Ketika Cek Lah Membelah Ukhuwah
Sejak muda, Cek Lah sudah aktif dalam kegiatan politik mulai dari pemilu legislatif dan pilpres, pilkada, sampai pilkades. Tapi bukan sebagai kandidat, hanya tim sukses dari sejumlah kandidat lain. Politik bukan sumber ekonomi Cek Lah sebab ia seorang pedagang. Cek Lah memiliki sebuah toko ponsel dengan papan nama “Cek Lah Ponsel” bertengger di atas bangunan berlantai dua. Iklan Cek Lah Ponsel secara regular dimuat di media massa dan radio.
Kisah sukses Cek Lah penuh dengan darah dan air mata. Dulunya ia petugas kebersihan di kantor sebuah partai politik. Dia yang ditugasi membeli kopi, rokok, dan nasi bungkus ketika pengurus partai main domino. Dia tidak sendiri, kawan dekatnya yang sama-sama menjadi pendengar omong kosong politik adalah Wak Hasan. Dengan motor butut, mereka ke kota membeli berbagai kebutuhan kantor dan kebutuhan orang kantor. Selalu ada duit lebih yang masuk kantong mereka.
Wajar saja ketika sukses, Cek Lah memberi Wak Hasan modal kerja. Tidak gratis memang, tapi jauh lebih murah hati ketimbang kredit di bank dengan bunga mencekik dan harus agunan. “Bayar saja kapan ada uang, tapi semua modal dipakai untuk kegiatan produktif, jangan konsumtif,” pesannya kepada Wak Hasan. Bahasa Cek Lah memang sudah seperti investor betulan. Rajin membaca dan senang belajar, adalah kebiasaan Cek Lah yang pantas dicontoh.
Belakangan, Cek Lah juga aktif di media sosial. Mulanya dia punya akun di Facebook, lalu Twitter, dan Instagram. Ketika wabah Steemit melanda, Cek Lah juga membuat akun di Steemit. Kerjanya seharian memposting tulisan di berbagai media sosial, terutama tentang bisnis dan politik. Kalimat-kalimat bijak yang dia baca, juga diposting di sosmed. Banyak pengikut yang menyukai postingan Cek Lah.
Saat pemilihan kepala desa digelar, Cek Lah tertarik ikut. Dengan uang yang ia miliki, pengalaman, dan kepopuleran yang ada, ia yakin menang. Apalagi, Wak Hasan sahabatnya menjadi ketua panitia pilkades.Jadilah ia mendaftar. Seluruh jalan dan lorong kampung, penuh dengan spanduk, poster, dan stiker Cek Lah. Diam-diam, dia membuat akun palsu di sosmed dan menyerang tiga kandidat pesaingnya. Dia melakukan _black campaign_ alias kampanye hitam. Menyebar fitnah di sana-sini.
Tapi di akun resminya, Cek Lah tetaplah sosok bijak. Dia menyerang akun palsu miliknya sendiri, dan memaki dirinya sendiri dengan akun palsu. “Jabatan adalah amanah Allah. Kalah atau menang harus ikhlas,” tulis akun resmi Cek Lah. “Cek Lah sok alim. Hanya mencari popular,” balas akun palsu. Kebaikan dan kebaikan lahir dari jemari Cek Lah hanya dalam waktu satu menit. Cek Lah adalah tokoh antagonis sekaligus protagonis. Cek Lah adalah tokoh jahat sekaligus tokoh baik. Cek Lah adalah anak muda sekaligus bandit, atau Bawang Putih sekaligus Bawang Merah.
Dia punya ratusan akun palsu di berbagai media sosial bersama beberapa kawannya yang ia percayai. Secara bergantian, mereka menyebarkan fitnah, menyerang lawan, mencoba memengaruhi pemilih. Ironisnya, Cek Lah malah mengirim pesan, “Jangan memecah ukhuwah hanya untuk pilkades!”Pada hari pemungutan suara, ternyata Cek Lah kalah. Telak pula. Warga kampung lebih memilih calon yang sudah mereka kenal latar belakangnya.
Rakyat punya rekam jejak. Suara mereka tak bisa dibeli.Sasaran kemarahan Cek Lah pertama kali adalah Wak Hasan. Dia menyerang Wak Hasan, menyebutkan pengkhianat, tidak setia kawan, tidak tahu balas budi, dan segala sebutan kotor lainnya. Padahal, Wak Hasan hanya menjalankan tugas sesuai aturan. Dia tidak mungkin memenangkan kandidat yang kalah atau mengalahkan kandidat yang menang.
Tapi Cek Lah tak mau tahu. Tak cukup menyerang langsung, Cek Lah menggunakan akun palsu untuk menyerang Wak Hasan. Dia mengajak kawan-kawannya untuk menebar kebencian kepada Wak Hasan dan panitia pemilihan keuchik. Bahkan, pemilik akun anonim itu mengancam akan melaporkan ke polisi pilkades yang katanya sarat politik uang itu (padahal, Cek Lah yang melakukan politik uang, selain politik fitnah dan politik adu domba). Namun karena tak cukup bukti, dia tidak pernah menuntut.
Dalam sebuah grup Whatsapp para tokoh kampung, Cek Lah juga menyerang Wak Hasan dan memengaruhi orang lain agar membenci sahabatnya itu. Meski topik diskusi dalam grup tentang sepak bola, Cek Lah selalu mengaitkannya untuk bisa menyerang Wak Hasan. “Gol Messi sangat luar biasa,” komen seorang anggota grup. “Karena Messi tidak berkhianat kepada sahabatnya seperti Wak Hasan,” balas Cek Lah.
Tampaknya, Cek Lah sudah lupa dengan apa yang ditulisnya agar tidak membelah ukhuwah demi jabatan. Apa yang ditulis, apa yang dipikirkan, dan apa yang dilakukan, adalah tiga hal berbeda.
SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA
Sifat cek lah yang tak pantas di contoh.
Sangat banyak Cek Lah dunia ini di Aceh sendiri bertaburan. Tak hanya musim pilkada, musim lain juga muncul Cek Lah dadakan hanya mencari kepuasan dan keuntungan pribadi.. sangat disayangkan masih sikap memecah belah umat.
Menarik sekali @aiqabrago. Sangat menginspirasi terutama untuk kita yang hidup di negara yang mengusung prinsip demokrasi. Pesan yang bisa kita tangkap dari cerita ini, jika ingin menang berusahalah. Jika kalah maka bersabar dan berlapamg dada lah. Salam KSI.
Terima kasih @zamzamiali, Salam KSI
Sama2 bang @aiqabrago. Salam KSI.
Diam-diam, orang berkarakter spt Cek Lah ini banyak banget saat musim acara pemilihan2 apalah. So sad, but true. Betapa napsu sudah melumpuhkan saraf2 kewarasan seseorang.
Ternyata bg @aiqabrago pandai juga meramu cerita beginian 😁 👍
hehehe, hanya mengasah kembali keterampilan yang sudah tumpul, Terima kasih kakak Wiwik :)
Weiits....berarti sudah ready utk menelurkan tulisan2 bernas lainnya. Keren. Keren.👍👍
Kurangnya etika berpolitik yang akhirnya menjerumuskan Cek Lah.
Kerakusan akan harta, jabatan dan gila kedudukan menghasilkan dendam dan permusuhan.
Politik
Tidak ada teman
Tidak ada kawan
Tidak saudara
Yang ada hanya kepentingan
Dan itulah wajah asli politik kita, sindiran yang pas
hehehe, Terima kasih bg @kunrishartanto
Cek Lah itu saudara saya @aiqabrago. Tapi karakternya tidak seperti di atas. Dia masih baik-baik saja dengan Wak Hasan yang jualan kopi di kampung. Mungkin ini Cek Lah yang lain, yaaa?
By the way, Cek Lah itu laki-laki, kan? Kalau Cek Lah saya itu perempuan. Nama aslinya Ramulah, tapi di KTP Ramlah.
hahaha, Bukan, bukan, bukan bg hahahaha
Ceklah ini laki-laki, tapi berjiwa perempuan hahaha, (joke)
bang @aiqabrago
ini ada sedikit tulisan yang gak seberapa , mohon di pantau
judul : Apresiasi Untuk INDONESIA CURATOR [ @aiqabrago & @levycore ]
https://steemit.com/indonesia/@arie.steem/apresiasi-untuk-indonesia-curator-aiqabrago-and-levycore
Oke @arie.steem :)
Ceritanya enak banget di baca, dengan tulisan tang mudah di pahami.
Dan nilai yang terkandung dalam penulisan tentang ceklah sangat banyak, semoga apa yg kita pikirkan, kita ucapkan, dan kita lakukan adalah 3 hal yg sama
Nice @aiqabrago
Terima kasih @indramaulana :)
Keren bang cerpennya. Kalau bisa besok saya req. Lebih panjang lagi. Baru 5 menit saya baca tak terasa sudah habis.
Ceklah sok paten, penebar kebencian pasti akan kalah. Meski awalnya menang misalnya. Tapi dia akan dikalahkan oleh kebohongannya sendiri.
Pokoknya top markotop Bang @aiqabrago
Saya suka dengan kata-kata ini (Tapi dia akan dikalahkan oleh kebohongannya sendiri )
Saya akan mempertimbangkan permintaan anda, Terima kasih @nasrud :D
Bereh Bang.....salam steemit indonesia
Ha ha ha.
hi hi hi