Sawit dan problema

in Indonesia3 years ago (edited)

1619397492360.jpg

Di hamparan gunung itu terdapat lebih dari ratusan hektar perkebunan sawit di kabupaten Aceh Utara

Saya belum sempat membaca literasi tentang awal mula keberadaan perkebunan sawit di Indonesia, tapi jika mau berasumsi dan sedikit berargumentasi, paska kemerdekaan Presiden pertama RI Ir. Soekarno memang sedang memulai sentra perkebunan rakyat secara merata, namun saya tidak dapat pastikan bila itu termasuk pula tanaman jenis sawit di dalamnya.

Orde Lama memiliki berbagai sentra perkebunan yang dapat membantu meningkatkan kehidupan masyarakat, PT Karkam salah satu milik putra Aceh, Teuku Markam yang juga merupakan kerabat dekat istana membidani sejumlah perkebunan jenis karet di Indonesia, bahkan dari perkebunan tersebut katanya PT Karkam mampu mengepakkan sayapnya diberbagai jenis pembangunan infrastruktur Indonesia paska kemerdekaan, baik itu pembuatan jalan maupun import kendaraan dari berbagai negara.

Di Aceh sawit juga sudah mulai menggema di era tahun 90-an, meskipun zaman Orde Baru jenis karet masih mendominasi jengkal tanah di provinsi ujung barat pulau Sumatera itu.

Paska MoU Helsinki, perundingan damai antara GAM dan RI pada Agustus 2005, perkebunan sawit yang telah pernah ada dan sempat terlantar akibat konflik berkepanjangan antara pihak republik dan gerakan perlawanan masyarakat Aceh itu kembali di pugar dan mendapatkan perawatan kembali pemiliknya.

Sawit menjadi primadona baru sebagai komoditas pertanian di Aceh, tidak sedikit perkebunan jenis tanaman karet bahkan sempat ditebang dan digantikan tanaman bertandan tersebut.

Tanaman primadona Aceh itu seolah menjadi berkah bagi petani, ramai-ramai warga memulai tanam sawit sebagai investasi jangka panjang. Bahkan tidak sedikit serapan tenaga kerja di perkebunan berasal dari pemuda di Aceh, ada juga bahkan dari eks Kombatan, maupun berbagai unsur lainnya.

Harga TBS (Tandan Buah Segar) sawit mampu mensejahterakan petani, ekonomi Aceh bangkit paska musibah Tsunami dan konflik berkepanjangan. Ibarat pepatah, ada gula sudah tentu bersemut, harga sawit yang awalnya from zero menjelma bak sang Hero, di tahun 2007 bahkan harga TBS sempat mencapai angka 2000 rupiah dan tidak pernah turun dibawah angka 1000 rupiah hingga tahun 2009. Bak gayung bersambut iklim investasi di bidang perkebunan sawit meradang, deforestasi bahkan menjadi legitimasi bagi perusahaan pengelola perkebunan untuk membuka lahan baru bagi swasta. Belum lagi masyarakat yang terlebih dahulu sudah beraksi, tebang kelapa, tanam sawit di kebun milik sendiri.

Euforia telah berlalu untuk sepuluh tahun yang lalu, harga TBS kelapa sawit kini mulai menjelma bak petaka bagi sang pemiliknya, belum lagi buruh yang menggantungkan kebutuhan ekonominya di tandan buah segar tersebut.

Dibeberapa daerah di provinsi Aceh yang memiliki perkebunan jenis ini, pemiliknya mulai menjerit, harga TBS sudah menyentuh angka 450 rupiah perkilogramnya, dari awalnya yang masih 980 rupiah. Penurunan lebih dari 50% harga sebelumnya menjadi petaka dalam sejarah perkebunan kelapa sawit, khususnya di Aceh yang mayoritas petani sawit menggantungkan berbagai kebutuhan, mulai pupuk, perawatan, panen, angkut, hingga ekonomi keluarga dibebankan kepada TBS.

Apalacur, kabar burung pun sayup terdengar, harga CPO di Utara Sumatera masih stagnan dan tidak ada penurunan harga, baik itu secara permintaan, hello mengapa TBS diperah sedemikian rupa?, benarkah Sawit itu yang mulanya berkah, kini sebaliknya jadi Petaka bagi mereka sang pujangga buah bertandan itu?.

cc

@steemcurator01
@booming01
@kevinwong


All pictures were my own documment
Thank you for your attention. Keep Steem On!

gif uncleboy.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 66847.77
ETH 3497.61
USDT 1.00
SBD 2.89