Cerita Alocasia Bambino

_{Alocasia Bambino, koleksi pribadi}

---

Bagaimana merawatnya, saya pribadi tidak secara khusus mempelajarinya. Kata cici, saya adalah si jempol hijau aka green thumb atau orang yang secara alamiah berbakat dalam bercocok tanam. Saya tahu itu cuma caranya meminta saya mengurusi tanaman di halaman depan kami. 😂 Tugasnya hanya beli, bayar, petik kalau tanamannya berbuah atau daunnya berguna di dapur.

Seingat saya, ketika dulu kita beli seharga 75k, daunnya cuma 5 helai. Itu yang paling murah dari sekian banyak pilihan😁. Apakah alasannya karena sedang tren? Saya berani bilang itu bukan alasannya. Tetapi, potnya!

Yang diinginkannya pot berwarna golden itu, berhubung ada alocasia di dalam pot, maka diboyong pulang. Dengan berbagai aktivitas lain yang kami lakukan, jarang ada waktu untuk mengurusi tanaman. Sempat kering pingsan dan nyaris dibuang oleh cici🤨 lalu saya selamatkan. Ada 2 jenis alocasia yang dibeli, namun satu lagi yang alocasia triangulis atau alocasia tengkorak tidak bertahan.

Tidak ada gunanya memahami logika cici menurut saya.

Bukan sekali dua kali dia beli sesuatu karena wadahnya lucu. Seperti wadah cookies keju itu. Tugas saya menghabiskan isinya, wadah kosong nanti ketemu sendiri untuk apa peruntukannya. Salah satu wadah cookies yang mirip chest harta karun, berakhir menjadi wadah alat cukur saya.

---

Balik ke alocasia bambino, saya menyelamatkannya tepat waktu. Dari satu indukan yang sekarat, saya pisahkan ke 3 pot lainnya. Yang bertahan hanya 2 itu. Yang lain masih berusaha bertahan hidup. Saat menulis ini saya baru melihat peluang bisnisnya. Tapi, ini bukan bidang yang saya tekuni. Jadi biar saja tetap menjadi koleksi.

Tanaman ini tidak suka cuaca dingin sebenarnya, tapi cici sering memindahkannya dari tempat yang cukup sinar matahari ke tempat teduh. Tidak perlu banyak drama juga, saya angkat saja lagi ke lokasi yang banyak kena simat, secukupnya.

🤔 Foto yang diambil langsung pakai aplikasi tidak terlihat bagus yaa.

_{Posted using SteemMobile}