Lima Menit yang Mengubah Segalanya
Prokrastinasi adalah musuh yang bersemayam dalam diri. Cara mainnya halus sekali: membujuk dan merayu dengan kata-kata yang berbisik pelan di telinga. Bak pelacur waktu yang licik, ia menawarkan kenikmatan sesaat berupa penundaan.
"Besok saja," katanya, sembari memberikan ilusi bahwa esok adalah takdir yang pasti dan segala tugas bisa ditunda begitu saja. Dan akhirnya, waktu berlalu tanpa kita sadari.
Baru-baru ini saya membaca sebuah artikel menarik tentang sebuah metode sederhana namun ampuh yang disebut 5 Minute Rule yang konon ampuh untuk menundukkan prokrastinasi yang membandel. Artikel itu menggambarkan cara untuk mengatasi prokrastinasi dengan teknik yang begitu remeh, tetapi efeknya bak bumerang yang menghantam kebiasaan malas yang sudah mengakar.
Prinsipnya mudah: apapun tugasnya, lakukan selama lima menit saja. Ya, lima menit! Bukan satu jam, bukan seharian, hanya secuil dari waktu Anda yang berharga dan itu cukup untuk membuat perubahan signifikan.
Jika kita amati lebih dekat, ada mekanisme psikologis yang menarik di balik aturan ini. Manusia adalah makhluk yang dikuasai oleh otak mereka sendiri, Otak kita memiliki kecenderungan untuk memperbesar hal-hal yang sebenarnya sederhana.
Ambil contoh kasus ketika Anda berniat nyuci kancut, misalnya. Hanya karena kancut yang numpuk (yang belum dicuci semingguan), sudah pasti anda akan berpikir, “Waduh, ini bakal makan waktu sejam jam, pasti bakalan capek deh!” Tapi coba alokasikan lima menit saja untuk memulai. Biasanya, sebelum timer berbunyi, dalaman-dalam anda yang tadinya kotor sudah bersih dan terjemur rapi.
Kenapa ini terjadi? Sederhana, hukum inertia berlaku juga dalam kehidupan sehari-hari. Benda diam cenderung ingin tetap diam sedangkan benda yang bergerak cenderung ingin terus bergerak. Jadi begitu kita memulai, otak kita (yang tadinya penuh dengan alasan) terpaksa ikut arus momentum yang tercipta.
Di sinilah titik temu aturan lima menit dengan bias negatif tadi. Ia menipu kembali otak yang sudah terbiasa menipu kita. Lima menit terlalu singkat untuk ditolak oleh otak yang senang mencari alasan.
"Ya, lima menit saja. Tidak akan membuat saya menderita," begitu kira-kira otak kita berpikir. Padahal setelah lima menit berlalu, kita sering kali menemukan bahwa tugas tersebut tak seberat yang dibayangkan. Justru kita menjadi tergerak untuk menyelesaikan lebih banyak berkat momentum yang tercipta. Otak yang tadinya stagnan kini terpaksa bekerja hanya karena Anda memutuskan untuk memulai.
Setelah lima menit apakah sudah saatnya untuk berhenti? Tentu tidak. Namun, jika pun kita memutuskan untuk berhenti, setidaknya kita sudah memulai. Dan itu adalah pencapaian tersendiri. Otak kita begitu menyukai pencapaian sekecil apapun. Reaksi ini dikenal sebagai dopaminergic reward system, di mana otak mengeluarkan dopamin setiap kali kita merasa berhasil menyelesaikan sesuatu.
Dalam kasus aturan lima menit, meski tugas tersebut belum sepenuhnya tuntas, keberhasilan memulai dan menyelesaikan sebagian kecilnya sudah cukup untuk membuat kita merasa lebih baik. Believe me.
Tentu saja, aturan lima menit tidak akan membuat tugas besar seperti menyelesaikan skripsi atau menulis buku menjadi kelar dalam sekejap. Namun aturan ini bisa banget untuk dijadikan sebuah ritual. Dengan membiasakan diri untuk mengalokasikan lima menit saja pada tugas apapun, kita membentuk kebiasaan baru. Kebiasaan itu kemudian akan berakumulasi dan lama-kelamaan tugas besar pun terasa lebih ringan.
“Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.”
Ada sebuah lelucon lama yang sering diceritakan oleh para penulis kawakan. Suatu hari, seorang penulis muda bertanya kepada penulis senior yang telah menerbitkan puluhan buku "Bagaimana Anda menulis begitu cepat dan banyak?"
Si penulis senior menjawab sambil tersenyum, “Saya memulainya dengan lima menit. Sisanya? Ya itu hanya masalah waktu.”
Kenyataannya jokes di atas adalah karangan saya sendiri wakakak…
Jika kita menelaah lebih dalam, hidup ini sebenarnya adalah serangkaian menit yang kita habiskan, entah itu dengan produktivitas atau dengan kesia-siaan. Aturan lima menit ini mungkin terdengar konyol pada awalnya, tapi saat kita mulai menerapkannya, kita akan terkejut dengan hasilnya.
Bahkan dalam hal-hal besar seperti belajar bahasa baru kita bisa memulainya dengan lima menit sehari. Lama-lama lima menit itu akan menjadi sepuluh, kemudian tiga puluh. Hingga tanpa sadar, kita sudah mahir dalam hal yang sebelumnya terasa sulit.
Jadi jangan remehkan kekuatan lima menit karena bisa menjadi sekutu terbaik Anda dalam melawan tirani prokrastinasi. Lima menit saja, dan lihatlah dunia Anda berubah.
Appeal to community members: