Steemit Engagement Challenge S9-W1: Dream Couple
Sungguh naif jika ada yang mengatakan bahwa mereka tidak ingin hidup bahagia dan memiliki pasangan yang ideal, saya merupakan salah satu dari ummat manusia yang mendambakan cinta dan kasih sayang seutuhnya dari pasangan yang saya harapkan didunia dan dilahirat nantinya.
Ini merupakan mimpi yang telah terpatri sejak saya mengenal cinta dan hidup bahagia. Terkait dengan Topik Steemit Engagement Challenge yang dipublikasikan di Steem For BetterLife Community, saya mencoba menguraikan cerita singkat tertang Dream Couple yang tersurat melalui pernyataan dibawah ini.
Sejujurnya kehidupan saya yang sulit tidak memberikan ruang untuk saya berpikir tentang Dream Couple, apalagi di era milenium tahin 2000, saat itu saya selesai pendidikan Sekolah Menengah Atas dan segera melanjutkan Pendidikan Sarjana.
Saya hanya berfikir tentang ekonomi dan pendidikan, itulah yang menjadi motivasi besar saya selama hidup saat itu, karena melalui pendidikan akan merubah status ekonomi keluarga saya menjadi lebih baik.
Diawal semester 1 saya didekati oleh seorang gadis cantik dari keluarga kaya raya, saya bingung... kenapa dia terlalu semangat mengenal saya lebih dekat, padahal tidak ada satupun yang dapat diandalkan dari saya dibandingkan pria lainnya yang berwajah ganteng dan kaya raya.
Saya pun mencoba membuka diri untuk saling mengenal satu sama lain, ini mungkin cinta pertama saya, kami telah berkomitmen untuk bisa terus bersama sampai kami selesai pendidikan, tapi seketika semua berubah dalam hitungan bulan, dia ternyata pergi bersama yang lain.
Sejak saat itu, saya tidak menginginkan hadirnya sosok wanita dalam hidup saya sampai saya benar-benar memiliki segalanya, pengalaman buruk tersebut menamamkan stigma negatif tertang wanita, saya menganggap bahwa tidak ada wanita yang dapat dipercayai, padahal wanita tersebut sangat ideal menjadi pendamping hidupku nantinya.
Berparas cantik, tinggi, langsing, rambut terurai panjang dan lurus, pintar dan memiliki budi pekerti yang baik. Itulah kriteria pasangan ideal saya.
Mendekati ujian akhir universitas, saya pun kembali mengenal sosok yang berbeda, sosok yang sederhana tetapi memiliki intelektual yang cukup tinggi, dikampus dia dikenal dengan salah satu mahasiswi berprestasi sehingga saat menjadi mahasiswa telah dipercayakan mengajar sejumlah mata kuliah sebagai asisten dosen. Kami pun berpisah karena restu keluarga.
Mendapatkan pekerjaan yang layak dan gaji yang besar setelah selesai pendidikan sarjana muda, membuat fokus kehidupan saya lebih berorientasi pada kesejahteraan keluarga, saya mengabdikan diri kepada kedua orang tua yang saat ini telah meninggal, dan membahagiakan adik saya.
Saya pun terlena sehingga tanpa sadar usia saya saat itu telah mencapai 28 tahun. Banyak rekan kerja saya bertanya, apakah saya tidak menyukai wanita? sementara saya telah memiliki segalanya untuk melangkah kejenjang pernikahan.
Satu persatu saya dikenalkan dengan wanita yang cantik dengan pekerjaan yang sangat menjanjinkan, pegawai kementrian keuangan, pegawai perbankan, dokter spesialis, dokter hewan bahkan Polisi Wanita.
Namun semuanya berakhir ditengah jalan, paradigma tentang wanita ideal dilihat dari aspek Kecantikan, kenyamanan dalam berkomunikasi dan memiliki banyak harta ternyata keliru dan tidak berlaku dalam hidup saya, saya justru mengenal istri saya saat ini melalui BlackBerry Messenger dan saya berkomitmen untuk menjadikannya sebagai pelabuhan terakhir dalam hidup saya.
Saat mengenalnya, dia berstatus sebagai Mahasiswi semester akhir jurusan Kimia Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, saya terus meyakinkannya bahwa saya ingin mengenalnya dengan sangat serius sehingga memintanya membawa saya bertemu dengan orang tuanya.
Niat baik saya ternyata tidak mendapatkan respon positif dari orang tuanya, saya memang diundang kerumahnya saat dia sedang liburan semester, tetapi bukan untuk merestui hubungan kami, malah menginginkan hubungan ini tidak terjalin karena orang tuanya menginginkan anaknya sukses, kemudian baru diizinkan menikah.
Saya yang terpaut usia 10 tahun dengan istri saat ini, berpikir lebih bijak dan mampu menghadapi segala situasi saat bertamu kerumahnya, saya masih teringat ketika malam itu sekitar pukul 08.00 malam telah tiba dirumahnya. Saya masuk dan dipersilahkan duduk setelah menjabat tangan kedua orang tuanya.
Hal yang mengejutkan adalah ketika ayahnya bertanya "Apa alasan kamu kemari?, Bagaimana kamu mengenalnya?" Saya pun menjawab bahwa kedatangan saya kesana untuk mengenalnya lebih dekat dan jika mendapatkan restu, saya akan melamarnya ketika anaknya menyelesaikan study.
Pertanyaan terakhir yang ditanyakan adalah "Apa kegiatan kamu dimalam hari?", melihat sosok orang tuanya yang agamais, saya pun menjawab bahwa sepanjang malam saya menghabiskan waktu untuk belajar ilmu agama dibeberapa pusat pembelajaran agama.
Kedua orang tuanyanya pun memanggil istri saya saat ini, sementara mereka meninggalkan kami. Tidak lama berselang, 2 bulan kemudian saya ditelpon untuk menghadiri Wisuda dan sekalian diminta kedua orang tua saya menjumpai mereka. Saya pun meminta abang saya untuk memenuhi undangan tersebut dan akhirnya lamaran saya diterima dan saya menghadiri wisuda calon istri saya dibanda Aceh 1 Minggu setelah pertunangan kami.
Saya melihat bahwa Pasangan ideal bukan dari fisik yang cantik dan nyaman dalam berkomunikasi tetapi bagaimana saya serius menjalin hubungan dengan menunjukkan komitmen kearah tersebut, kemudian pasangan memahami dan menerima setiap kekurangan yang kita miliki.
Saat itu sampai menjelang pernikahan, tunangan saya tidak mengetahui pekerjaan saya, yang dia tahu bahwa saya bekerja sebagai pramuniaga disalah satu warung kopi di Lhokseumawe.
Setelah memiliki status pertunangan, tentu banyak kendala yang saya hadapi. Banyak godaan yang muncul, misalnya ada wanita lain yang memikat hati saya dan begitupula dengan tunangan saya, namun komitmen kami dapat mengatasi semuanya dengan baik tanpa terpengaruh dengan gangguan eksternal.
Kendala selanjutnya yaitu ketika ayah saya mulai menurun kesehatannya, dia mulai terbaring lemah, fungsi tubuh terus menurun semenjak ibunda saya meninggal, saya harus fokus untuk pengobatannya, merujuknya kerumah sakit dan akhirnya beliaupun pergi setelah 3 bulan kami menikah.
Sampai menjelang pernikahan, saya tidak memiliki cadangan uang cash, bahkan untuk mempersiapkan mahar untuk menikah dan resepsi pernikahan, saya harus menjual salah satu mobil yang saya miliki untuk segala kebutuhan tersebut. Berangsur-angsur produktifitas usaha saya sebagai penjual mobil second pun menurun sehingga saya harus mengambil beberapa aset BTC yang saya saving dari hasil penjualan Steem dan SBD untuk mengakomodir semua kebutuhan tersebut.
Sebelum mengenal istri saya saat ini, saya memiliki kriteria pasangan ideal yang cukup tinggi seperti harus berpenampilan cantik dan menarik, berkulit putih dan bersih, Postur tubuh yang tinggi dan punya intelektual tinggi dan memiliki pekerjaan yang bagus.
Tapi semuanya termyata keliru, pasangan idela yang sebenarnya adalah pasangan yang mampu memahami kondisi saya dalam keadaan apapun, dia mampu mengubah kekurangan saya menjadi sebuah tantangan baru dan menjadikan sebagai energi positif untuk membangun bahtera rumah tangga yang bahagia.
Apakah istria saya saat itu tidak cantik? cantik itu relatif dan semua memiliki pandangan yang berbeda tentang kecantikan, yang terpenting adalah bagaimana dia mampu mengisi hidup saya dengan kebahagiaan tanpa tuntutan diluar kemampuan yang saya miliki.
Kecantikan penting, karena cantik menjadi sebuah alasan bagi pasangan untuk terus mempertahankan hubungan yang terjalin meskipun dalam persentase yang sangat kecil, setelah menikah saya tidak melihat kecantikan sebagai sesuatu yang dominan. Jadi sebuah kesalahan besar bagi mereka yang memburu kecantikan sebagai faktor utama mencari pasangan, sementara mereka mengabaikan aspek lain yang jauh lebih penting.
Komunikasi yang nyaman akan berbeda saat sebelum menikah dan setelahnya, misalkan saat pacaran anda akan menghabiskan banyak waktu untuk bertemu dan berbicara banyak hal atau bahkan menghabiskan banyak paket telpon seluler untuk menghubunginya setial hari.
Komunikasi yang nyaman dalam pernikahan adalah ketika pasangan mampu menghargai pasangannya dengan baik, menerima segala kekurangan dan bersyukur atas kelebihan yang ada. Orientasi setelah menikah tidak terfokus pada komunikasi saja tetapi bagaimana pasangan mampu meningkatkan status kehidupan menjadi lebih baik dengan menerapkan manajemen keluarga yang baik, manajemen keuangan, manajemen waktu dan manajemen penting lainnya sebagai pondasi kerukunan pernikahan.
Menurut saya konsep bahagia itu sangat simple, tidak ribet dan tidak harus membayarnya dengan mahal. Bahagia itu ketika mampu mensyukuri capaian saat ini dengan tidak mengeluh ataupun membandingkan dengan kehidupan orang lain.
Mungkin ada yang beranggapan dengan memiliki banyak uang dan cadangan aset yang banyak akan menjamin anda bahagia? dalam hidup saya itu tidak berlaku karena saya melihat aspek kebahagiaan tidak dapat terpenuhi dengan sejumlah uang ketika tidak mampu membina hubungan harmonis, saling menyalahkan dan tidak menutupi kekurangan masing-masing.
Jadi saya menyikapinya dengan sangat simple, terus bersyukur atas kemampuan yang saya miliki dan terus menjadi lebih baik di hari-hari berikutnya sebagai seorang suami.
Setiap negara memiliki aturan berbeda tentang pernikahan dini, di Indonesia misalnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak melegalkan pernikahan usia dini, karena setiap pernikahan harus tercatat didalam kementerian agama sebagai lembaga yang sah.
Namun pernikahan dini juga terjadi bagi mereka yang ridak mengikuti aturan negara tetapi akan mengalami kesulitan kemudian hari terkait administrasi pemerintahan.
Semua orang menginginkan menikah diusia produktif, artinya pasangan akan mampu memenuhi segala kebutuhan dengan baik tanpa terkendala resiko penyakit karena faktor usia, kemudian pernikahan diusia lanjut juga memiliki resiko terhadap ibu yang melahirkan, ini yang harus diwaspadai karena dapat membahayakan keberlangsungan hidup ibu hamil dan bayi dalam kandungan.
Itulah cerita singkat saya tentang pasangan impian, semoga menjadi refleksi bagi pengguna lainnya. Kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Indonesia, 19 April 2023
@irawandedy
Cerita pertama anda sangat menyedihkan pak @irawandedy, tapi mantan pacar anda sekarang adalah yang terbaik dan seorang ibu rumah tangga yang menyayangi anak. Saya percaya bahwa dinamika dalam rumah tangga bisa anda selesai dengan baik bersama istri anda.
Terimakasih pak atas feed back dari anda, saya telah banyak belajar dari anda tentang esensi dari kehidupan
Saya doakan pak SR @irawandedy bersama istri tercinta bahagia dunia akhirat, dititip keturunan yang salih dan salihah
Terimakasih atas doa yang baik pak, semoga bapak juga demikian.
Benar kanda! Kebahagian tidak serta merta didapat atas dasar keindahan fisik. Cara kita menanggapi pasangan, serta berkomunikasi dengan baik dan ramah menjadi sebuah kekuatan untuk membantu melanggengkan ikatan pernikahan dan hubungan baik dalam sebuah keluarga. Uraian anda sangat menginspirasi kanda.
Semua kita pasti memiliki kriteria pasangan idaman,putih,tinggi,berpenampilan menarik,cantik.
Akan tetepi itu bukan ukuran kebahagian😁,saya sangat menikmati postingan abang
Super excellent entry you have gotten here. Keep on sharing the quality content
Sungguh perjuangan yang berat pak demi mencapai keluarga yang harmonis. Bahagia selalu pak, Samawa 🤲🤲
sangat inspiratif ... proud of you ... may Allah bless you always