RE: Verba Volant, Scripta Manent: Ketika Luka Menjadi Kata, dan Kata Menjadi Penyembuh
Menulis memang bisa menjadi obat bagi pengobatan luka batin, tapi sekaligus membuat luka semakin mengaga. Ini bukan kutipan ahli, tetapi pengalaman pribadi saya.
Sejak dulu, saya juga menggunakan metode menulis untuk "pelarian", metode penyembuhan luka, sekaligus menjadi sumber penghasilan. Minimal menjadi sumber kedua atau ketiga, selain pekerjaan utama dan trading.
Ketika menulis novel Alon Buluek yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, saya malah trauma menulis karena mengingatkan kembali kejadian tsunami. Setelah tulisan ditinggalkan seminggu, malah ingin kembali ke sana dan melanjutkan tulisan.
Tapi kemudian trauma lagi dan meninggalkan tulisan lagi. Seminggu kemudian kangen lagi dan melanjutkan menulis. Begitu kejadian berulang
sampai tulisan selesai.
Intinya, meski mengingatkan kepada luka, tapi teruslah menulis karena nanti akan menyembuhkan.
TEAM 1
Congratulations! Your Comment has been upvoted through @steemcurator03. We support good comments anywhere..Terima kaih telah sudi kiranya membagikan pengalaman yang anda miliki, Pak Ayi. Bagi saya, menulis memang menjadi metode rilis emosi yang paling efektif selain curhat—meski tidak melahirkan karya apik sebagaimana yang Pak Ayi lakukan.
Dukungan yang Pak Ayi berikan dalam bentuk komentar seperti ini menjadi salah satu alasan saya semangat menulis. Tulisan saya tak perlu dibaca oleh banyak orang. Beberapa saja sudah cukup, asalkan mereka benar-benar meresapi dan bukan sekadar membaca.
Sesekali, umpan balik yang diberikan sesama Steemian memang sangat memantik semangat. Terima kasih sudah singgah di postingan saya yang tidak seberapa mana ini.
Menulis memang bukan hanya persoalan teknik. Soal teknik bisa dipelajari, tetapi menjaga intensitas dan motivasi menulis tetap pada level atas, itulah yang sulit.