Arti Sebuah Hubungan Dalam Keluarga // Kondisi Wawak Pasca Pulang Dari Rumah Sakit

Salam Sahabat Steemians...

Saudara dan keluarga sudah menjadi bagian dari hidupku, ini juga akan membuat istri dan anak-anakku bahagia mengenal banyak saudara dari hubungan keluarga yang masih terjaga dengan baik. Hanya saja jarak yang jauh beda tempat tinggal yang membuat ikatan saudara sulit terkendali, tetapi kami masih menyatukan sifat hubungan keluarga dari jarak jauh adanya berkomunikasi melalui seluler dan hal lainnya untuk mempererat ikatan saudara dalam binaan keluarga semestinya kita lakukan.

Saya anak pertama dari ayah dan ibu saya. ayah saya anak kedua dari lima bersaudara yang menjadi pemimpin rumah tangga bagi ibu dan adik saya. Setelah saya menikah kami memiliki keluarga dan saya memilih meninggalkan rumah untuk hidup lebih mandiri sepertinya jejak ayah saya. Dan ayah saya berada jauh dari kelima bersaudara (kakak adik perempuan dan adik laki-laki) karena semua dari mereka sudah mempunyai masing-masing hubungan keluarga, bahkan banyak dari anggota sudah bercucu.

Keluarga ada di mana-mana dan berpencar dari tempat tinggal begitu luas. Meskipun berada di tempat yang berbeda jauh dari masing-masing rumah, kami hanya bertemu secara kebetulan setiap ada acara perayaan antar famili atau di hari duka, sedih dan senang selalu bersama.

Tetapi bagaimana tanggapan perasaan kita jika dari salah satu keluarga mendapatkan musibah Sedih yang tidak dapat di ungkapkan! Ya, Kita sangat terpukul atas kejadian yang menjadi ke khawatiran. Ini seperti yang saya alami saat ini, setelah mendengar kabar beberapa hari yang lalu bibi (saudara perempuan ayah) saya mengalami hal yang serius pada bagian anggota dalam tubuh sehingga harus mendapatkan perawatan instan di rumah sakit di kotanya.

Kakak ayah, panggilan bibi/wawak bagi saya dan nenek bagi anak-anak kami. Wawak salah satu keluarga yang tertua dari keluarga ayah saya yang saat ini sudah berusia 60 tahun lebih, saya lebih mudah mengingat nya karena umur beliau tidak jauh beda dari umur ayah saya. Penyakit yang di terimanya dari faktor usia bibi yang sudah tua yang mempengaruhi kesehatan nya lebih cepat. Tetapi sedikit sulit untuk hadir di hari pertamanya karena wawak tinggal jauh dari kami, keberadaan wawak sebagai warga kota Bireun yang berjarak 75 kilometer dari tempat saya dan 83 kilometer dari rumah ayah saya.

Sehingga terjadinya penundaan waktu dari kerja nyata hingga hari ini kami, saya, istri, anak-anak dan beberapa anggota keluarga ayah lainnya juga ikut pergi bersama kerumah wawak meskipun sudah pulang dari tempat rawat. Dari hari sebelumnya kami sudah mengatur perencanaan kendaraan keberangkatan untuk menyewa mobil pick-up karena keterbatasan anggota kami pergi lebih banyak, bahkan salah satu dari kami juga tidak memiliki mobil pribadi sehingga kami memutuskan untuk menyewa kendaraan berjenis mobil pick-up karena harganya lebih terjangkau murah.

Setelah menerima pesan WA dari sang ayah waktu keberangkatan, saya dan istri bersama anak-anak lansung bersiap-siap dan juga tidak lupa untuk membawa beberapa perlengkapan dari pengaruh suasana malam. setelah shalat magrib kami masih menunggu jemputan datang sangat kebetulan pemilik mobil sewaan tetangga tempat ayah tinggal. Mereka minat memilih jalan melalui jalan tempat kami tinggal. arah jalan rumah kami salah satu arah jalan ke tujuan sehingga tidak membuat kesulitan membuat jemputan.

Saya melihat waktu keberangkatan sudah lewat dari jadwal yang sudah ayah tentukan. Dan saya membuat pesan WA untuk menanyakan keberadaan sang ayah sebagai penumpang mobil sewaan "sudah berada di dalam perjalanan" Dan tidak lama setelah itu, saya melihat mobil pick-up berhenti di depan rumah kami bersama anggota keluarga, tanpa menunggu lama saya memanggil istriku yang berada didalam rumah sekaligus mengambil anak-anak beserta perlengkapan agar lebih cepat tetapi ayahku bertukar posisi kursi untuk istri ku duduk didepan (kursi dekat kemudi) bersama nenek (ibu-ayah) karena istriku mempunyai kebiasaan "mabuk perjalanan" membuat dirinya hilang kendali yang berefek mual, pusing dan hal lainnya. Jadi, kondisi depan cukup baik untuk menjaga dirinya selama perjalanan.

Justru saya dan anak-anak lebih suka memilih wilayah ruang bekalang mobil pick-up bersama ayah, ibu, dua bibi muda, keponakan dan adik-adikku juga berada disana. Kami memulai keberangkatan dari jemputan jam 20:15 melintas ke jalan utama (medan-banda). Merasakan sejuknya suasana malam cukup dingin sambil melihat kondisi jalan begitu ramai oleh pengguna jalan dan kendaraan. Namun sedikit kejutan saat pak sopir memilih jalan elak sebagai rute perjalanan ke kota bireun yang membuat rasa ketakutan. Jalan elak jalan lintas cepat, jalan perbukitan yang baru di kenal oleh tokoh masyarakat dan warga sekitar bahkan jalan yang jauh dari pengendara di malam hari.

Hanya merasakan gelapnya malam saat duduk di belakang, mobil tanpa atap yang membuat rasa takut menghantui anak-anak dan memilih tidur didalam pelukan saya dan si-abang harus berada di dalam pelukan nenek di ber selimut bahkan suasana perbukitan lebih sejuk dari awalnya yang membuat kami menggigil karena terbatasnya jaket yang kami gunakan. Perjalanan tanpa arah seperti berada di dalam demensi gelap yang sedang mengapung di lautan yang luas. Itu nyatanya, tetapi bagaimana kami melewati nya lebih sulit seperti yang saya bayangkan. Dan kami merasa aman saat keluar dari zona gelap yang penuh dengan misteri yang kami lewati tadi.

Suasana jalan kembali ramai hingga memasuki kota bireun, kota yang di juluki sebagai kota juang, ibukota RI yang ke-3 setelah yogyakarta. Pak sopir memasuki gang jalan, tetapi di pertengahan jalan pak sopir harus berhenti untuk menanyakan alamat tempat tinggal wawak, keberadaan desa Cot mesjid masih sangat jauh setidaknya kami harus menempuh jarak perjalanan 3 kilometer sehingga pak sopir merekam alamat dan lansung melanjutkan perjalanan, di pertengahan jalan kami harus kembali berhenti lagi karena mendapatkan kabar kakak sepupu ingin menjemput kami dan kami mencari tempat terbuka agar lebih mudah pada saat kakak sepupu datang, bertemu kami.

Tidak lama, kakak sepupu datang dengan sepeda motor dan kami kembali menaiki kedalam kendaraan agar tidak ketinggalan, keterbatasan kecepatan di atur oleh pak sopir karena gang jalan sedikit sempit. Akhirnya, perjalanan kami berakhir dengan tepat meskipun waktu sedikit lambat. Kami menempuh perjalanan yang berjarak 75 kilometer dari tempat saya tinggal ke rumah wawak yang mengubah tekanan saat turun dari mobil pick-up merasakan kaku dan kebas di seluruh peregangan. Tetapi itu tidak seberapa. Karena tujuan kami tercapai yang lebih berarti.

Kami masuk lansung di sambut oleh paman dan bibi yang sudah tiba dari tempo hari, bibi itu adik perempuan bungsu dari ayah. Kedatangan kami membuat wawak terkejut, terkejut meskipun sudah tau dari awalnya rahasia tujuan kami untuk menjenguk kondisi wawak setelah instan di rumah sakit. Wawak bangun yang masih terbaring lemas duduk di atas kasur untuk menyambut kami datang.

Kami sudah mengatakan agar wawak tetap berbaring jangan banyak bergerak karena wawak baru saya saja selesai dirawat dan masih dalam recovery. Tetapi wawak bertekad kuat untuk tetap menyambut kami, mungkin ini sudah menjadi kebiasaan wawak tidak bisa menetap, apa lagi melihat kami sudah mengisi setiap sudut ruangan, tempat beliau istirahat. Kami penasaran tentang penyakit wawak yang datang secara tiba-tiba Sehingga, salah satu dari kami bertanya atas kejadian yang tidak terduga, wawak menjawab "mungkin ini sudah menjadi faktor lansia, tekanan jantung berlebih yang memicu kesehatan. Hal ini membuat kami sangat terpukul karena derita jantung sulit di obati. hanya menjaga pola makan dan pantangan dari makanan untuk mengatur keseimbangan atas kesembuhan.

Anda tau apa yang harus wawak saya lakukan? Ya saya ingin tau karena wawak tidak harus makan ubi ungu. Sebutan ubi berwarna ungu, jika di daerah kami di artikan ialah buah gadung. Buah yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan. Mungkin ada banyak cara lain yang berefek kepada kesembuhan wawak tidak tergantung dari lansia. Saya juga melihat bekasan jarum di tangan beliau masih sangat segar. Itu bekasan infus. Saya kurang mengerti apa yang terjadi, wawak terlihat lesu sekali. Tetapi kondisi wawak sudah membaik dari sebelumnya setelah meminum obat dari dokter.

Kami minta maaf karena pada hari pertama beliau di rumah sakit tidak bisa datang, seperti yang saya katakan di atas pengaruh jarak yang begitu jauh dari tempat kami tinggal.

Dari kelebihan, Kami dapat berkumpul bersama, disana saya bertemu dengan banyak keluarga dari bersebelahan ayah ibu, keponakan, kakak sepupu, bibi dan paman yang membuat ikatan persaudaraan lebih erat dan bahagia, tentunya menahan diri dari rasa nyeri menimbulkan kebahagiaan yang keluar dari raut wajah wawak yang membuat kesedihan wawak tersembunyi jadi happy malam ini.

Tidak lama, kami juga di hidangkan cemilan berupa biskuit, karena begitu lelah yang sudah lama saya tahan selama perjalanan sehingga saya mengambil porsi berisi biskuit dan minuman teh hangat yang sangat cocok dengan kondisi malam, teh hangat dapat melewati hawa sejuk dan mengisi perut lapar dengan potongan biskuit dan banyak cerita yang didalam topik pembasahan yang menjadi salah satu momen yang tidak di lupakan.. saya menikmati beberapa isi biscuit meskipun masih terasa lapar, saya tidak ingin menghabiskan itu karena anggota belum mendapatkan bagian.

Ketergantungan waktu, sangat jauh dari pertama kami tinggalkan dan malam sangat larut dalam sehingga kami pamit pulang, tetapi nenek tidak ikut pulang Karena kewalahan dan menetap disana, dan kami keluar dari tempat tinggal wawak, kembali ke mobil pick-up dan melaju ke rute jalan utama. Di pertengahan jalan pak sopir mampir ke warung untuk membeli minuman-rokok, saya berdiri melihat suasana jalan masih saja rama. Tidak lama kami melanjutkan perjalanan dengan kecepatan lebih cepat. Pengaruh dari waktu tidak bergadang anak-anak sudah tertidur pulas di dalam pelukan, bahkan kami sempat tertidur dengan sandaran sisi samping mobil sewaan yang dapat kami gunakan sebagai bantal.

Perjalanan begitu jauh, sandaran pick-up membuat tidur tidak nyaman dan mendapatkan tambahan dari angin malam. ini wajar karena mobil mewah dengan sandaran berbusa hingga kami kembali ke kota sendiri. Kami tiba sedikit lebih cepat karena tidak memilih jalan elak, kami menggunakan jalan utama karena jalan mulai sepi dari waktu bergantian tanggal. Dan pak sopir masuk ke SPBU untuk mengisi bahan bakar, bahan bakar berbasis solar.

Sambil menunggu antrian pengisian saya mengarah ke toilet. Dan dengan cepat saya kembali ke mobil pick-up lansung melanjutkan perjalanan pulang. Rasa pusing sudah saya rasakan karena efek tidur kurang dan sudah masuk waktunya bergadang. Tetapi saya merasakan ketenangan setelah tiba di rumah jam 01:30, Lansung memiliki tempat tidur yang empuk dan aman. Saya tertidur tanpa sadar karena sangat kewalahan.

Demikianlah yang dapat saya tulis artikel blog saya, berakhir. semoga terhibur bagi pembaca dan terima kasih sudah singgah di post saya. Sampai jumpa -_-

Salam @muksa