Economic-diarygame 300823-Pengeluaran Karena Butuh, Perlu dan Tepaksa

Salam diarysteem.

Pagi-pagi aku telah bangun. Menghadapi segala kemelut dunia fana. Terus berlanjut selama Yang Maha Bijaksana masih memberi Rizki untukku.

Aku mondar mandir dikamar. Menyiapkan kebutuhan sekolah anak-anakku. Tiba-tiba sulungku memberi secarik kertas. Dari Waled Imran. Guru mengaji dua anakku.

Artinya aku harus membeli Al-Qur'an hafiz secepatnya.

Kuputar otakku cepat agar semua kebutuhan terpenuhi. Ditambah lagi anak-anakku sedang sakit semua. Batuk pilek. Yang lebih parah anak perempuanku. Tangannya membengkak karena gatal berbintik. Sebelumnya sudah sembuh, tiba-tiba gatalnya kembali menyerang ditambah bintik-bintik berair. Aku juga harus segera membeli obat untuk mereka.

Sekitar jam 9 aku mengambil uang dari Kak Yanti. Ongkosku menjahit bordiran peci. Karena banyak yang harus kubeli aku mengambil Rp 400.000 sekitar 174 steem. Sisanya kubiarkan saja, akan kuambil lagi saat kubutuhkan. Lalu pulang dan menyetrika pakaian selagi jahitan kosong.

Sepulang sulungku sekolah, aku bersiap ke Gedong bersama 3 anakku. Tak ada yang mau kutinggal.

Cuaca yang super panas membuat bungsuku merengek kepanasan. Apalah dikata, jam 12 dijalan. Tanpa awan yang melindungi. Karena aku bukan Nabi😊. Aku hanya bisa mengatakan sebentar lagi juga sampai."

Tiba di Gedong aku menuju apotek. Membeli obat yang diresepkan kakakku. Karena jauh, jadilah hanya diresepkan.

Selesai dengan obat-obatan dengan harga Rp23.000 sekitar 10 steem, aku menuju Al-Muslim. Toko yang menjual Al-Qur'an dan kitab-kitab. Sulungku terlalu semangat. Langsung meminta apa yang ingin dibeli.

Aku pun menanyakan harga untuk Al-Qur'an hafiznya 95.000 sekitar 42 steem. Berhubung Al-Qur'an aku tak berani nego-nego. Kuambil lembar merahku langsung kuserahkan kepada penjual. Beliau mengembalikan 10.000 sekitar 4,3 steem artinya aku dapat diskon 5000 sekitar 2,3 steem. Alhamdulillah. Setelah menerima Al-Qur'an kami pun pulang.

Tiba dirumah aku mengajak anak-anakku makan siang dan memberikan mereka obat. Semua antri. Termasuk bungsuku. Semua anak-anakku doyan obat. Tanpa harus dipaksa. Malahan harus kusembunyikan dengan dalih habis. Kalau tidak ya sebentar-sebentar obat. Jadilah aku penipu demi menyelamatkan para buah hati.

Semangat sulungku, membuatku tercengang. Ia telah siap berangkat mengaji.. Biasanya kalau belum jam 2 ia enggan pergi. Al-Qur'an hafiz 5 warna membuat semangatnya membara.

Hampir jam 3 aku menidurkan bungsuku. Lantas membuat boneka jari pesanan. Aku menjualnya Rp 4000 sekitar 1,7 steem untuk 1 pcs dengan karakter suka-suka pembeli. Untuk pembelian 5 pcs Rp 15000 sekitar 6,5 steem.

---

---

Hari telah malam. Hujan yang turun dari sore meninggalkan gerimis tipis. Aku mengajak 3 anakku untuk makan malam. Rencana akan langsung tidur. Bungsuku yang memang suka mondar-mandir tiba-tiba menangis. Aku yang lagi didapur dengan 2 anakku kaget. Begitupun yang lain. Tangisnya pilu. Menyayat. Ia katakutan.

Aku berlari kerdepan. Bertabrakan dengannya dibelokan ruang menuju ruang keluarga. Ia berlari ketakutan. Rupanya ayahnya datang menjemput mereka setelah dua purnama terlewatkan. Dua anakku menyelesaikan makan malamnya lalu berganti pakaian dan ikut ayahnya. Sedang bungsuku tak mau. Ia menangis karena kakak dan abangnya pergi. Ia juga ingin pergi. Aku membujuknya agar mau ikut karena diluar masih hujan. Dengan mobil sudah pasti tidak akan basah. Tapi ia enggan.

Terpaksa aku membawanya dengan kereta. Untungnya hujan tinggal bekas. Awalnya ia ingin kemesjid. Tiba-tiba ia teringat mobil di odong-odong. Yang penting mobil ya dek. Ya sudah kita naik mobil di odong-odong saja.

Bosan juga dengan mobil bungsuku minta ganti dengan kereta balap.

Jam 10 lewat ia baru mau pulang. Aku membayar Rp 5000 setara dengan untuk 1 jam lebih. Entah berapa putaran, aku tak sempat menghitung nya.

Tiba dirumah dua anakku juga baru saja tiba. diantar kembali oleh ayahnya. Kami bersiap tidur karena malam telah larut. Tanpa banyak bicara. Siapa yang tau isi hati mereka. Selain Allah dan dirinya.

Salam @dhafwa