Mencoba We Jie Kopi
Belum sepekan lalu, setelah lelah tidur seharian, jelang magrib aku ingin minum kopi. Namun aku bingung tentang lokasi yang akan aku tuju kali ini. Aku mau ada warung atau caffe yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Singkat kata, aku pun mengandalkan Google map untuk mencari tau apa yang aku mau. Tak perlu berlama-lama, aku segera berkemas dan bersiap berangkat dengan angkutan umum gratis. Walau ongkosnya tidak seberapa, namun sangat lumayan bisa menghemat sedikit uang di saku.
Sekira tiga ratusan langkah aku sudah di jalan raya, di sanalah aku menunggu angkot. Tapi kupikir-pikir, ada baiknya jika aku membeli rokok lebih dulu di Indomaret seberang jalan. Lagi-lagi, harga di sini lebih murah seribu rupiah. Dan aku membeli dua bungkus sekaligus. Tentunya ini akan lebih menghemat lagi uang di saku. Usai berbelanja, aku segera kembali ke lokasi pemberhentian angkot sesuai dengan tanda marka jalan.
Lima menit berlalu angkot kumaksud belum juga datang. Untuk melepas suntuk, bungkus rokok kubuka dan sebatang rokok pun ku sulut santai. Sial belum juga pergi, belum dua tarikan, dari kejauhan kulihat angkot mendekat. Dengan sangat terpaksa bercampur geram rokok segera kumatikan. Sisanya kumasukkan kembali ke bungkus semula. Hitung-hitung nanti bisa dikonsumsi kembali sewaktu duduk menikmati kopi.
Sebelum beranjak ke angkot, selembar masker sudah lebih dulu aku keluarkan. Karena sesuai aturan pemerintah di sini, naik angkot bersubsidi yang disebut Jaklingko ini haruslah menggunakan masker.
Setelah berucap terimakasih kepada pak supir, aku turun dan berjalan dalam keinginan yang belum kesampaian. Alhamdulillah, beberapa langkah lagi aku sudah di depan meja barista. Rokok sisa kusulut kembali beriring dengan pramusaji datang membawa daftar menu. Usai membolak-balik menu, aku pun memilih vietnam drip. Awalnya aku ingin memesan black americano saja, namun entah kenapa tiba-tiba pesanan berubah. Aku sedikit linglung.
Setelah menerima daftar pesanan, barista bergerak cepat menyiapkan minuman yang kupesan. Aku yang duduk persis disampingnya melihat dengan cermat bagaimana ia bekerja menyiapkan pesanan. Bukan hanya milikku saja, sebelum aku sudah ada beberapa pesanan lain yang sedang ia kerjakan. Terlihat ia sudah sangat terlatih dan ulet. Sementara menunggu, aku santai saja dengan satu kaki kunaikkan ke kursi. Pikirku ini akan lebih santai.
Karena sebelumnya aku tidak pernah memesan vietnam drip, aku pun sedikit menyesal. Soalnya, selain membutuhkan waktu lebih lama karena menunggu tetes demi tetes kopi turun ke gelas, pesanan ini pun ditambahkan sedikit susu. Di awal, saat aku melihat barista menuang susu, aku langsung sanggah agar barista mengurangi susunya. Aku minta sesendok saja. Aku minta demikian karena tidak mungkin lagi aku mengganti pesanan.
Sebenarnya aku tidak faham benar bagaimana rupa dan rasa dari minuman berjuluk vietnam drip. Kukira, ia kopi hitam tanpa susu. Aduh... bodohnya aku ini.
Setengah gelas sudah kuhabiskan sambil melihat lalu lalang kendaraan. Suasana jalan semakin sibuk lagi padat begitu waktu semakin dekat magrib. Aku belum juga beranjak, aku masih harus menghabiskan setengah gelas lagi. Suasana sekitar caffe semakin syahdu dengan lantunan balada yang diputar dari ruang barista. Sungguh aku sangat menyukai musik jenis ini. Tak lama berselang, azan magrib pun berkumandang dari mesjid seberang jalan. Aku merasa malu pada diri yang tidak memenuhi panggilan magrib itu.
We Jie Kopi nama caffe yang baru sekali ini kudatangi. Warung ini dikendalikan oleh dua pemuda. Dari perawakannya, mereka jauh terpaut usia dariku. Saat magrib usai aku sempat beberapa waktu berbincang dengan salah satu dari mereka. Mereka cukup ramah untuk setiap pelanggan yang datang. Sikap ramahnya ia tunjukkan tidak hanya kepada lawan jenis saja, bahkan kepada juga. Kami tetap berhubungan dalam batas wajar, yakni hubungan antara penjual dan pelanggan. Tidak lebih dan tidak kurang.
@pieasant_walking while studying
kopi Vietnam Drip yang di pesan, tetap diminum, enak atau cocok ga sih utuk taste bang @piesanant?
bakal pesan lagi yang sama atau balik ke Americano?
Sangat tidak cocok klo pake susu...klo gak pake susu InsyaAllah cocok...
Sendiri, ahhh gak asyik...
vietnam drip itu istilah metode sajian kopi secara manual, metode yang menghasilkan kopi dengan tetesan. biasanya dipakek jenis robusta, klo di Aceh kebanyakan mengunakan arabika.
namun, anda beruntung jika mereka memakai biji kopi robusta vietnam
OOO...makasih infonya...👍👍
Wiji kopi ini apakah berasal dari tokoh wiji tukul bang? Apa sebagai ganti biji kopi tapi di plesetkan jadi wiji?? Alah, ga usah pikir kali bang, yang penting sruput dulu...😂
😂😂😂...anda benar
Apapun kopinya, pasti abg cari pahitnya kan bang, layaknya kopi sareng kt biasa minum di Banda.. hehe
Jawaban anda tepat...layak dapat vote dari anggota grup...
Alhamdulillah.. vote yang banyak ya bang, hehe
Aku belum bisa berbuat banyak...😟😟🙏🙏
Sama la kita bang 🥲
Kopi vietnam, kopi yg diminun mirna,.. Tapi jesica tidk pernah menyentuh gelasnya..
Begitukah pola minumnya?...🤔🤔
Keknya bg...