The Diary Game Season 3 – Kamis, 22 April 2021 : Kamis yang Melankolis

in Indonesia3 years ago (edited)
Hari Kamis, tanggal 22 April 2021.

Hai Steemian…

Hari ini bertepatan 10 Ramadhan, hari ini adalah sahur pertamaku di Banda Aceh setelah beberapa Ramadhan berlalu. Terakhir kali aku menjalani ibadah puasa di Banda Aceh pada tahun 2014. Aku sahur bersama anak-anak dengan menu seadanya. Kemarin hari yang sibuk, kami sampai di sini setelah Subuh, tidur dua jam dan langsung ke Bappeda Aceh untuk mengikuti desk Musrenbang Tahun 2022. Pembahasan dua pokja baru selesai saat Ashar. Kami berbuka puasa bersama di Cut Mun, saat pulang aku pesan seporsi kuah beulangong dan lima potong ayam goreng untuk bekal sahur hari ini. Namun sayang sekali, kuah beulangong sudah tak bersisa, jadilah sahur ini kami makan nasi dan ayam goreng, tanpa kuah. Tidak apa-apa, yang penting berkah.


Menunggu, ditemani cocor bebek yang imut


Mejeng dulu di photo booth Musrenbang


Desk Pembahasan

Pembahasan masih belanjut hari ini, jadwal kami pukul 8.30. hari ini tinggal satu pokja lagi yaitu infrastruktur, biasanya inilah desk yang paling alot, karena sebagian besar anggaran tercurah ke bidang ini. Kami sampai di Bappeda tepat waktu, teman-teman dari instansi terkait juga sudah menunggu. Mereka rata-rata baru sampai pagi ini. Acara dimulai 15 menit kemudian, benar saja pembahasan berlangsung lama karena setiap kegiatan harus sesuai dengan prioritas dan dilengkapi dengan data dukung yang dapat dipertanggungjawabkan. Pembahasan selesai pukul 12.30 dengan beberapa catatan perbaikan yang harus selesai seminggu ke depan untuk dibahas ulang. Begitulah rutinitas kami setiap tahun, saat orang lain baru memulai tahun 2021, kami sudah membuka folder Tahun 2022 di laptop masing-masing. Hal ini membuat kami seringkali salah menulis tahun di draft surat-surat yang kami ketik.

Teman-teman anggota Tim ku langsung berangkat pulang setelah acara selesai. Aku masih harus tinggal di sini sampai hari Kamis depan, karena masih ada acara lain yang harus aku ikuti. Beruntung aku punya tenpat tinggal di sini, kalau tidak tentu saja aku ikut pulang juga dan kembali lagi hari Senin nanti. Setelah say goodbye dengan teman-teman seperjuangan, aku pulang ke rumah dan lanjut istirahat. Tiga hari ini sangat melelahkan.

Suara azan berkumandang, telah tiba waktu Ashar. Aku bangun dan membersihkan diri. Setelah selesai shalat, aku keluar mencari takjil untuk berbuka. Di rumah ini nyaris tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak, jadi aku cuma menanak nasi saja. Anakku lebih sering beli makanan di luar daripada masak sendiri. Kulihat kesibukannya luar biasa, jadi aku maklum saja. Kususuri jalan Pang Lateh dengan berjalan kaki, jalan ini tidak panjang, tetapi selalu ramai karena menghubungkan dua jalan, Taman Siswa dan Rama Setia. Sampai di ujung, aku lihat ada penjual ikan panggang, aku urung singgah dan lanjut belok kiri ke Jalan Rama Setia. Aku berjalan pelan, menikmati suasana yang membawaku ke 7 tahun lalu saat masih menetap di sini untuk melanjutkan studi. Hampir setiap malam aku ke sini sendiri, untuk makan malam atau sekedar minum kopi. Tak terasa telah sampai di depan Es Campur Kenangan. Brand ini benar-benar menjadi kenangan bagi mahasiswa yang pernah menetap di Kuta Raja di tahun 90-an.


Pasar Aceh Shopping Center

Akhirnya aku berhenti di rak penjual sate matang, memesan tiga bungkus untuk dibawa pulang. Di seberang jalan, tampak Pasar Aceh Shopping Center, yang masih berdiri dan bertahan dengan penampilannya yang sudah tua. Walaupun begitu, dia sepertinya berdiri dengan bangga, seakan berkata pada anak-anak milenial, “aku pernah menjadi tempat paling elit pada masa muda orangtuamu, saat itu cuma aku yang punya bioskop, tangga berjalan dan swalayan”.


Suasana dari pojok Warung Kopi Sanusi

Sate Matang telah matang dan aku berbalik pulang, menyusuri Rama Setia sekali lagi hingga sampai di Warung Kopi Sanusi. Warung kopi ini juga tidak berubah, masih berdinding kayu, sebuah meja masih betah di tengah warung dengan berbagai macam kue nyaris berserak di atasnya. Suara kendaraan makin ramai dan bising. Simpang empat ini rasanya terlalu sempit untuk memuat jumlah kendaraan yang berbelok dan berlalu lalang. Aku memesan es teh manis dan mengambil beberapa potong kue di meja. Sampai di rumah sudah hampir waktu berbuka. Tak lama terdengar suara dari toa masjid, Kepala Desa Merduati mengucapkan selamat berbuka puasa kepada seluruh warganya.

Satu hari lagi berlalu, terkadang berlalu begitu saja, terkadang penuh makna.

Terimakasih telah singgah, membaca dan mungkin mengomentarinya

Terimakasih.

Sort:  

Aahhh... Banda Aceh, jadi kangen 😭😭😭 paling enak ngebut di rama setia tengah malam pulang ke deah glumpang dulu

Kalau sekarang dah rame banget daerah itu kak. Kalau dlu agak sepi. Pertokoan juga udah mulai banyak.

Si kakak raihan masih di banda aceh kak?

This post has been rewarded by @steemcurator08 with support from the Steem Community Curation Project.

Follow @steemitblog to get info about Steemit and the contest.

Anroja

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.13
JST 0.029
BTC 58720.84
ETH 3088.52
USDT 1.00
SBD 2.41