" Pulang ke kampung saat menerima berita duka di Hari Pahlawan"
Assalammualaikum rekan-rekan Steemian. Apa kabar. Semoga sehat dan tetap semangat dalam berkarya. Hari ini Aku akan bercerita sebuah kisah sedih di hari Pahlawan (10/11/2024). Pastilah penasaran dan jangan sampai meneteskan air mata ya kawan. Jika tak sabaran, ok, cerita dibuka;
Sudah menjadi agenda tahunan bahwa setiap tanggal 10 November maka rakyat Indonesia akan merayakan hari Pahlawan. Tahun ini (2024) pelaksanaan hari Pahlawan jatuh di hari Minggu. Its holiday alias tanggal merah. Tanggal merah bukan berarti kegiatan upacara juga libur. Tidak sama sekali, karena sudah dikumandangkan secara totalitas bahwa harus melaksanakan upacara secara serempak di segala penjuru tanah air maupun mancanegara bagi warga negara Indonesia.
Aku sebagai prajurit sangat faham akan hal tersebut makanya, sesuai intruksi bahwa pakaian yang digunakan pada kegiatan upacara adalah Pakaian Dinas Upacara (PDU) I TNI AL. Untuk instansi militer dan sipil lainnya menyesuaikan sesuai aturan yang berlaku diinstansi masing-masing. Dan, Aku sudah mempersiapkan baju di malam Minggu, agar esok harinya tak terburu-buru.
Malam itu usai menyiapkan baju upacara dan kegiatan lainnya, Aku tak seperti biasa tidur lebih awal. Selama ini Aku sering tidur sekitar pukul 23.00 WIB. Bukan karena suka begadang namun, Aku sempatkan menulis kisah-kisah kehidupan yang Aku jalani. Iseng saja sih, namun bagiku sangat bermanfaat.
Waktu terus berjalan. Aku walau tidur lebih awal namun untuk bangun subuh juga awal karena berhasrat kuat dapat mengerjakan salat subuh secara berjamaah di masjid terdekat dengan tempat tinggalku. Saat terbangun sebelum ke kamar mandi, Aku sempatkan sekejab membuka handphone dan membaca sebuah pesan bernada was-was dari adikku di Aceh,"bantu doa ya buat mamak agar Husnul khatimah. Dah keluar keringat dingin." Rupanya berita ini dikirimkan pukul 02.34 WIB, waktu terlelap tidur.
Ada perasaan bergemuruh membaca pesan singkat ini. Aku kuatkan niat akan ijin cuti pulang lihat Mak pada hari Senin. Harapan bisa berjumpa dan bersama-sama saling membagi rasa bahagia. Waktu tak terbendung, tibalah pelaksanaan Upacara Hari Pahlawan tahun 2024 dikantorku, dan juga diseluruh pelosok negeri. Tema hari pahlawan tahun 2024 adalah "Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu". Untuk menjaga kenyamanan maka setiap diri harus off khan nada dering handphone atau sekalian matikan saja handphone tersebut. Aku memilih off khan nada dering.
Pelaksanaan Upacara berlangsung khidmat dan lancar. Bahkan usai upacara dilaksanakan foto-foto juga. Aku kemudian buka handphone ada panggilan dari sang istri dengan menyampaikan berita duka menusuk sukma,"Pa, mamak sudah ngak ada." Bagaikan digoncang bumi tubuh seakan lemah. Aku mencoba bertahan dan mengontrol diri menerima info duka ini. Aku harus pulang hari ini juga karena Ibuku telah tiada. Ibuku pergi di hari Pahlawan. Ibuku adalah Pahlawanku. Aku kemudian mendekati Bapak Kas untuk ijin pulang ke Aceh. Beliau dengan bijaksana menganjurkan pulang. Aku pun melalui via telepon menyampaikan berita duka kepada atasanku, Bapak Kapok Sahli dan sekaligus ijin pulang ke kampung. Beliau ijinkan juga. Aku dengan membawa segunung duka dan sejuta asa yang mengudara diangkasa mencoba kuatkan jiwa. Mamak Aku pulang dengan membawa berat air mata ingin berjumpa.
Aku segera pulang dari kantor dan menuju rumah serta berkemas. Secepat kilat baju kumasukkan kedalam tas ransel. Keadaan kamar sudah tak terkontrol. Pakaian upacara Aku gantung saja tanpa melepas atribut. Aku fokus pulang ingin melihat Mamak. Anggotaku yang menunggu diluar siaga akan mengantarku ke pelabuhan penyeberangan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang.
Pelabuhan Telaga Punggur Batam
Dalam perjalanan menuju Pelabuhan Aku sudah menghubungi saudara Nasib untuk pesan tiket pesawat pukul 13.35 WIB. Hanya jadwal tersebut yang terdekat untuk penerbangan ke Bandara Kuala Namo Deli Serdang dari Bandara Hang Nadim Batam. Aku sudah tiba dipelabuhan SBP dan dengan kapal cepat sekitar satu jam lebih sepuluh menit Aku sudah tiba di Pelabuhan Telaga Punggur Batam. Perasaan berkecamuk tak terbendung saat Adikku menelpon dan memberitahukan,"Bang, maaf ya, kami tidak menunggu Abang. Mamak usai salat dhuhur akan dikebumikan."
Perasaan semakin tak menentu. Aku berusaha menahan tangisan tapi sebagai manusia yang lemah dan punya rasa air mata keluar tak terbendung. Aku bertahan agar tak histeris karena bisa menimbulkan pandangan seribu mata menatap heran. Aku harus kuat dan memang harus dikuat-kuatkan. Semua kita pastilah sedih saat sang Bunda pergi tanpa kita disisinya.
Penerbangan via Lion Air
Aku tak dapat berkata apa-apa. Aku harus ikhlas dan membawa segunung rindu tak bisa melihat terakhir kali sang ibunda sebelum dikebumikan. Aku harus kuat dan tak cukup waktu untuk berjumpa. Akulah anak satu-satunya yang jauh merantau bekerja dilingkungan keluarga. Saudara-saudaraku semuanya di Aceh. Pastilah Aku tak bisa berjumpa. Pesawat saja take off sekitar pukul 14.00 WIB. Sekitar satu jam lebih sepuluh menit penerbangan tiba di Bandara Kuala Namo Deli Serdang. Di Bandara salat ashar sesaat dan kemudian tancap gas mengejar tiket Kereta Api rute Medan.
Aku sudah memasuki gerbong kereta api. Jarak tempuh Bandara Kuala Namo menuju Kota Medan sekitar empat puluh menit. Aku tak banyak bicara. Jika orang menatapku pastilah dapat meraba bahwa ada segunung duka yang membelenggu jiwa. Air mataku sekali-kali keluar tanpa diperintahkan. Aku tak jumpa lagi sama Bunda. Sama Pahlawanku. Aku tak hiraukan orang sekitarnya. Diam dan membeku dalam lamunan. Tak banyak foto yang. Hilang selera dan terpikirkan. Jika ada hanya sekedarnya saja.
Menara Air Tirtanadi Kota Medan
Vihara Setia Budi Kota Medan
Dalam kereta api Aku duduk didekat jendela. Sekali waktu Aku terisak teringat sang Ibunda. Tak ada yang mengetahui bahwa pada hari itu Aku sedang berduka nan dalam. Pandangan jauh kulempar lewat jendela. Kereta terus berpacu tak menghiraukan derita jiwa. Tujuan hanya satu bahwa sang masinis mengemudi kereta selamat hingga perhentian terakhir di Kota Medan. Tak lama berselang kami akan segera tiba di halte terakhir. Tanda-tanda yang dikenal kita bisa melihat Menara Air Tirtanadi kota Medan yang tinggi dan besar serta kokoh. Pemandangan tak kalah menarik dapat kita saksikan disaat menjelang senja yaitu Vihara Setia Budi yang terbangun megah di tengah-tengah kota. Keindahan bertambah disaat pemandangan saat itu cerah. Namun, semua hiasan ini belum mampu menghibur rasa sedih yang menyelimuti diriku.
Di Stasion Kereta Api Kota Medan
Naik angkutan kota menuju rumah
Aku sudah tiba di stasion kota Medan. Aku berpacu mengejar waktu. Tak ada permohonan untuk dijemput. Aku tak mau merepotkan keluarga. Aku terus berjalan menuju penyeberangan dekat Kantor Pos kota. Ransel yang Aku jinjing ditubuh tak mampu menghentikan langkahku. Aku sudah menyebrang dan pilihanku naik angkutan kota. Arah tujuan trayek Belawan yang akan melintas tempat tinggalku. Situasi jalan yang macet membuat gemuruh hati berpacu kuat. Aku ingin segera tiba dirumah dan lanjut berangkat ke Aceh. Sore hari merupakan waktunya macet dan padat lalu lintas di Kota Medan. Naik angkot pastilah akan punya cerita menarik dengan duduk saling berhadapan dan berdesakan jika penumpang penuh. Kadangkala kita seperti ikut balapan di arena Mandalika. Supir angkot bak raja jalanan memacu kendaraan dengan gesit. Aku, masih diam seribu satu bahasa. Aku terus menyimpan rasa sedih tak bisa jumpa lagi sang Ibunda tercinta.
Sekitar pukul 17.30 WIB Aku tiba dirumah. Berjumpa dengan istri dan anak-anak saling berpelukan menambah rasa sedih. Kembali air mata mengalir deras. Aku harus kuat dan segera siapkan diri pulang ke Aceh dengan membawa kendaraan pribadi. Tak ada diskusi lagi dan putuskan Aku dan istri yang pulang. Anak-anak tinggal dirumah dalam status pelajar, kuliah dan bekerja. Rasa kuatir anak-anak sangat kuat jika kedua orang tuanya berangkat. Apalagi mereka melihat Aku agak melemah membawa mobil dimalam hari. Selain tak kencang lari mobilnya dan mudah mengantuk. Aku sudah siap dan bismillah menjelang maghrib kami sudah berangkat dan masuk lewat jalur tol masuk Mabar dan keluar Tol Tanjungpura Stabat.
Saat sunsite mengiringi perjalannku
Mobil terus dipacu. Matahari mulai turun keperaduan. Cahaya sunsite masih kelihatan dan secara perlahan semburat cahaya sunsite tak terlihat. Jalan tol nan panjang tak tahu hendak sujud sejenak tegakkan salat maghrib yang akan tiba. Melihat situasi yang ada maka Aku berniat akan salat jama' takhir Magrib Isya. Masih jauh sekali jarak untuk berjumpa dengan rest area. Mobil terus Aku pacu walau dengan kecepatan 80 km/jam. Masih kategori lambat. Malam hari membuatku agak sulit mengemudi. Cahaya lampu dari tembakan kendaraan lainnya beberapa kali mengodaku. Apalagi kendaraan-kendaraan besar mulai menguasai arena jalan. Harus lebih berhati-hati.
Rehat di Pos Kupi Kota Langsa
Perbatasan Sumatera Utara - Aceh telah Aku lewati. Sekarang masuk wilayah Aceh Temiang atau Kuala Simpang. Sempat mampir sesaat untuk mengerjakan salat maghrib dan isya. Kemudian lanjutkan perjalanan. Perut mulai berdendang. Aku dan istri sepakat bahwa nanti di Pos Kupi Kota Langsa mampir sejenak untuk makan malam plus ngopi. Sekitar pukul 22.50 WIB kami tiba di Pos Kupi. Suasana sama seperti yang pernah Aku mampir beberapa tahun lalu. Masih ramai. Dan, disebelahnya ada Pos Kupi baru yang fasilitasnya lebih mewah. Mie Aceh, teh manis dan kopi menjadi pelengkap nikmat.
Perjalanan masih panjang. Aku sudah tak bisa berjumpa dengan sang Ibu. Pesan kakakku agar berhati-hati dalam perjalanan. Aku terus menebas malam. Sekuat tenaga mata tak terpejam. Namun usia senja tak mampu dikelabui. Aku harus beristirahat berkali-kali di SPBU yang berada disisi jalan raya. Tidur dan bangun serta tancap gas. Malam semakin larut dan akhirnya Aku putuskan untuk mampir ke Lanal Lhokseumawe dalam rangka istirahat. Kami diijinkan dengan senang hati oleh Komandan mampir dan bermalam. Sekitar pukul 02.30 WIB dinihari kami tiba. Sambutan mulia dan hangat kami rasakan. Aku tak mampu melanjutkan perjalanan yang masih jauh. Sangat berbahaya dengan kondisi tubuh lelah sekujurnya. Alhamdulilah, terima kasih ya Allah kami bisa sampai dan istirahat. Insyaallah besok pagi akan dilanjutkan perjalanan ke kampung. Perjalanan ke kampung ingin hadir pada acara meninggal sang bunda harus ditempuh melewati darat, laut dan udara.
Kakakku, Husni walau tak berjumpa sama Ibunda namun jiwa tetap bersama. Do'a tak pernah padam alirkan buat Ibunda. Ibuku pergi dihari yang selalu diingat dan dirayakan oleh seluruh rakyat Indonesia, ya. Hari Pahlawan. Sesungguhnya Ibuku adalah Pahlawanku. Ibuku cinta kasihku. Engkau matahariku yang selalu bersinar. Tak akan lernah padam..Aku rindu ingin memelukmu tak dapat lagi. Ibu dan Ayahku telah tiada keduanya. Namun doa dan alirkan pahala kebajikan tak pernah sirna buat kedua Pahlawanku. Lahul Al-fatihah buat Ayah Bunda.***
Salam semangat dari negeri Serambi Mekkah@hoesniy
Catatan: Kisah 10 November 2024
Turut berduka cita atas berpulangnya ibunda tercinta bapak.
Semoga Amal ibadah ibunda bapak di terima disisi Allah SWT Amin.
Terima kasih Adoe meutuwah
Sama-sama pak...
Mohon maaf pak. Pat kampung asli droe neuh
KOTA BAKTI, KEC.SAKTI,PIDIE
Owww yayaya pak
Congratulations!!! because your post has been upvoted by Team 7 using steemcurator09. Keep up the good work and keep making quality posts. Curated By <@ripon0630>
Terima kasih atas supportnya
Hello traveler! 👋🏼 @hoesniy
Thanks for sharing your great travel post in the TS Community. Here are the feedback and evaluation results:
~ Join the Discord server + Telegram group and have a happy day.👍🏼
Curated by @dove11
Semoga husnul khatimah bunda gure
Aamiin ya Allah