Why Woman Not Effective to Lead A Country? (Story about Perspective in Bahasa)
source: www.google.com
Berbicara tentang pemimpin, tentu yang akan kita bayangkan pertama kali adalah laki-laki. Dalam berbagai agama, tokoh utama penyebar agama juga laki-laki. Dalam Islam, keseluruhan Nabi juga laki-laki. Apa keistimewaannya sehingga cocok diletakkan dalam kedudukan sebagai pemimpin?
Dalam beberapa periode zaman, efek emansipasi wanita menjadi alasan timbulnya sejumlah pemimpin wanita untuk sebuah negara. Sebut saja sebagai contoh familiar di Indonesia ada Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden ke 4 setelah GusDur. Namun menilik tentang hasil pimpinan tersebut, tentu juga ada banyak hasil yang kurang efektif. Mobilitas yang terlalu bebas juga membuat banyak kebocoran disana-sini dalam proses pembangunan.
Saya tidak bermaksud mengkritik ibu Megawati. Yang menjadi poin bagi saya adalah, apa perbedaan antara laki-laki dan wanita dalam memimpin sebuah negara. Ternyata dari sejumlah sumber yang saya baca, wanita terkesan mengambil keputusan karena perasaan. Sedangkan laki-laki mengambil keputusan dengan logika. Disisi lain, wanita cenderung bernafsu besar dalam keinginan mencapai sesuatu (meskipun laki-laki juga banyak yang begitu) dan tentu buruk jika mengarah kearah negatif. Oleh karena itu dalam hubungan keluarga, tetap ayah sebagai kepala keluarga. Coba saja bayangkan jika ibu yang menjadi kepala keluarga, dan ayah menjadi bapak rumah tangga. Sungguh serupa dengan sinetron "Dunia Terbalik" milik TV tetangga.
Ada sedikit cerita dari ustad saya. Pernah di zaman Rasulullah, ketika Nabi mengutus sahabat untuk mengajak sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang permaisuri (saya lupa nama kerajaan dan pemimpinnya). Sang permaisuri dengan arogan merobek surat didepan utusan Rasulullah. Setelah sekembalinya sahabat menghadap Rasulullah, beliau memastikan bahwa selama kerajaan itu masih dipimpin oleh wanita tersebut, maka kerajaan itu akan hancur. Terbukti tidak lama kemudian, negara tersebut hancur.
Saya wanita, dan saya menyadari wanita dan 1001 kemauan yang tidak pernah habis. Habis bedak, beli celak. Habis celak, beli lipstick matte. Jadi baiknya dimana posisi perempuan? Baiknya sebagai pendamping pemimpin (sehebat apapun seseorang, bahkan pemimpinpun butuh pendamping), bukan sebagai penggerak boneka. Contoh saja Ibu Ainun yang menjadi sandaran Pak Habibie. Terlepas dari itu semua, saya hanya seseorang yang mendambakan negara yang makmur. Yang miskin bahagia, yang kaya tidak pernah lupa, semua sama rasa. Tidak ada lagi boneka ini dan itu, apa lagi dilengkapi riasan fitnah keji sebagai bumbu. Karena saya yang awam saja menganggap ini tidak lucu.
Ini opini saya, bagaimana menurutmu?
Good. Tulisan yang bagus. Mengupas ‘pendapat’ gender menurut @annisazulkarnain, sangat gurih. Menurut saya Annisa mengeluarkan analisa yang cukup bagus, menghubungkan isu keperkasaan gender dengan history berlatar belakang agama.
Andai sedikit lebih panjang dan mengulas sedikit kisah menarik dari hasil kepemimpinan seorang pemimpin perempuan, lebih mantap. Semisal suksesnya Sri Mulyani mimpin Menteri Keuangan, dan berbagai kisah lainnya.
Salam
@zulfikarhusein
Waaah, makasi banyak masukannya bang. Sebenarnya pengen lebih panjang, tapi apa daya mandeg bg. Hehe. Akan diperbaiki untuk lebih bagus bg!
Apa kabar @annisazulkarnain? Kami telah upvote ya..
Kabar baik bang, salam dari pinggiran pantai. Terima kasih banyaak :)
Gini lah kak, sering-sering posting. Biar adekmu ini tambah pintar😊
Congratulations @annisazulkarnain! You have received a personal award!
1 Year on Steemit
Click on the badge to view your Board of Honor.
Do not miss the last post from @steemitboard:
Congratulations @annisazulkarnain! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Thankyou!