Wisata Sejarah: Mengunjungi Monumen Islam Samudera Pasai dan Komplek Makam Sultan Malikussaleh
Berawal dari sebuah rencana yang kami sepakati sehari sebelumnya, Minggu pagi itu, selesai menyeruput kopi dan sarapan di warkop Lom Kupi Simpang Buloh, saya bersama dengan tiga orang teman berkesiap untuk menuju ke Monumen Islam Samudera Pasai.
Dengan mengendarai dua sepeda motor, kami menyusuri jalan raya Banda-Aceh Medan dari Kota Lhokseumawe menuju Geudong, ibukota kecamatan Samudera di Aceh Utara. Kurang lebih 25 menit, kami tiba di Geudong.
Kami berhenti sejenak untuk membeli makanan dan minuman, dan, tentu saja tidak ketinggalan rokok, kami melanjutkan kembali perjalanan dari Geudong menuju ke Lokasi yang tidak seberapa jauh lagi. Tidak sampai sepuluh menit, kami tiba di Desa Beuringen. Di desa inilah, Monumen Islam Samudera Pasai berdiri megah menjulang ke angkasa.
Langit pagi itu tampak biru cerah dengan hanya sedikit dinaungi awan. Awalnya saya menduga, Monumen Islam Samudera Pasai ramai dikunjungi pengunjung. Tetapi dugaan saya keliru, tidak terlihat ada mobil-mobil yang parkir di luar komplek, kendaraan roda dua pun hanya bisa dihitung dengan jari. Di luar komplek terlihat beberapa pemuda desa setempat yang mengutip uang parkir.
Monumen ini terletak di pinggiran desa, di antara hamparan tambak udang dan tidak begitu jauh dari bibir pantai. Untuk bisa masuk ke komplek monumen, kita hanya perlu membayar uang parkir sebesar Rp. 3000 tanpa dipungut biaya karcis masuk.
Monumen Islam Samudera Pasai dibangun oleh Pemerintah untuk mengenang kejayaan Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521), yang dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara dan Asia Tenggara pada abad ke-13. Monumen megah ini mulai dibangun oleh pemerintah pada tahun 2012 dan saat ini baru rampung sekitar 85%. Jika dilihat gaya arsitekturnya, bangunan ini sedikit mirip dengan gaya arsitektur Islam di India.
Monumen ini terletak tidak jauh (300 meter) dari komplek pemakaman raja-raja Kesultanan Samudera Pasai, dan 100 meter di sebelah timur bangunan monumen terdapat Museum Samudera Pasai yang menyimpan ratusan benda-benda peninggalan sejarah Kesultanan Samudera Pasai, namun sayangnya, museum tersebut ditutup untuk publik karena pandemi Corona sejak beberapa bulan yang lalu.
Setelah puas mengambil foto-foto di komplek monumen, kami selanjutnya menuju ke komplek makam Sultan Malikussaleh. Komplek makam juga terlihat sepi, hanya ada beberapa orang pengunjung. Di sini kami disambut oleh seorang seorang bapak-bapak yang usianya sudah lanjut, tetapi sangat fasih berkisah tentang sejarah kejayaan Kesultanan Samudera Pasai. Beliau adalah penjaga komplek makam.
Camera | Xiaomi Mi 4i Mobile Phone |
---|---|
Location | Aceh Utara, Aceh, Indonesia |
- | - |