Anarkisme Epistemologi, Melawan Ilmu yang Menindas
Sejarah manusia yang diawali dengan perseteruan Habil dan Qabil telah membidani ilmu yang turut membantu manusia dalam mencapai kebahagiaan.
Akumulasi fase sejarah yang memadatkan berbagai bidang keilmuan sudah mulai kita rasakan di masa sekarang. Terlepas dari mana ilmu itu berasal dan siapa yang memantik ilmu tersebut.
Menurut Nucholis Madjid, sejatinya ilmu berasal dari Adam yang mendapatkan pengajaran langsung dari Tuhan. Namun seiring perjalanan waktu, ilmu tersebut berpindah pusatnya ke Yunani. Kita mengenalnya dengan ilmu Helenistik. Ketika dunia Islam mengalami masa keemasan, maka pusat keilmuan dunia berpindah dari Yunani ke dunia Islam yang mayoritas berada di Jazirah Arab. Ketika dunia Islam mengalami kemunduran maka dunia Barat yang sebelumnya terbelakang menjadi tercerahkan atau lebih dikenal dengan masa Ressainance. Otomatis pusat keilmuan kembali berpindah ke dunia belahan Barat.
Selama perkembangannya, ilmu di dunia Barat mengalami dinamika yang pelik. Sebut saja sekularisme,materialisme, liberalisme dan seterusnya yang melahirkan kapitalime, komunisme dan seterusnya. Selama itulah banyak lahir ilmu yang menindas manusia.
Contohnya dapat kita rasakan hingga hari ini. Kapitalisme sebagai ideologi pemenang dewasa ini secara terselubung telah merasuk dalam dunia pendidikan kita. Kita kehilangan kemanusiaan dalam mengejar materi. Sekaligus melupakan Tuhan dalam bermanusia. Kapitalisme pendidikan adalah contoh kecil yang sangat menindas manusia. Hanya manusia dengan kapital lah yang dapat merasakan manisnya pendidikan. Pendidikan tersebut juga ikut melanggengkan penindasan dengan kurikulum yang mendoktrin peserta didik untuk menyembah ideologi yang menjadi agama baru manusia modern.
Pembaca sebagai ideolog, intelektual, dan pejuang kemanusiaan tentu perlu melawan dan menentang ilmu yang menindas dan ilmu yang mengabadikan penindasan terstruktur tersebut. Di dunia kekinian tren ini disebut anarkisme epistemologi. Upaya ini perlu dilakukan untuk mengembalikan ilmu sebagai keunggulan manusia dalam mendapatkan kebahagiaan. Semoga.