Hari minggu tanggal 16 juni 2024 adalah salah satu hari yang istimewa khususnya bagi hampir seluruh masyarakat Aceh dimanapun mereka berada. Seolah menjadi agenda wajib yang tidak boleh terlewatkan. Meugang atau sebagian menyebutnya mak meugang adalah kegiatan dimana orang tua memasak daging dirumah masing masing yang dilakukan setahun tiga kali, yaitu sehari menjelang puasa, sebelum lebaran idul fitri dan idul adha.
| Serba Serbi di hari meugang |
|---|
Menurut sejarah, tradisi ini sudah ada sejak masa pemerintahan sultan Iskandar Muda pada 1607 -1636 Masehi. Pada masa itu sultan memerintahkan orang orang kerajaan untuk menyembelih kerbau, sapi atau kambing untuk di bagi bagikan kepada rakyatnya. Terutama kepada anak yatim dan fakir miskin dengan tujuan bersedekah dan kebersamaan dengan masyarakat yang kurang mampu. Pada masa itu juga di buatkan qanun atau peraturan kerajaan Aceh tentang pelaksanaan meugang.
Dapat disimpulkan bahwa meugang di Aceh bukanlah tradisi baru yang tidak jelas asal muasalnya. Karena pelaksanaan meugang sendiri memang sudah dilaksanakan jauh jauh hari oleh raja raja Aceh yang terkenal di masanya.
Demikian juga di daerah saya yang pada hari minggu tersebut saya pergi ke pasar walau hanya untuk sekedar menyaksikan betapa ramainya di hari meugang. Sehingga pagi pagi sekali saya sudah berangkat ke pasar Geudong, setiba disana rupanya sudah sangat banyak orang yang berbelanja.
Saya perhatikan begitu banyak pedagang daging sapi yang memenuhi semua lapak yang disediakan oleh pengelola lapak pasar dadakan tersebut. perkiraan saya mungki ada sekitar 60 – 70 pedagang daging di hari meugang ini.
Disini saya hanya membeli tulang untuk di masak kuah sop, saya membeli tulang iga yang harganya Rp.100.000 atau 31,969 steem (Rp.3.128/steem) per kilo gram. Setelah dipotong dan di timbang ternyata beratnya hanya 0.9 kilo gram dan setelah saya tawar, saya hanya membayar Rp. 80.000 atau 25,575 steem (Rp.3.128/steem) saja.
Setelah itu saya pergi membeli bumbu sop, bumbu masak aceh, santan, dan mie kuning, namun disana jalanan macet karena begitu banyak ibu ibu yang juga lebih memilih cara instan dalam memasak dengan membeli bumbu yang sudah siap racik di pasar.
Setelah membeli bumbu saya lanjutkan mengambil bakso pesanan saya di salah satu tempat penggilingan bakso di sana. Dan tidak terasa hari semakin siang dan saya putuskan segera pulang agar bahan bahan yang saya beli tadi dapat segera di masak untuk kami santap sebagai menu di siang ini.