Puisi Bukan Golput
Ahmadun Yosi Herfanda
DOA SEORANG HAMBA
YANG SEDANG KAPOK MENCOBLOS
Tuhan, hamba bukan golput
hamba hanya ingin berkata jujur saja
bahwa hamba sedang kapok mencoblos
Hamba kapok masuk bilik kecil itu lagi
Sebab setiap yang hamba pilih
Selalu membuat kecewa berat
Setiap yang hamba coblos
Selalu membuat hamba menangis
Di belakang hari
Hamba pernah pilih caleg aktivis jalanan
Yang gagah berani dan bersuara vokal
Yang siap memperjuangkan keadilan
Bagi orang kecil dan para pekerja
Tapi setelah menjadi anggota dewan
Tak pernah terdengar lagi suaranya
Ternyata ketika tertangkap kamera
Ia tengah tertidur di kursi empuknya
Ketika sidang dewan sedang membahas
Rancangan undang-undang tenaga kerja
Hamba pernah pilih caleg cantik dan suci
Tapi tak lama setelah jadi anggota DPR RI
Ia masuk bui karena korupsi
Hamba pernah pilih caleg berpeci
Yang suka menyitir ayat-ayat suci
Tapi setelah duduk di kursi dewan
Ia juga masuk bui karena gratifikasi
Hamba pernah pilih caleg berdasi
Tapi ujungnya juga masuk bui
Karena mencuri sepiring nasi
Hamba benar-benar jadi bingung
Harus memilih yang mana lagi
Ketika beribu wajah caleg,
Dengan warna-warni topengnya
Berseliweran di dunia maya
Menghiasi gang-gang sempit
Dan jalan-jalan raya
Mulut mereka terbuka lebar
Bagai kakap-kakap besar
Sedang mengincar mangsa.
Tuhan, hamba benar-benar jadi galau
Dan takut masuk bilik kecil itu lagi
Karena dengan masuk bilik itu
Hamba merasa ikut mempercepat
Mereka masuk penjara
Maka, ampunilah hamba
Hamba bukan golput
Sungguh hamba bukan golput
Hamba hanya sedang kapok
Mencoblos di bilik kecil itu lagi!
Hamba benar-benar kapok!
Pamulang, 17 Nov. 2018
Tuhan, Aku Berlindung Padamu
tuhan, aku berlindung padamu
dari godaan tuhan-tuhan baru
yang bermunculan di sekelilingku
aku berlindung padamu
dari rongrongan manusia-manusia
yang mempertuhan selain engkau
aku berlindung padamu
tuhan, aku berlindung padamu
walau engkau makin dilupa
dan disepelekan pemimpin-pemimpinku
aku berlindung padamu
walau di mana-mana engkau digusur
diganti cukong dan pejabat tinggi
yang menganggap kata-katanya
lebih tuhan daripada engkau
aku berlindung padamu
aku berlindung padamu
walau di pinggir-pinggir jalan
engkau diejek bendera-bendera parpol
walau di kantor-kantor
kursi direktur menggantikanmu
walau di mana-mana
kekuasaan menjadi tuhan baru
aku berlindung padamu
tuhan, aku berlindung padamu
sebab hanya engkau
tuhan yang sejatinya tuhan
kekuasaan yang sebenarnya kekuasaan
aku berlindung padamu
***
JAKARTA, KOTA YANG SELALU
MEMBUATKU BAHAGIA
Jakarta, kota yang selalu membuatmu bahagia
Lampu-lampu warna di malam tiba
celoteh anak sekolah di halte trans jakarta
bau keringat tukang sayur di KRL pertama
dan siulan kernet-kernet angkutan kota
selalu membiusku untuk tertawa pada dunia
dan kemacetan di jalan-jalan raya
ya, kemacetan yang makin gila itu
membuatku selalu mabuk
kembali dalam pelukannya
Siapa kata Jakarta kota yang menjengkelkan
Ini kota yang sangat menyenangkan
Siapa kata Jakarta kota yang membosankan
Ini kota yang sangat mengasyikkan
Siapa kata Jakarta bakal ditinggalkan
Ini kota yang sangat dirindukan
: jutaan manusia tiap hari
menyusu pada Jakarta
jutaan pencari kerja tiap saat
merindukan uluran tangannya
Di Jakarta tersedia racun dan gula
yang nyaris sama rasa dan aromanya
Di Jakarta tersedia sorga dan neraka
yang tumpang-tindih batas arealnya
Di Jakarta juga hidup setan dan dewa
yang sulit dibedakan raut wajahnya
Jakarta, kota yang selalu
membuatku bahagia
hingga akupun betah di sana
lupa pulang kampung
dan lupa silsilah keluarga
Jakarta, Oktober 2014
<br /><center><hr/><em>Posted from my blog with <a href='https://wordpress.org/plugins/steempress/'>SteemPress</a> : https://www.sembahyangrumputan.com/2019/02/01/puisi-bukan-golput/ </em><hr/></center>