Modern machine paddies cutter | Harvest activity amid the Pandemic in Aceh, Indonesia
If a few days ago I shared some photography on how to harvest traditionally in Aceh, in this post I invite Hivers friends to look at some photos of Acehnese activities in the midst of a pandemic covid19, harvesting using a modern Rice Cutting Machine.
Jika beberapa hari yang lalu saya membagikan beberapa photography bagaimana panen secara tradisional di Aceh, pada post kali ini saya mengajak teman Hivers untuk melihat beberapa photo kegiatan masyarakat Aceh di tengah pandemic covid19, panen raya menggunakan Mesin Pemotong Padi secara modern.
This modern rice cutting machine precisely entered the province of Aceh in the year 2O15 ago. Previously the rice harvest in my province was still by traditional/human labor.
Mesin pemotong padi secara modern ini, tepatnya masuk ke provinsi Aceh pada tahun 2O15 silam. Sebelumnya panen padi di provinsi saya masih menggunakan tenaga manusia/tradisional.
Since the introduction of the modern rice cutter, many residents feel they have lost their jobs as rice cutting laborers. Initially it was rejected massively. But slowly, at this time cutting rice using a modern machine when harvesting is preferred by the community. Besides being estimated to be cheaper, the harvest time is also very efficient than doing it manually, which can last for days per hectare.
Semenjak masuknya mesin pemotong padi secara modern ini, banyak warga yang merasa kehilangan pekerjaan mereka selaku buruh pemotong padi. Awalnya memang sempat ditolak secara massal. Namun secara perlahan, saaat ini pemotongan padi menggunakan mesin modern ketika panen lebih disukai oleh masyarakat. Selain ditaksir lebih murah biaya, waktu panen juga sangat efisien ketimbang melakukannya secara manual yang bisa sampai berhari-hari per hektarnya.
Even so, there are still a number of areas in Aceh that reject the existence of modern rice cutting machines, the reason is local wisdom. A number of elders in the village felt sorry for the people who would lose their jobs as rice-cutting laborers with the presence of technology. The following are some photography that I documented in one of the villages in Aceh.
Pun begitu, masih ada sejumlah kawasan di Aceh yang menolak keberadaan mesin pemotong padi secara modern ini, alasannya kearifan lokal. Sejumlah tetua di desa merasa kasihan kepada masyarakat yang akan hilang pekerjaan sebagai buruh pemotong padi dengan hadirnya tekhnologi. Berikut ini adalah beberapa photography yang saya dokumentasikan di salah satu perkampungan di Aceh.
