Merindukan Anak Melalui Video Call Di Perantauan

Gambar hasil screenshot saat vidio call dengan anak

Dalam kehidupan yang serba cepat ini, banyak orang tua yang terpaksa merantau demi mencari nafkah dan mengubah nasib keluarganya. Saya pun termasuk di antara mereka. Setiap hari saya berusaha bekerja keras, berharap bisa memberikan yang terbaik untuk anak dan istri di rumah. Namun, di balik semua usaha tersebut, ada satu hal yang selalu mengusik hati saya. Rindu kepada anak.

Setiap malam, setelah seharian beraktivitas, saya menyisihkan waktu untuk melakukan video call dengan anak saya melalui WhatsApp. Momen ini menjadi sangat berarti bagi saya, meskipun hanya bisa melihatnya melalui layar. Ketika wajah kecilnya muncul di layar, rasa rindu yang menyelimuti hati seolah terobati, meskipun hanya sejenak.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada rasa sakit tersendiri saat melihat senyumnya yang ceria. Saya ingin sekali memeluknya, mendengar tawanya secara langsung dan bermain bersamanya seperti yang biasa saya lakukan sebelum merantau. Dalam video call, saya melihat bagaimana ia tumbuh dan berkembang, tetapi di sisi lain, saya juga merasakan betapa banyak momen yang terlewatkan.

Ketika dia bercerita tentang harinya, tentang di rumah bersama ibunya, atau bagaimana ia belajar hal baru, saya merasa seolah berada di dua dunia. Di satu sisi, saya bangga dengan pencapaian dan kebahagiaannya, tetapi di sisi lain, saya merasa sedih karena tidak bisa menemani langsung setiap langkahnya. Saya merindukan momen-momen kecil.

Satu malam, saat vidio call berlangsung, saya melihat matanya berkaca-kaca saat bercerita tentang pengalamannya di rumah. Dia ingin bercerita lebih banyak, tetapi sepertinya ia menahan air mata, saat itu saya merasa hati saya hancur. Rasanya seperti ada yang mengikat leher saya, tak sanggup untuk melanjutkan percakapan. Saya ingin melangkah ke layar dan menjemputnya, memberikan pelukan hangat yang selama ini sangat ia inginkan.

Setelah beberapa hari dalam kesunyian rindu, saya membuat keputusan yang sangat sulit. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah. Rasa rindu yang tidak tertahankan membuat saya merasa bahwa tidak ada yang lebih berharga daripada kebersamaan dengan anak saya. Saya mengatur segala sesuatunya, memberitahukan kepada bos saya dan mempersiapkan perjalanan pulang. Setiap langkah menuju rumah terasa semakin dekat dan hati saya berdebar-debar.

Akhirnya, saat tiba di rumah, saya tidak bisa menahan emosi, ketika melihat anak saya berlari ke arah saya dengan senyum lebar, semua rasa lelah dan kerinduan Seolah sirna. Saya memeluknya erat, merasakan hangatnya pelukan yang selama ini saya rindukan. Dia tertawa bahagia dan seakan mengerti bahwa ayahnya tidak akan pergi lagi dalam waktu dekat.

Kehangatan itu membuat saya sadar bahwa semua pengorbanan yang saya lakukan selama ini tidak sia-sia. Kebahagiaan anak adalah prioritas utama saya. Momen video call yang pernah saya anggap sebagai penawar rindu kini terasa seperti jembatan yang membawa saya kembali ke pelukan anak saya.

Kembali ke rumah dan menghabiskan waktu bersamanya adalah hadiah terindah yang bisa saya peroleh. Saya berjanji untuk selalu menghargai setiap detik kebersamaan yang ada, karena saya sadar waktu tidak akan terulang.
Meskipun tantangan di depan masih ada, saya akan selalu menemukan cara untuk menjaga kebersamaan ini, baik di saat saya berada di rumah maupun saat saya kembali merantau. Rindu ini akan selalu ada, tetapi cinta dan kebersamaan akan selalu lebih kuat.

Hanya sekian yang dapat saya ceritakan tentang Rindu anak saat Berada di perantauan.
Sekian wassalam.

Salam @aril.hatake