Ramadan Bercerita #4: Membuat Sungai Kehidupan

in Indonesia3 years ago (edited)

Ramadan Bercerita.jpeg

River life2.jpeg

Duh! Menjaga konsistensi menulis satu cerita setiap hari selama bulan puasa dalam Ramadan Bercerita ternyata memang tidak semudah yang direncanakan. Karena berbagai kesibukan, waktu yang sudah diplotkan untuk menulis selalu saja terpakai untuk aktivitas lain. Hikz. Benarlah kata-kata bijak yang begitu familier di telinga saya; sudah direncanakan saja kadang bisa meleset, apalagi tidak direncanakan sama sekali.

Di postingan ini saya akan menceritakan beberapa kegiatan menarik yang saya lakukan dalam tiga hari terakhir (sejak postingan terakhir). Pertama, menyelesaikan proposal proyek bersama teman-teman yang kami apply untuk sebuah program sosial yang fokus pada isu-isu perdamaian. Alhamdulillah, menjelang pukul nol-nol pada Minggu malam proposal itu berhasil kami kirim. Mohon doanya ya teman-teman, Steemian. Doakan proposal kami lolos kurasi panitia.

Kedua, mengikuti kegiatan diskusi jurnalistik yang dibuat AJI Banda Aceh dengan tema pelatihan penulisan in depth untuk isu-isu perempuan. Diskusi ini menghadirkan narasumber Direktur Flower Aceh, Riswati, dan Sekjen AJI Indonesia, Ika Ningtyas. Kegiatannya sendiri berlangsung secara luring dan daring. Meski singkat, diskusi ini cukup memberi wawasan mengenai proses pembuatan berita yang berperspektif gender. Walaupun, bagi saya pribadi topik ini bukan lagi sesuatu yang baru. Namun, topik yang sama sekalipun, ketika disampaikan oleh pemateri lain, akan menghadirkan sensasi yang berbeda.

Ketiga, kegiatan mentoring dengan salah satu mahasiswa Politeknik Kesehatan Aceh. Saya sebagai mentor dan mahasiswa tersebut sebagai mentee. Kegiatan ini digagas oleh organisasi kepemudaan The Leader--organisasi yang dijalankan oleh sekelompok anak-anak muda kreatif yang fokus pada pengembangan bakat dan minat, serta kreativitas anak-anak muda.

Di antara semua kegiatan itu, ada kegiatan selingan yang saya ikuti di sela-sela menyelesaikan proposal. Setelah di hari sebelumnya pada Sabtu, 17 April 2021, sebagai tahap diskusi awal kami lakukan di bawah pohon rindang di Taman Sari Kota Banda Aceh, di hari kedua rapat kami lakukan di sekretariat The Leader di daerah Prada--Lamgugob. Saat itu, teman saya, Ayu, juga mengajak mentee-nya ke markas The Leader. Dia menyelingi proses mentoring di sela-sela menyelesaikan proposal. Sementara Ayu menyiapkan narasinya, saya menyiapkan rancangan anggaran biayanya.

Sambil membuat RAB, saya turut menyimak apa yang disampaikan Ayu pada mentee-nya. Nah, saat Ayu mulai menyebut-nyebut kata "river of life", di situlah saya mulai penasaran dan menawarkan diri agar bisa bergabung dalam kegiatan mentoring mereka. Sebenarnya, metode membuat sungai kehidupan atau river of life ini bukan hal yang baru buat saya. Belasan tahun silam saya pernah mempraktikkan metode yang serupa, tetapi dengan cara berbeda. Inti dari kegiatan ini ialah membuat sebuah alur atau sungai yang menggambarkan perjalanan hidup kita di masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.

River life.jpeg

Kenapa disebut "sungai kehidupan", karena setelah kita menggambar perjalanan hidup kita, terkadang bentuknya memang berkelok-kelok. Ibarat peta hidup kita yang juga tak selalu mulus. Visualisasi dari sungai yang kita gambar untuk merekam seperti apa masa lalu kita, di mana titik-titik terendah kita, kapan fase-fase paling menyenangkan dalam hidup kita, kapan titik baliknya?

Dalam membuat sungai ini, setiap kendala yang dihadapi bisa diilustrasikan dengan kerikil-kerikil atau batu yang mengambat, saat kita merasakan jalan buntu misalnya, bentu sungainya akan dibuat menjadi sempit. Begitu juga saat kita berada di persimpangan yang sulit, sungainya akan dibuat bercabang. Ke mana akhirnya jalan yang kita pilih, ke situlah kita melanjutkan sungai kehidupan kita. Ujung-ujungnya akan berhenti di titik hari ini. Entah itu dengan ujung yang terbuka lebar atau ujung yang mengerucut. Ini juga ditentukan kondisi saat ini, apakah kita sudah melewati rintangan-rintangan itu, atau masih dalam fase tersebut.

Nah, saya sendiri karena kebisaan menggambar saya yang benar-benar berada di titik nol (:-D), alih-alih menggambar sungai dan perangkat-perangkatnya, saya malah membuat sungai kehidupan saya dengan ilustrasi yang berbeda seperti di bawah ini.

River life2.jpeg

Kalau dilihat-lihat lagi, saya jadi ingin ketawa terus. Bentuknya aneh sekali, tapi itulah sungai kehidupan saya. Untuk mendeskripsikannya, saya bermain dengan warna saja. Warna-warna cerah melambangkan pengalaman hidup yang gembira dan menyenangkan. Sedangkan warna-warna sebaliknya, ya, sudah bisa ditebak, kan? Di gambar itu ada pohon, awan, burung, batu, petir, air, dan gambar-gambar tidak teridentifikasi lainnya.

Manfaat membuat sungai kehidupan ini baik sekali. Teman-teman yang belum pernah bisa mencobanya membuat sendiri. Langkah-langkahnya juga sederhana. Saya misalnya, membuat sungai ini berdasarkan fase tahun per tahun. Masa sebelum sekolah, masa SD, SMP, SMA, kuliah, masa bekerja, dan kondisi sekarang. Dari gambar-gambar itu akan terdeteksi di mana masa-masa paling menyakitkan bagi kita, di mana masa-masa yang menggembirakan. Dengan melakukan ini secara tidak langsung kita sedang melakukan detoksifikasi atau mengeluarkan racun-racun negatif yang bersarang di dalam diri. Kalau racun-racun itu sudah keluar, hati biasanya akan menjadi lebih lega. Kalau hati lega dan lapang, pasti akan lebih mudah dan ringan bagi kita untuk melangkah. Walau bagaimanapun, apa yang terjadi di masa lalu jangan sampai menyeret kita ke lembah tanpa cahaya. Selamat mencoba.[]

Sort:  

gron ateuh bareh gron @ihansunrise

Hahaha.... kadeuh lom nyoe, Bang Is.

Long bang deuh lom syit, ban long kalon na @ihansunrise

Ajarkan saya menulis sebagus ini, saya sangat ingin sekali jadi penulis 😀

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 59159.54
ETH 2599.32
USDT 1.00
SBD 2.42