Kegiatan merawat bunga mawar di perkarangan rumah
Di sebuah rumah yang asri, berdiri sebuah perkebunan kecil milik Budi, seorang pecinta tanaman. Di tengah kebunnya yang penuh warna, terdapat deretan bunga mawar merah yang memikat hati siapa saja yang melihatnya. Mawar-mawar itu tumbuh subur, mekar sempurna dengan kelopak yang segar dan aroma wangi yang semerbak.
Budi merawat mawar-mawar itu dengan penuh cinta dan kesabaran. Setiap pagi, ia menyirami tanaman dengan air secukupnya, memastikan tanahnya tetap lembab tetapi tidak terlalu basah. Ia juga memberi pupuk organik secara rutin setiap dua minggu sekali untuk menjaga nutrisi tanah. Jika ada gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, Budi segera mencabutnya agar mawar tidak terganggu.
Selain itu, Budi rajin memangkas ranting-ranting yang sudah tua atau kering. Ia tahu bahwa memangkas ranting dapat merangsang pertumbuhan tunas baru dan membuat tanaman lebih sehat. Setiap sore, Budi memeriksa daun-daun mawar, memastikan tidak ada serangan hama seperti kutu daun atau ulat. Jika ditemukan, ia menggunakan larutan alami dari campuran air dan sabun untuk mengatasinya tanpa merusak tanaman.
Usaha dan perhatian Budi pun berbuah manis. Mawar-mawar merah di kebunnya tumbuh indah dan menjadi daya tarik di lingkungannya. Suatu hari, teman lamanya, Lina, datang berkunjung. Ia terpukau melihat mawar-mawar merah yang sedang mekar dengan sempurna.
“Wah, Budi, mawar-mawarnya cantik sekali! Wangi dan warnanya begitu segar. Kamu benar-benar telaten merawatnya, ya,” puji Lina sambil menghirup aroma bunga mawar.
“Terima kasih, Lina. Memang butuh waktu dan kesabaran, tapi rasanya puas sekali melihat mereka tumbuh subur,” jawab Budi dengan senyum bangga.
“Boleh aku meminta bibitnya? Aku ingin menanamnya di rumahku juga. Siapa tahu bisa seindah punyamu,” pinta Lina dengan penuh harap.
“Tentu saja boleh. Aku punya beberapa stek mawar yang sudah aku siapkan. Tapi ingat, kamu harus merawatnya dengan baik. Mawar ini suka perhatian, sama seperti anak kecil,” canda Budi sambil menyerahkan bibit mawar kepada Lina.
Lina pun pulang dengan hati riang, membawa bibit mawar merah dari kebun Budi. Ia bertekad untuk menanam dan merawatnya dengan sepenuh hati, berharap kelak mawar itu akan tumbuh indah seperti di kebun sahabatnya. Bagi Budi, berbagi bibit adalah cara untuk menyebarkan keindahan dan cinta kepada sesama, sehingga lebih banyak orang bisa menikmati pesona mawar merah di rumah mereka.
