Suatu Ketika di Sisi Bustanussalatin

munaa (73)in Comunidad Latina • 2 days ago

Apakabar rekan steemians

Beberapa waktu lalu, saya singgah di kawasan Taman Bustanussalitin, Kota Banda Aceh. Menghadiri acara pesta penikahan di salah satu gedung di sana. Balee Keurukon Ureung Inong Aceh (BKUIA) ini dulu bernama BKOW (Badan Kerjasama Organisasi Wanita). Kemudian menjadi Gedung Cut Nyak Dhien. Belakangan diubah menjadi BKUIA. Di sini, menjadi langganan orang menggelar pesta.

Gedung ini persis di depan pintu bangunan Bustanussalatin. Posisinya ada diseberang jalan. Saat acara, kawasan ini memang cukup padat dengan kenderaan. Ada roda dua, juga kenderaan roda empat yang paling banyak parkir di sisi badan jalan. Petugas parkir musiman selalu menjadi pihak yang diuntungkan dalam kondisi begini.

Belakangan, Taman Bustanussalatin ini makin banyak berubah. Dulu namanya Taman Sari. Taman sari ini punya jejak panjang dalam lintasan sejarah Kota Banda Aceh. Masa Kerajaan Aceh Darussalam, sudah dipakai sebagai taman yang hidup dan berkembang beragam jenis bunga dan burung-burung. Flaura dan fauna mendapat tempatnya di sini.

Ketika masuk Belanda, mereka memberi nama Taman Sari. Fungsi kawasan terbuka hijau itupun bergeser maknanya. Menjadi tempat para marsose dan keluarga bermain-main. Setelah Aceh menjadi bagian dari Indonesia, taman ini masih dipakai sebagai areal terbuka hijau. Pada tahun 90-an, di sini ada kafe yang dikelola pihak swasta. Di taman ini juga terdapat tower air PDAM.

Setelah Gempa Bumi dan Tsunami 2004 melanda Aceh, tower tersebut dihancurkan. Karena alasan keselamatan. Karena pihak pemerintah tidak bisa menjamin konstruksi bangunan tersebut.

Masih di kawasan yang sama. Kondisi jalan memang lebih rindang dari sebelum-sebelumnya. Pohon-pohon besar sudah tumbuh memanyungi langit. Sehingga kenderaan pun bisa parkir dengan aman di jalan ini. Tak jauh dari persipangan jalan, ada sebuah tower air bersejarah. Tower ini peninggalan Belanda ketika Banda Aceh masih bernama Kutaraja pada tahun 1903.

Kini, Tower tersebut menjadi saksi sejarah. Mereka kini hanya bisa diam membisu. Tergerus perkembangan zaman dan demi pembangunan, akhirnya banyak bangunan yang berganti seiring dengan berjalannya waktu.