Homemade healthy cakes

Makanan adalah faktor penting dalam pelaksanaan pola hidup sehat. Di satu sisi tubuh kita memerlukan asupan nutrisi yang cukup agar fungsi anatomis dan fisiologis bisa berjalan sebagaimana mestinya, namun konsumsi makanan yang tidak tepat justru akan menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi tubuh.

Di zaman modern ini, godaan untuk mengkonsumsi makanan tidak sehat cukuplah besar, di tengah gaya hidup yang super sibuk dan kita diburu oleh waktu, maka makanan cepat saji (fast food dan junk food) sering menjadi pilihan.

Begitu pula dengan tumbuhnya berbagai usaha penjualan makanan dan jajanan secara signifikan, yang sayangnya tidak semua makanan yang dijual tersebut tergolong makanan yang sehat untuk kesehatan tubuh.

Penggunaan bahan-bahan untuk sebuah produk makanan sering tidak memperhatikan keamanan bagi konsumen, seperti halnya penggunaan penyedap (micin), pewarna dan lain-lain.

Bagi pedagang, yang penting adalah produk makanan yang dijual, rasanya enak sehingga pembelinya akan berbondong-bondong datang untuk membelinya. Perkara aman atau tidak, itu urusan nomor ke delapan belas. Begitu kira-kira pola pikir mereka...

Disisi yang lain, tangan-tangan pemerintah tidak menjangkau sampai ke tingkat pedagang ini untuk melakukan pengawasan terhadap keamanan pangan bagi konsumen.

Perilaku FOMO kebanyakan orang dalam hal ini, semakin menambah rumitnya persoalan konsumsi makanan tidak sehat, yang tanpa mereka sadari akan berdampak buruk bagi kesehatan mereka dalam jangka waktu yang lama.

Biasanya mereka akan merasa puas dan merasa bangga, bila bisa menikmati produk makanan yang sedang trending, terlepas apakah makanan tersebut tergolong makanan sehat atau pun tidak.

Fenomena ini berujung pada sebuah fenomena yang lain, yaitu meningkatnya jumlah penderita penyakit degeneratif dalam masyarakat yang dapat dilihat dari jumlah kasus penyakit serta jumlah orang yang berobat ke rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya.

Banyak orang tidak aware terhadap dampak sebuah produk makanan yang dalam prespektif "teori konspirasi", makanan bisa sebagai salah satu senjata untuk melumpuhkan sebuah bangsa. Nah loh, ngeri kagak?

Perang Candu di Tiongkok pada abad ke-18 adalah pembelajaran berharga, bahwa alat perang tidak hanya berbagai jenis alat dan senjata, tetapi juga bisa menggunakan bahan lain seperti makanan dan lain-lain sebagai prakondisi untuk menaklukkan sebuah bangsa, yang dalam kasus perang Candu adalah Opium.

Oke. Kita kembali ke laptop, gaes... !

---

Bagi kita pribadi, seharusnya ada kesadaran untuk memilih dan memilah makanan yang baik bagi tubuh dan kesehatan kita, karena hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Aku pernah mengalami sakit yang lumayan lama (Gerd dan insomnia) sehingga aku tahu pasti bagaimana menderitanya kita saat mengalami sakit, dan itu adalah sebuah pembelajaran berharga bagiku untuk selalu memperhatikan aspek kesehatan termasuk makanan.

Meskipun "godaan" dari makanan fast food dan junk food cukup kencang, aku berusaha mengkonsumi makanan yang lebih sehat yang biasanya adalah makanan yang diolah sendiri.

Tanggal 22 Juni kemarin, aku mengunjungi rumah @suryati1 bersama istri dan anakku. Dan kami berikan oleh-oleh berupa buah sukun yang bernama latin Artocarpus altilis.

Buah sukun ini memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik sebagai sumber karbohidrat dan juga vitamin C. Mengkonsumi sukun, juga bisa membantu kita untuk mencegah anemia, menurunkan kadar kolesterol, serta menjadikan kulit lebih sehat.

Secara garis besar, konsumi buah sukun akan membuat kita merasa kenyang, membantu mencegah paparan radikal bebas, menurunkan kolesterol, menjaga kesehatan aliran darah, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan risiko nyeri otot dan sendi, menjaga kesehatan pencernaan, mencegah anemia, dan bermacam manfaat lainnya.

Cara yang paling umum untuk mengkonsumsi buah sukun adalah dengan menggorengnya menjadi keripik atau gorengan (bahasa Aceh : bada). Namun bisa juga dibuat varian lainnya.

Selain menggoreng, sukun juga bisa diolah dengan cara mengukus seperti yang aku lakukan hari Minggu kemarin.

Istriku sedang mengalami batu empedu dan harus menghindari makanan berlemak dan makanan berminyak seperti gorengan dan lain-lain, sehingga aku berinisiatif mengolah sukun ini dengan cara selain menggoreng agar tetap bisa dikonsumsi oleh penderita batu empedu.

Sebagian buah sukun yang sudah masak tersebut kami buatkan sedemikian rupa dengan menambahkan tepung dan kemudian mengukusnya beberapa menit sampai matang. Kalau kalian lihat, seperti dimsum kan?

Karena buah sukun yang digunakan adalah buah sukun yang sudah masak/matang, maka akan terasa manis tanpa perlu ditambahkan bahan lainnya.

Tetapi bagi yang mau menambahkan topping, kita bisa mencoba berkreasi sesuai keinginan dan selera masing-masing. Dalam hal ini aku menambahkan topping menggunakan kelapa parut dan kacang ercis (Pisum sativum) agar terasa lebih gurih.

Kualitas dari sebuah makanan atau kuliner tidak hanya ditentukan oleh kandungan nutrisi dari bahan-bahan yang digunakan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh cara pengolahan dan penyajiannya.

Buah sukun yang memiliki kandungan nutrisi serta memiliki manfaat yang banyak bagi kesehatan, akan lebih bagus bila disajikan dan diolah dengan tidak hanya menggoreng saja, sehingga masih bisa dikonsumsi oleh orang yang sedang menghindari lemak dan kolesterol.

Seperti yang telah sering aku sampaikan dalam beberapa tulisanku, bahwa kita harus berusaha untuk menjalani pola hidup sehat serta menjaga makanan kita, agar tetap memiliki kesehatan yang baik.

Gunakan kreativitas kita sesuai dengan kondisi yang ada untuk menjalani pola hidup sehat kita. Stay healthy and fun. Ciao..!

Regards

@alee75

ABOUT ME