Manis, Asam, Segar Berdendang di Mulut
Rujak, siapa yang tidak mengenal makanan segar yang bahan utamanya biasanya terdiri dari buah-buahan segar satu ini? Rasanya tidak ada warga Indonesia yang tidak mengenal rujak, tentu sudah sangat familiar di indera pendengaran kita semua. Apalagi Indonesia merupakan negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa dan beriklim tropis. Sudah bisa dibayangkan betapa nikmatnya menyantap sesuatu yang segar-segar ditengah cuca yang terik sambil bersantai, coba bayangkan dan silahkan libatkan imajinasi anda.
Di Indonesia terdapat berbagai jenis rujak yang tidak semuanya berbahan dasar buah. Diantaranya rujak cingur yang berasal dari Jawa Timur yang bahannya terdiri dari cingur ataupun yang berarti ”mulut” . Hal ini merujuk pada bahan irisan mulut atau moncong sapi yang direbus dan dicampurkan ke dalam hidangan. Indonesia memang kaya akan kuliner yang bergam dan menggugah selera.
Namun disini yang dibahas bukanlah rujak cingur yang berasal dari Jawa Timur, tapi rujak lokal dengan kearifan lokal tanah rencong. Rujak Nibong namanya. Nibong ini adalah landmark semata, sama halnya seperti keripik Saree yang dijual di daerah Saree, Aceh Besar. Lokasi dijajakannya rujak yang satu ini terapat di Desa Keude Nibong, Kecamatan Nibong, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Berdekatan dengan kawasan perusahaan ExxonMobile. Didukung dengan lokasi yang terbilang asri dengan pepohonan disekitarnya, menjadi nilai plus bagi yang ingin bersantai sembari melepas penat.
Usaha rujak ini sudah berdiri sejak lama, tepatnya pada tanggal 02 Januari 1990. Kurang lebih sudah mencapa umur 28 tahun. Usaha yang dirintis secara perlahan namun pasti seperti yang dikisahkan oleh sang pemilik.
”Usaha ini dimulai dari kecil kecilan, pelan-pelan tapi pasti, saya memilki keyakinan dan tekad yang kuat, karena rejeki tidak akan kemana. Pasti Tuhan akan memudahkan jalan rejeki orang yang giat berusaha,” begitu ujarnya.
Jika dilihat sekilas rujak ini sama saja seperti rujak pada umumnya, terdiri dari berbagai jenis buah-buahan yang dipotong dengan ukuran kecil. Yang menjadi kunci utamanya disini adalah bumbu rujaknya yang khas dan terasa sangat nikmat menggoyang lidah ketika disantap.
“Buah buahnnya sama dengan rujak-rujak di tempat lain, ada jambu, timun, mangga, nanas, dan lain lain, tapi disini bumbunya khas. Bumbunya yang bikin beda, rasanya tidak sama dengan bumbu-bumbu ditempat lain,” ujar Rizkia, salah seorang pembeli. Sang pemilik juga mengakui bahwa bumbu rujak ini dibuat dari manisan asli yang diolah sedemikian rupa, mungkin karena itulah yang membuat rasanya agak sedikit berbeda dari tempat lain.
Sejauh ini tempat tersebut dikelola langsung oleh sang pemilik dan dibantu oleh 14 karyawan. Tempat ini hampir tidak pernah sepi dan selalu dipenuhi oleh para pembeli. Tidak hanya warga lokal, rujak yang satu ini juga terkenal dan diminati oleh warga daerah lain diseluruh penjuru Aceh. Apalagi ketika hari libur, pengunjung semakin ramai memadati kawasan ini demi seporsi rujak yang segar serta bumbu yang manis gurih memanjakan lidah.
Tempat ini tidak hanya menawarkan satu jenis rujak saja, ada tiga varian rujak yang disediakan disini, yaitu rujak biasa, rujak colek, serta rujak manis. Siapa yang tak suka rujak manis? Pilihan yang tepat untuk melepas dahaga yang mendera tenggorokan. Untuk urusan harga anda tidak perlu khawatir. Harganya sudah pasti terjangkau dan ramah di kantong. Harga yang ditawarkan untuk masing masing jenis rujak tak lebih dari 10.000 Rupiah. Lebih rincinya untuk rujak colek dipatok dengan harga 10.000 Rupiah, rujak biasa 8.000 Rupiah, dan rujak manis seharga 7.000 Rupiah. Tergolong sangat murah jika dibandingkan dengan cita rasa segar dan nikmat yang kita dapatkan ketika menyantapnya. Jadi tak ada salahnya mampir untuk membuktikan sendiri cita rasa dari rujak yang tersohor ini.
Disini kita dapat melihat langsung persediaan buah buahan yang cukup banyak. Ada juga yang telah dipotong dan dikemas untuk dibawa pulang oleh pembeli. Untuk persediaan buah buahan yang begitu banyak bahkan harus memesan buah dari luar daerah Aceh, dikarenakan dagangan yang laku keras dan stok buah buahan dari kawasan lokal tidak mampu memenuhi angka yang ditargetkan.
Rata-rata pengunjung yang telah mencicipi rujak ini selalu berpendapat sama, enak, enak, dan enak. Melihat dari ramainya pengunjung sudah pasti tidak sedikit omset yang diraup dari usaha ini. Benar kata pepatah, sedikit demi sedikit, lama lama menjadi bukit. Semua hal yang besar itu dimulai dari sesuatu yang kecil. Semua butuh proses. Tak ada kesuksesan yang instant. Terus berusaha, karena setiap ada kemauan pasti ada jalan.
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by agrojaya from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.