Demokrasi kok lawan kotak kosong?
ꫝꪖᧁꪮꫀ ꪜ꠸ꪶꪶꪖᧁꫀ : ꪀꪮꪜ, ᒿᦆꪻꫝ ᒿᦲᒿ4
Pagi hari
Pagi ini cuaca terasa cukup dingin, karena hujan yang mengguyur kampung kami semalam suntuk. Untung saja saat aku bangun di pagi ini belum terjadi banjir di kampung kami.
Di beberapa tempat lain (kabupaten lain) sudah terjadi banjir dimana-mana, karena saat ini memang sudah memasuki musim penghujan.
Di subuh tadi pun kami harus mengurungkan niat untuk berolahraga pagi karena hujan masih turun, walaupun sudah agak reda. Tetapi hal itu tetap membuat kami tidak bisa untuk berolahraga di pagi ini.
Di rumah mertua
Hari ini ada beberapa kegiatan yang harus aku lakoni, dan tentu aku harus melakukan fingerprint di kantor Camat Matangkuli terlebih dahulu.
Aku akan menjemput si kakak di desa tempat dia sedang mengikuti kegiatan KKN=PKM, karena esok adalah hari pencoblosan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Dan para mahasiswa yang sedang mengikuti PKM diberikan libur untuk menggunakan hak pilihnya di desa masing-masing.
Untuk itu kami akan menjemputnya di siang ini. Dan karena jadwal mereka pulang agak siangan, maka kami singgah terlebih dahulu di rumah mertuaku di Landing.
Menjemput si kakak
Sekitar jam 10 pagi kami telah tiba di Dayah di Desa Matang Ben, tempat anak PKM tinggal selama kegiatan KKN. Dan kami menjemput si kakak dan juga kawan-kawannya untuk kami antarkan ke halte agar mereka bisa pulang ke tempat kost atau kampung mereka masing-masing.
Ini adalah kesempatan bagi anak-anak yang sedang mengikuti PKM untuk liburan ke kampung mereka sekalian menggunakan hak pilih mereka sebagai warganegara.
Kami juga mengantarkan salah seorang teman si kakak yang tinggal di Aceh Timur, ke dekat terminal Lhoksukon agar dia bisa menunggu bis jumbo atau L-300 disana.
Air sungai mulai meluap
Selepas sholat ashar aku pergi ke kantor Camat Matangkuli untuk melakukan fingerprint sore. Dan saat menuju jalan pulang ke rumah, aku melihat air sungai sudah mulai meluap dan terlihat cukup keruh.
Hal ini karena hujan yang terus turun dalam beberapa hari ini, dan bisa saja berpotensi terjadinya banjir. Itu sih, feeling aku. Kalau hujan masih turun malam nanti, aku yakin besok akan datang banjir.
Undangan pilkada
Menjelang magrib, aku mendapat surat undangan untuk pencoblosan pada esok hari. Dalam keluarga kami ada empat undangan karena baru empat orang yang sudah memiliki hak pilih.
Ini HAK loh ya, bukan KEWAJIBAN...!
Jadi yang namanya HAK itu adalah bersifat opsional. Anda boleh menggunakannya atau tidak. Berbeda dengan kewajiban, dimana semuanya harus melaksanakannya.
Secara pribadi aku agak malas untuk menggunakan hak pilih pada pilkada kali ini, dan niatnya mau Golput aja, karena aku merasa "tidak percaya" dengan kredibilitas penyelenggara pemilu dan juga para calon yang tidak memenuhi harapan ku.
Belum lagi pada pilkada kali ini ada calon tunggal dimana semua partai politik hanya mencalonkan satu pasang calon alias akan melawan kotak kosong. Inikah yang kalian namakan DEMOKRASI, wahai partai politik? It's ridiculous...🤮
Pada faktanya partai politik hanya dibentuk untuk memperoleh kekuasaan dan juga akses terhadap sumber daya, alih-alih untuk kesejahteraan rakyat. It's nonsense...!
Seperti kata komika terkenal Pandji Pragiwaksono yang kini bermukim di USA : CUT THAT STUPID SH👎T...
Mie goreng
Malam ini anak-anak ingin makan mie goreng sebagai menu makan malam. Ya suka hati kalian lah, Ayah nggak mau makan mie di malam hari. Ayah makan biasa aja.
Aku harus "mengerem" untuk makan mie di malam hari kalau tidak ingin berat badan kembali naik. Untuk anak-anak sekali-kali bolehlah.
Sekian postingan ku kali ini. Stay healthy and Fun.....Ciao...!
。✧ 🧑⚕️ @𝒶𝓁𝑒𝑒𝟩𝟧 🥋 ✧。
📚𝕵𝖆𝖑𝖆𝖑𝖚𝖉𝖉𝖎𝖓 𝕽𝖚𝖒𝖎 : 𝕮𝖎𝖕𝖙𝖆𝖐𝖆𝖓𝖑𝖆𝖍 𝖐𝖊𝖎𝖓𝖉𝖆𝖍𝖆𝖓 𝖉𝖎 𝖉𝖆𝖑𝖆𝖒 𝖍𝖆𝖙𝖎 𝕬𝖓𝖉𝖆, 𝖉𝖆𝖓 𝖐𝖊𝖎𝖓𝖉𝖆𝖍𝖆𝖓 𝖉𝖎 𝖘𝖊𝖐𝖎𝖙𝖆𝖗 𝕬𝖓𝖉𝖆 𝖆𝖐𝖆𝖓 𝖒𝖊𝖓𝖌𝖎𝖐𝖚𝖙𝖎.💝
For the experience of writing interesting tourist objects and destinations, @pennsif.witness and the team have launched The Steem Atlas project is live in open beta and ready for use : https://steematlas.com/
Terkadang realita terlalu menyedihkan untuk dinikmati. Sayangnya, masyarakat terlalu gampang di "perkosa" oleh kebijakan yang kurang diuntungkan. Setidaknya, masyarakat harus mengikuti jalan kehidupan yang pahit.
Siapa pun pemimpinnya jika tidak bijaksana. Kemiskinan memang ingin diciptakan oleh aparat. Bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan emosi hak pilih.
Betul. Itulah realita yang ada selama 10 tahun terakhir. Kemiskinan dan ketidakberdayaan dari warga negara sengaja "dipelihara" agar mereka bisa menguasai semua sumber daya yang ada.
Bila warga negara pintar dan cerdas tentu akan menyulitkan bagi mereka (oligarkhi) untuk menguasai sumber daya alam Indonesia.
Begitu juga saat pemilu tiba, dengan politik gentong babi, maka mereka bisa menentukan siapa yang harus menang dan berkuasa yang bisa melindungi kepentingan oligarkhi.
Rakyat hanya jadi obyek dan penonton saja, sementara mereka membagi-bagikan kue kekuasaan dan sumber daya kepada sesama mereka yang hanya segelintir orang saja.
Sepakat, pak @alee75. Sipil saat ini hanyalah alat berdaya yang digemukkan dengan subsidi. Walaupun subsidi masih terbiasa dimainkan oleh mafia. Pada akhirnya si miskin terbiasa dihinakan oleh ocehan dan hinaan "utusan" di tengah-tengah makhluknya.
Ocehan tidak penting itu dipertontonkan sebagai bentuk candaan yang memilukan. Pada saat hinaan itu mendapat dukungan publik. "Utusan" memohon ma'af atas kekeliruan dengan dalih kekhilafan.
Mendiamkan ke dzaliman hanya mampu memperkeruh persatuan berbangsa. Semoga seleksi alam sedang berlangsung. Si miskin hanya mampu berharap akan kemurahan Tuhan.
Appeal to community members: