Belajar Bertani Kopi
Assalamu'alaikum...selamat hari ini untuk segenap steemian di komunitas ini. Semoga selalu sehat walafiat dan bahagia...
• • • RAKYAT BERTANI • • •
Cerita tentang kopi bukanlah sesuatu yang baru di kalangan masyarakat kita Indonesia. Ada banyak tanah subur yang pantas dijadikan kebun kopi di berbagai pelosok negeri kita tercinta. Dan sudah banyak pula tanah subur yang sudah dijadikan perkebunan kopi dari ujung timur hingga barat Indonesia, seperti kopi Irian Jaya, Toraja Sulawesi, Lombok, Papandayan, Lampung, Sidikalang dan Aceh, serta banyak lagi daerah penghasil kopi yang aku tidak tahu.
Kopi Kang Pian yang mulai belajar berbuah
Tapi kali ini aku tidak bicara bagaimana meracik kopi ala barista atau jenis minuman bahan dasar kopi. Kali ini aku hanya ingin berbagi tentang Kang Pian, seorang bapak berusia 39 tahun yang mulai mencintai kopi. Awalnya ia juga tidak serius benar menggeluti kebun kopi, ia hanya menanam beberapa batang bibit kopi saja pemberian temannya. Singkat kata, dua tahun lalu ia pun mulai menanam kopi di kebunnya.
"TENTANG KOPI SAYA BELAJAR SECARA OTODIDAK, ALHAMDULILLAH SAYA PUN MULAI PAHAM WALAU SEDIKIT."
Seiring waktu, kopi yang Kang Pian tanam pun sudah mulai menunjukkan hasilnya. Bahkan beberapa kali ia sudah mulai menjualnya ke warung kopi yang ia kenal. Ia tidak pernah menjual cherry, karena ia faham bahwa menjual beans akan lebih menguntungkan. Memang prosesnya akan sedikit memakan waktu. Namun dari sanalah ia bisa belajar secara otodidak bagaimana cara memperlakukan kopi yang layak.
Aku sebagai penikmat kopi pun mengapresiasi apa yang sudah di lakukan Kang Pian, mengingat di kawasan ia bertempat tidak satu pun petani memiliki kebun kopi, padahal secara geografis tanah mereka terkenal subur dan cocok untuk tanaman kopi bersebab berada di ketinggian. Bagiku yang berasal dari Aceh, tempat Kang Pian yang berada di kaki gunung Salak agak serupa dengan dataran tinggi Gayo.
Dari penuturannya, sementara ini hampir seribu batang kopi arabica ateng yang sudah ia tanam di tanah garapannya. Dan masih ada 500 bibit lagi yang akan ia tanam. Rencananya ia akan menanam di pinggir sungai bibit sisa itu. Sedang untuk robusta, Kang Pian sedang menggali lubang tanam, usai ia gali akan ditabur pupuk lebih dulu. Dalam bulan ini diusahakan semua bibit robusta akan ternanam sesuai rencana awal.
“Semua bibit robusta ini adalah bantuan dari dinas pertanian Kabupaten Bogor, berikut dengan pupuknya,” ujar Kang Pian.
Sembari mengurus kebun kopi, Kang Pian juga mengarit rumput untuk domba-domba yang ia ternak persis di samping rumahnya. Saban sore ia sering kutemui mengarit rumput di sela-sela batang kopi, tak jarang pula kami mengobrol hingga lupa bahwa hari sudah menjelang sore. Biasanya, jika sudah begini aku pamitan lebih dulu, dan Kang Pian pun berjalan dengan karung rumput di pundaknya. Ia tekun dan kuat, begitu yang aku kenal.
Kang Pian adalah sosok ketiga ku kenal saat aku menginjakkan kaki di Bogor. Awal aku kenal ia tidak banyak bicara, ia lebah banyak diam dan tersenyum saja saat kami berjumpa. Namun waktu membuatku jadi lebih mengenalnya, ia rupanya sosok yang senang berdiskusi tentang sesuatu yang baru, apalagi tentang kopi yang sedang ia tekuni. InsyaAllah ia akan berjaya dengan kopi yang saat ini baru berusia dua tahun.
25% reward untuk @indonesianers. Tetap semangat dan terus berjaya...
Wassalamu'alaikum...
Terimakasih atas dukungannya,
@pieasant_walking while studying
I can't find you in discord!!! 🤣😂
If you can, please DM me.
Sorry, I haven't joined discord yet...