#Club75 | The Diary Game, 05 Maret 2022: Saat Hari Baik Menyentuh Kulit

in STEEM FOR BETTERLIFE2 years ago (edited)

Jemput Wafir Pulang Sekolah. Depan Toko Nek

Note: 50% payment of this post is for @worldsmile. I thank to @steembetterlife & bang @heriadi for labeling my account for #club75. Such an honour.

Tetap ada yang mengganjal di hidung saat saya bangun pagi ini. Keduanya masih sumbat. Saya lihat jam di telepon genggam: 04.56 WIB. Kepala pusing. Tak ada suara apa pun. Setengah jam waktu sebelum Subuh saya pakai buat mandi. Area belakang rumah dipenuhi gemericik air yang turun dari keran. Saat saya keluar, Kak Mufidah telah duduk di sofa- menunggu saya. Dari penyuara masjid, lantunan ayat Quran terdengar.

Setelah Subuh, kepala saya masih belum lebih baik namun pikiran saya dihinggapi pertanyaan tentang manusia dalam [Manusia] milik Tulus: semua ini buat apa? Saya telah dengar seluruhnya sedari kemarin. Sedari Ia dilepas ke kuping pendengar. Keinginan saya bernyanyi telah pupus ribuan tahun lalu. Lirik telah begitu mudah masuk, sehingga musik dan aransemennya, sesuatu yang tak saya kuasai bahasanyalah yang saya simak sedetil-detilnya. Mereka begitu matang dan kaya. Eksplorasinya begotu luas. Telah saya simak sejak munculnya kali pertama tahun 2011. Melodi Tulus dalam album kesatunya kaya meski musiknya tampak mentah. Manusia temani saya meraut Tebu lagi hari ini. Manusia membantu saya temukan hal baru lain yang tercatat dalam tubuhnya hingga pagi telah cukup terang untuk saya buka pintu toko. Menyusun seluruh yang ada agar dapat dilihat orang-orang yang tiba dan lanjutkan perjalanan mereka.

Foto-Foto di Toko

1646487594436.jpg

1646487594461.jpg

1646487594477.jpg

1646487594492.jpg


Tiba-tiba bang Adi keluar dan Ia meminta saya memantau kesiapan Wafir yang sangat sulit dibangunkan untuk sekolah. Saya gagal. Ia tak mau mandi selain dipantau Abaknya sebab jeri dengan cubitannya. Saya kembali keluar menjaga toko hingga bang Adi kembali tiba di rumah setelah antar keponakan saya ke sekolah. Saya baru masuk untuk beresi peralatan perasan Tebu pasca puluhan tabung gas kosong saya keluarkan untuk diangkut ke pangkalan gas. Saya tak tahu pukul berapa, namun sudah bukan jamnya anak-anak menuju sekolah. Cahaya matahari telah jatuh. Barangkali setengah sembilan.

1646313091331.jpg

Pukul sepuluh pagi saya keluar dengan seluruh yang saya butuh untuk jualan. Segalanya siapa. Es Tebu yang sudah siap dijual telah tersusun di kulkas dan kotak es. Pikiran saya begitu cerlang. Saya begitu bersemangat ketika akhirnya duduk. Namun, kenyataan baik tak melulu hadir. Satu jam pertama sejak saya buka, tak ada satu pun pengunjung toko membeli Es Tebu milik saya. Saya kacau seandainya pikiran baik tak berhasil kuasai apa yang saya punya di dalam: keyakinan. Alhamdulillah, saat jalanan dipenuhi anak-anak pulang sekolah, satu persatu bungkus air Tebu Madu dagangan saya terganti dengan rupiah. Ya Tuhan, rasanya begitu menyenangkan. Sampai pukul 3 Sore, saya telah jual hampir dua puluhan bungkus sembari meraut batang tebu untuk persiapan dagang saya besok.

Di Kebun Tebu

Hari masih luar biasa terik dan saya tak punya pretensi apa-apa untuk dagangan saya. Di kotak es, saya punya satu bungkus dan tak berniat akan memeras batang Tebu lain sampai bang Jamal yang puny doorsmeer yang letaknya tak jauh dari toko kami datang ke toko dan beli eempat bungkus es Tebu buat Ibunya yang berpuasa. Saya dan kak Mufidah lihat-lihatan sampai Ia minta bang Jamal menunggu sebab saya mesti meraut batang Tebu madu yang ada di goni untuk diperas airnya: ambil ntar sore aja, balas bang Jamal sambil letakkan selembar sepuluh ribuan di meja dan bilang akan kembali untuk ambil pesanannya.

Bawa Pulang Tebu di Motor

Setelah bungkusannya saya masukkan ke kantong, saya masuk ke dalam untuk ambil Ashar dan setelahnya akan ke kebun untuk beli Tebu sebab stok tebu yang telah saya raut buat besok telah terpakaian sebagaiannya. Hampir setengah jam saya di sana sebab mesti tunggu pemilik kebun selesai dengan kunjungan tamu yang telah diterimanya lebih dulu. Kali ini saya motoran sendirian, sebab sudah tau jalan tujunya. Dengan gunakan uang yang saya dapat hari ini, Tebunya saya beli buat putaran modal.

Setiba di rumah, bang Adi serahkan sejumlah lembar uang dari Tebu yang laku selagi saya beli Tebu di kebun. Tak lama,
seorang bapak-bapak datang ke kedai dan membeli bungkusan Tebu di kotak. Kemudian pembeli lain datang, membuat Tebu rautan yang baru saya selesaikan untuk besok harus ikutan masuk ke mesin agar airnya dapat dinikmati dan jadi kebahagiaan. Sampai pukul enam, saya akhirnya menutup tuangan setelah turuti pesanan dadakan yang tidak saya kira agar bisa selesaikan bersih-bersih mesin dan halaman toko sebelum magrib tiba.

Pukul setengah delapan barusan saya kembali membuka toko. kali ini ditemani kak Mufidah. Setelah bang Adi keluar, saya masuk agar bisa menulis diari ini hari ini. Tuhan begitu baik. Titik waktu terus menitik. Semoga malammu menyenangkan teman-teman.

Assalamua'alaikum, Stemians!
Tan, yang baru selesai dengan apel merah jambu di tangannya sebelum Isya dan makan malam :)

Tentang Saya

Another selfie, check! :[]

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.029
BTC 66682.62
ETH 3447.75
USDT 1.00
SBD 2.73