Jika seluruh pria di Aceh disunat
ATM-ATM yang baru disyari'ahkan itu ibarat baru seminggu muallaf . Masih agak bingung dengan kebiasaan agama baru._saksimata
Saya pulang dari warung kopi malam kemarin jam 02.00. WIB. Setelah merokok dan menatap layar henpon sampai bosan, saya tidur setelah sebelumnya menyetel alarm di pukul 04.20. WIB. Kemudian pulas dan; gelap.
Alarm berbunyi menyentak tidur. Kencang benar suaranya. Saya lansung terduduk antara sadar tidak; saya masih dalam keadaan terbawa mimpi.
Dalam mimpi, saya berpikir imsak jatuh di pukul 04. 30 WIB. Dan parahnya, dalam mimpi saya itu, imsak dan puasa hanya Tuhan khususkan bagi Aceh semata. Daerah di belahan dunia lain, tidak. Betapa khususnya Tuhan memperlakukan Aceh, dalam mimpi saya.
Aceh bagi Indonesia sudah pasti menjadi daerah otonomi khusus. Dimana otoritas politik dalam negeri bisa dilakukan semau dan seselera elit politik lokal. Sampai-sampai untuk mendapat otonomi khusus, GAM, gerakan Aceh merdeka harus sedia berperang puluhan tahun dengan korban kedua belah pihak tiada terkira dan dilupakan begitu saja.
Saya tidak tahu, Aceh bagi Tuhan yang kita sembah itu, apakah khusus?
Saya tak punya jawaban melegakan. Namun, dilihat dari cara memperlakukan Aceh oleh elit politik, nama Tuhan dibawa-bawa agar mulus politisasi tiap pilkada.
Atas nama syari'at, bank konvensional tutup semua. Peralihan rekening ke syari'ah menimbulkan panik massal.
Perlu tuan ketahui, di Aceh sudah tak ada bank konvensional. Semua bank harus syari'ah. Berhukumkan Islam yang sangat kita cintai. Sakitnya tuh, bagi yang tidak mengganti ke bank syari'ah, jika terjadi sesuatu masalah dengan rekeningnya, maka harus berurusan ke Sumatera Utara. Karena, di sekeliling Aceh, hanya Sumatera Utara satu-satunya provinsi. Sudah satu-satunya, dan itu provinsi menjadi penyuplai segala kebutuhan warga Aceh. Dari telur sampai obat ketiak. Dari sempak sampai pakan ayam yang kita pelihara untuk melawan jenuh selama WFH.
Bank konvensional itu kini sudah berhasil dihalau satu-satu dari sejak Desember 2020 lalu. Kini tinggallah bank syari'ah yang berbaju BSI, atau Bank Syari'ah Indonesia. merger 3 bank BUMN. Di atas semua itu, tak semua ATM BSI berfungsi baik untuk penarikan uang. Ada saja ATM yang hanya bisa tranfer. Mungkin ATM-ATM itu bagaikan muallaf yang baru seminggu masuk islam. Masih agak bingung dengan kebiasaan agama baru. Kebingungan itu memperlambat transaksi rakyat kecil yang mungkin hanya menarik 200 ribu uang untuk membeli popok bayi dan dan setengah kilo susu bubuk.
Tak tahu harus mengadu kemana. Pemerintah lokal Aceh entah dimana saat-saat kebingungan begini. Perubahan dari konvensional ke syari'ah, terjadi dalam subok-subak prahara begini, rasanya bagai melewati masa sulit mengurus KTP merah putih masa darurat militer dulu di tahun 2003.
Satu dua yang tidak ingin ribut, begitu rekeningnya bermasalah, lansung pergi ke Medan. Sebuah kota yang letaknya harus ditempuh hampir sehari semalam dengan bus berbadan besar dan nampak malas melaju di tengah hening malam sepanjang jalur pantai utara-timur Aceh. Bus-bus itu cukup nyaman. Dan rutin berhenti jika sampai terminal untuk sekedar buang air kecil sopirnya.
Soal buang air kecil, cuma itulah yang belum diurus di Aceh. Coba misalnya, sunatisasi alat buang air kecil pria di Aceh. Kalau itu terjadi, sempurnalah sudah!
Salam sayang buat stemian semua.
Saya sudah mengalami, mengurus ATM yang disable, ke cabang BRI terdekat di Pekan Besitang, kan cagok kali
Itulah. Tjagok syariah. Pula pingkui adinda dan abangda di aceh memperjuangkan kemerdekaan, uroih bank konvensional, u medan.