Apa adanya di Pulau Nasi, Aceh Besar
Yang bersisik tak selamanya ikan.
Bisa jadi, dia buaya muara
Yang bermahkota, tak selamanya raja. Bisa jadi, dia nenas.
Apa yang terlihat, dalam dunia buk Maya, tak selamanya sesuai ekspektasi. Bisa aja itu dikonsepin. Macam gimmick-gimmick. Kalau istilah entertainment-nya.
Ya macam, objek dalam foto di atas. Kesannya, dia lagi liburan. Di sebuah pulau.
Padahal, dia tengah kerja. Survey di tengah matahari terik. Suhu udara sampai 33°c. Angin timur, lagi kencang-kencangnya. Naik kapal, bawaannya pengen muntah. Tapi, ya itulah adanya.
Liburan cuma 10%, sisanya survey lokasi. Lihat panorama bagus dikit, langsung bergaya. Padahal, malamnya langsung tempel koyok di punggung dan jidat. Minum jamu, sama orang lambung. Akibat terlalu lama di luar. Jadinya masuk angin.
Apa netijen nan gemintang, mau tahu? Tentu saja tidak. Dan itu, sah-sah saja dalam era hari ini.
Namun, saya tidak akan bohong akan satu hal. Berlibur di pulau Nasi, yang masih tradisional dalam bersosialisasi, adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
Masyarakat yang ramah. Warung nasi yang belum ada. Semuanya, masih harus memesan pada masyarakat sekitar.
Mobil yang tak berlalu lalang. Suasana pagi penuh kicau burung, deru ombak, dan sapaan akrab dari para nelayan yang hendak ke laut? Ibarat kembali ke masa masa, kita tidak harus sibuk, mikirin besok mau konten apa lagi.
Jauh? Itu sih relatif. Dari Banda Aceh, cuma sejam-an naik KMP. Penginapan, sudah homestay. Main ke pantai? Hayyuk.
Terus ada sajian tarian khas Pulo. Likok Pulo namanya.
Bukankah ini, mewah?
Berarti cerita ini behind the scane dari foto itulah ya? Hahaha
Untuk mendapatkan kurasi dari komunitas indonesia, masuk ke https://steemit.com/trending/hive-193562 dan join sebagai member, lalu buat konten langsung dari sana... pakai tagar 'steemxclusive' dan 'zzan'.
Baik bang..
Mewah kali foto nya @anakkorea
Alhamdulillah, di tengah pandemi masih ada tempat utk dikunjungi