Warung Kopi Tarek Edwin Premium Cikini, Tempat Kongkow Baru di Jakarta
SAAT ini semakin banyak warung kuliner dengan sajian khas Aceh yang tumbuh di Jakarta. Semakin mudah untuk bisa makan mi aceh dan minum sanger panas. Bahkan ada yang lebih lengkap, menu makan siang eungkot keumamah (ikan kayu/ikan kering). Kuah pliek dan timphan sebagai pelengkap untuk pencuci mulut.
Dua minggu lalu saya singgah di Warung Kopi Tarek Edwin Premium di Jalan Cikini Raya No.86, Cikini, Jakarta Pusat. Ini kali pertama saya ke warkop milik salah satu putra Kota Lhokseumawe, Teuku Edwin. Dulu tahun 90an hingga 2000an, Edwin merupakan salah satu pengisi acara top di sejumlah stasiun televisi nasioanl. Salah satu yang masih saya ingat adalah dia host pada program Famili100 yang disiarkan ANTV dan kemudian Indosiar.
Bapak Edwin salah satu karyawan di PT Arun NGL Co., yang berada di Blang Lancang, Muara Satu, Kota Lhokseumawe. TM Diah, namanya. Saya kenal dekat dengan beliau dan juga abangnya Edwin, Teuku Musri. Saya pernah menjadi satu tim dalam menerbitkan Buletin Arun, bersama Musri.
Pada Kamis, 16 Januari 2025 pagi saya berniat untuk minum kopi di Warkop Kopi Tarek Edwin. Waktu itu sekitar pukul 10an. Dua teman saya yang berada di lobi hotel minta ikut. Akhirnya kami pergi bertiga. Namun ketika sudah berada di lokasi, saya kemudian menghubungi Irwandar, bos saya ketika menjabat sebagai Publication Assistant Supervisor di Humas Arun.
Saya mengirim pesan melalui aplikasi WhatsApp. Tak disangka langsung direspons. Dia menghubungi saya dan mengatakan baru selesai ikut seminar di Universitas Paramadina. "Kebetulan sekali ada Pak Adnan Nur Yusuf. Kami baru siap mengikuti seminar di Paramadina," katanya.
Pak Adnan, sedang salat dan mereka akan melanjutkan makan siang sejenak. Setelah itu akan langsung bergabung ke Cikini. Pak Adnan lebih duluan menjabat sebagai Publication Assistant Supervisor dari pada Bang Irwandar. terakhir pak ANY begitu kami biasa menyingkat namanya menjadi Public Relations Section Head. Tapi waktu itu saya sudah tidak di Buletin Arun lagi.
Sesaat berikutnya saya juga menghubungi Teuku Musri untuk bergabung. Dia pun menyatakan segera bersiap untuk datang. "Aku malah belum pernah ke situ. Karena kafe itu belum lama buka," kata Musri. Saya menunggu sembari menghabiskan martabak telur dan sanger panas.
Hari itu benar-benar menjadi momen luar biasa bagi saya. Bukan sekadar menjadi acara reunian sebagai mantan pengelola bagian publikasi Humas Arun. Tapi say ajuga menemukan tempat baru yang sanat patut untuk direkomendasikan sebagai tenpat nongkrong dengan teman-teman lain di Jakarta yang ingin menikmati penganan dan kopi Aceh.
()
Timpan di sini juga enak. Ada dua pilihan rasa, isi kelapa dan serikaya. Saya makan sampai empat buah. Harganya sembilan ribu rupiah per buah. Harga yang tidak mahal untuk ukuran kafe di kawasan elit Jakarta. Saya tidak bisa bayangkan dengan harga sewa gedung dan biaya pengadaan peralatan lain ketika seseorang ingin buka usaha kuliner di Jakarta. Apa lagi di daerah Cikini, salah satu pusat bisnis yang terkenal.
Saya pasti akan kembali lagi ke Warung Kopi tarek Edwin Premium ini karena makanan dan kopinya pas di lidah saya. Yang lebih pas lagi, harganya. Sangat tidak memberatkan, dibanding dengan salah satu warkop Aceh yang lain. Sangernya pun tidak terlalu pas.
tempat yang keren untuk kalangan bapak-bapak.
di sini bukan hanya bapak-bapak alias yg tua-tua bang @bahrol tetapi juga banyak yang muda2. ada ruang terbuka dan ruang tertutup. karena saya tidak merokk dan bapak-bapak itu juga tidak merokok, makanya kami memilih di dalam. kecuali Bg Musri yg merokok, makanya dia keluar masuk ruangan. :)
Enak juga disediakan fasilitas seperti itu. Bisa di nikmati oleh semua kalangan, Tidak hanya untuk kalangan tertentu saja.
Tautan Mudah untuk delegasi ke @steem4indonesia
Tautan Mudah untuk delegasi ke @steemhobbies