakhir kali untuk menyampaikan bahwa saya sudah tidak lagi menggebu-gebu untuk tampil di media massa industrial-komersial, apalagi di media steemit yang notabene tempatnya penulis-penulis handal, cerpenis, cergam, puisi dan photography berkumpul disini. Bagi sahabat semua yang masih berjiwa muda, jangan sia-siakan waktu kalian. Berkarya dan berkreatifitaslah semoga semua yang kalian punya tidak menjadi barang rongsokan di kemudian hari


![image]()
![image]()
                             TETAP SEMANGAT
Sort:  

Dengan menulis dari bukan apa-apa bisa
Menjadi apa saja...

Lanjutkan....

Yups, trmkasih udah berkunjung, inilah sisi lain penambah semangat, saling mengapresiasi. Saya bukanlah siapa-siapa, tapi saya selalu berusaha menjadi siapa

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 68067.77
ETH 2640.37
USDT 1.00
SBD 2.72