Rindu, berkecamuk dalam GAMELAN
Halaman rumah nya dipenuhi bunga-bunga, dia duduk di gazebo, yang dipenuhi ukiran khas jepara. Secangkir teh tubruk menemani pagi biasanya, tanaman rambat yang menutupi tembok pagar, terasa sejuk, seakan mentari enggan menghangatkan. Suara gamelan terdengar sangat mengalun, bagaikan ayun, yang menina bobo-kan dedaunan! Istri nya sambil menyulam "Iyem, tolong tanyakan ke bapak, siang nanti bapak mau di masakin apa?" Iyem berjalan menuju gazebo "pak, ibu suruh saya tanyain ke bapak, bapak mau dimasakin apa siang nanti?", bapak "telur pindang sama gulai krecek, jangan lupa sambelnya ya yem" Iyem "baik pak".
Terus hanyut dalam gamelan, matanya terpejam, keringat ber cucuran, ayunan tangan semakin cepat, dedaunan yang mengering berjatuhan. Perlahan tangannya melambat, dan menyudahi nya, lalu menyeruput teh dari cawan kesayangan nya, kesegaran daun-daun yang melambai terpancar di wajah nya. Menuju kebatang pohon, dengan tombak kecil di tangan, lalu menombaki daun-daun yang gugur diatas rumput. Terdengar suara mobil di luar pagar "opa opa" cucunya sambil berlari, lalu memeluk kaki nya dengan erat, lalu bertanya "opa kok enggak kerumah Anggi sih? Anggi kan kangen opa" terdiam sejenak "maafin opa ya, mobil opa mogok, sekarang lagi di bengkel, nanti kalo mobil opa sudah siap dari bengkel, opa sama eyang mami akan ketempat Anggi".
Lalu menuju kedalam rumah, setelah anak dan menantu sungkeman, dia menuju kekamar mandi, siulan lagu keroncong dinda bestari, terdengar sangat nyaring dari kamar mandi. Semua menanti nya di meja makan, Anggi cucu nya "opa buruan dong, anggi sudah lapar ni, ga tahan" ibu nya "hust! Ga boleh ngomong gitu sama orang tua, pamalih nanti", Anggi cemberut sambil mengayunkan kakinya di kursi meja makan. Dia menuju ruang makan dengan terbatuk batuk, lalu terjatuh persis di samping Anggi, lalu sontak teriak semua "opaa", semua coba memopongnya ke sofa ruang tamu. Kecuali Anggi, hanya duduk menunggu untuk makan siang, yang akan terasa sangat lama baginya. Eyang putri, menaruhkan nasi kedalam piring Anggi, ibu nya menyuapi opa di sofa ruang tamu, dan Anggi terus makan bersama, eyang putri, ayah dan kakak nya.
Sore itu suasana terasa hangat, dia kembali memainkan gamelannya, istri nya sambil berdiri, memangkas ranting melati yang tidak beraturan. Sementara Anggi bermain dengan kakaknya di halaman belakang, ibu dan ayah nya asik mengobrol di teras belakang, alunan nada gamelan, menghentikan gerak, istri anak menantu dan cucunya. Hanya dedaunan yang bergerak, dan terus menari dalam cumbuan bayu. Amukan bayupun datangkan hujan, matahari yang menyengat, membuat Anggi dan pelangi, menari bersama alunan gamelan. Matanya terpejam, pikiran nya "berkecamuk", saat mengingat detik detik melawan penjajah untuk kemerdekaan bangsa nya. Abang dan adiknya mati tidak menyandang gelar pahlawan, mereka gagal dalam pertempuran terakhir.
Suara kodok menyudahinya untuk bergamelan, secangkir teh dan beberapa suap tiwul didalam lapik, yang di sajikan iyem, cukup menghangatkan perut nya. Anak, menantu dan cucu nya, berpamitan untuk pulang, suasana menjadi hening, tak bergeming selembar daun pun! Istrinya dan Iyem sibuk menyiapkan makan malam. Dia sibuk menyiapkan bukhur di tempat bakar, aroma asap gaharu terhendus menenagkan jiwa nya yang lapar.
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/gamelan-kesenian-adiluhung-dari-jawa/